An-Najm Ayat 62
فَاسْجُدُوْا لِلّٰهِ وَاعْبُدُوْا ࣖ ۩ ( النجم: ٦٢ )
Fāsjudū Lillāhi Wa A`budū. (an-Najm 53:62)
Artinya:
Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia). (QS. [53] An-Najm : 62)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Maka, demi keselamatanmu bersujudlah kepada Allah, patuhi ajaran-Nya, dan sembahlah Dia secara tulus, baik dengan ibadah yang diwajibkan maupun yang dianjurkan.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini memerintahkan manusia supaya tunduk dan beribadah kepada Allah dengan ikhlas, karena Allah menurunkan AlQur'an kepada manusia melalui rasul-Nya, tugasnya memberi petunjuk dan membawa berita gembira. Hendaklah manusia menyambut Al-Qur'an itu dengan meninggalkan penyembahan terhadap berhala yang tidak membawa manfaat.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Kemudian Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk bersujud kepada-Nya dan beribadah kepada-Nya serta mengikuti Rasul-Nya dan mengesakan Tuhan dengan penuh keikhlasan.
Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia). (An-Najm: 62)
Yakni tunduklah kepada-Nya, ikhlaslah kepada-Nya, dan Esakanlah Dia.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ma'mar, telah menceritakan kepada kami Abdul Waris, telah menceritakan kepada kami Ayyub, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Nabi Saw. melakukan sujud (tilawah) karena membaca surat An-Najm dan ikut bersujudlah bersamanya kaum muslim, orang-orang musyrik, jin, dan manusia. Hadis diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara tunggal tanpa Imam Muslim.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Khalid, telah menceritakan kepada kami Rabah, dari Ma'mar, dari Ibnu Tawus, dari Ikrimah ibnu Khalid, dari Ja'far ibnul Mutallib ibnu Abu Wada'ah, dari ayahnya yang menceritakan bahwa di Mekah Rasulullah Saw. membaca surat An-Najm, maka beliau bersujud, dan bersujud pulalah orang-orang yang ada di dekatnya. Tetapi Al-Mutallib mengangkat kepalanya dan tidak mau bersujud, saat itu ia masih belum masuk Islam. Setelah itu, maka Al-Mutallib (setelah masuk Islam) tidak sekali-kali mendengar seseorang membaca ayat sajdah surat An-Najm, melainkan ia ikut sujud bersama-sama dengan pembacanya.
Imam Nasai telah meriwayatkan hadis ini di dalam Kitabus Salat, dari Abdul Malik ibnu Abdul Hamid, dari Ahmad ibnu Hambal dengan sanad yang sama.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Maka bersujudlah kalian kepada Allah) Yang telah menciptakan kalian (dan sembahlah) Dia, dan janganlah kalian menyembah dan bersujud kepada berhala-berhala.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Maka bersujudlah kepada Allah yang telah menurunkan al-Qur'ân sebagai petunjuk bagi manusia. Dan menyembahlah hanya kepada-Nya.
6 Tafsir as-Saadi
"Maka apakah kamu melihat orang yang berpaling (dari al-Qur`an), serta memberi sedikit dan tidak mau memberi lagi. Apa-kah dia mempunyai pengetahuan tentang yang ghaib sehingga dia mengetahui (apa yang dikatakan). Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa, dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji, (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada mem-peroleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sem-purna, dan bahwasanya kepada Rabbmulah kesudahan (segala sesuatu), dan bahwasanya Dia-lah yang menjadikan orang ter-tawa dan menangis, dan bahwasanya Dia-lah yang mematikan dan menghidupkan, dan bahwasanya Dia-lah yang menciptakan berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan dari air mani apa-bila dipancarkan. Dan bahwasanya Dia-lah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati), dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan. Dan bahwasanya Dia-lah Rabb (yang memiliki) bintang syi'ra, dan bahwasanya Dia telah membinasakan kaum 'Ad yang pertama, dan kaum Tsamud. Maka tidak seorang pun yang ditinggalkanNya (hidup). Dan kaum Nuh sebelum itu. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling zhalim dan paling durhaka, dan negeri-negeri kaum Luth yang telah dihancurkan Allah, lalu Allah menim-pakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya. Maka terhadap nikmat Rabbmu yang manakah kamu ragu-ragu? Ini (Muhammad) adalah seorang pemberi peringatan di antara pemberi-pemberi peringatan yang telah terdahulu. Telah dekat terjadinya Hari Kiamat. Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah. Maka apakah kamu merasa heran terhadap pembe-ritaan ini? Dan kamu menertawakan dan tidak menangis. Sedang kamu melengahkan(nya). Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia)." (An-Najm: 33-62).
(33-35) Allah سبحانه وتعالى berfirman bahwa apakah engkau menge-tahui kondisi orang yang diperintah untuk menyembah Rabbnya dan mengesakanNya kemudian berpaling darinya? Meski jiwanya mengizinkan pada sebagian hal kecil, tapi hal itu tidak berlangsung lama, ia akan bersifat bakhil dan menahan hartanya. Kebaikan bukanlah sifat dan wataknya, tapi wataknya adalah berpaling dari ketaatan dan tidak tetap dalam mengerjakan kebaikan. Meski demikian, ia mengatakan bahwa dirinya bersih dan menempatkan dirinya pada posisi yang tidak sesuai dengan yang disebutkan Allah سبحانه وتعالى, ﴾ أَعِندَهُۥ عِلۡمُ ٱلۡغَيۡبِ فَهُوَ يَرَىٰٓ ﴿ "Apakah dia mempunyai pengetahuan tentang yang ghaib sehingga dia mengetahui (apa yang dikatakan)," apa-kah ia mengetahui hal ghaib sehingga bisa memberitahukannya? Atau apakah itu hanya perkataan yang diada-adakan atas (nama) Allah سبحانه وتعالى dengan sembrono yang merangkum dua hal terlarang, yaitu menjelek-jelekkan diri dan menyuci-sucikan diri sebagaimana yang terjadi, karena ia sendiri mengetahui bahwa ia tidak mempu-nyai pengetahuan tentang hal ghaib. Andai pun ia mampu meng-aku-aku hal itu, maka pemberitahuan ghaib yang berada di tangan Rasulullah a, al-Ma'shum, menunjukkan hal sebaliknya dan itulah bukti atas kebatilan pengakuannya.
(36-37) ﴾ أَمۡ لَمۡ يُنَبَّأۡ ﴿ "Ataukah belum diberitakan" kepada orang yang mengaku itu, ﴾ بِمَا فِي صُحُفِ مُوسَىٰ 36 وَإِبۡرَٰهِيمَ ٱلَّذِي وَفَّىٰٓ 37 ﴿ "apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji," yakni, menunaikan semua ujian yang dibebankan Allah سبحانه وتعالى kepadanya serta perintah-perintah syariat, pokok, dan cabang Agama.
(38-41) Terdapat berbagai hukum dalam lembaran-lem-baran itu, di antara yang terpenting adalah yang disebutkan Allah سبحانه وتعالى dalam FirmanNya, ﴾ أَلَّا تَزِرُ وَازِرَةٞ وِزۡرَ أُخۡرَىٰ 38 وَأَن لَّيۡسَ لِلۡإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ ﴿ "(yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya." Artinya, setiap orang akan menanggung akibat amalannya, baik maupun buruk. Setiap orang tidak akan menda-patkan balasan apa pun dari amalan orang lain dan tidak menang-gung dosa siapa pun.
﴾ وَأَنَّ سَعۡيَهُۥ سَوۡفَ يُرَىٰ ﴿ "Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diper-lihatkan (kepadanya)," yakni, di akhirat, dan kebaikan akan dipisah-kan dari keburukan, ﴾ ثُمَّ يُجۡزَىٰهُ ٱلۡجَزَآءَ ٱلۡأَوۡفَىٰ ﴿ "kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna," yaitu yang menca-kup seluruh amal; amalan baik dibalas baik dan amalan buruk dibalas buruk.
Balasan adil yang membuat semua manusia mengakuinya dan memuji Allah سبحانه وتعالى atas keadilanNya bahkan penghuni neraka sekalipun pada saat dimasukkan ke dalam neraka, tapi hatinya penuh pujian terhadap Rabb mereka serta mengakui kesempurna-an hikmah Nya dan marah terhadap diri mereka sendiri. Mereka mengetahui bahwa yang menyebabkan mereka masuk ke dalam tempat kembali yang paling buruk adalah diri mereka sendiri.
Ada yang mengambil dalil dari Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ وَأَن لَّيۡسَ لِلۡإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ ﴿ "Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya," dengan berpendapat bahwa amal kebaikan yang mendekatkan diri kepada Allah سبحانه وتعالى tidak boleh di-hadiahkan kepada orang yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Menurut mereka, karena Allah سبحانه وتعالى berfirman,﴾ وَأَن لَّيۡسَ لِلۡإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ ﴿ "Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya," sampainya usaha orang lain pada seseorang menafikan ayat ini. Cara pengambilan dalil ini perlu dikaji ulang, karena ayat ini menunjukkan, seseorang tidak akan mendapatkan apa pun selain yang telah dikerjakan sendiri, ini memang benar dan tidak perlu diperdebatkan, namun ayat ini tidak menunjukkan bahwa seseorang tidak mendapat manfaat dari hasil usaha orang lain jika yang bersangkutan menghadiahkannya pada yang lain. Sama seperti harta, seseorang tidak memiliki harta selain yang dimiliki, hal itu tidak mengharuskan yang bersangkutan tidak memiliki harta yang diberikan oleh orang lain kepadanya di samping harta yang dimilikinya itu.
(42) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلۡمُنتَهَىٰ ﴿ "Dan bahwasanya kepada Rabbmu-lah kesudahan (segala sesuatu)," artinya, kepadaNya segala urusan berakhir dan kepadaNya-lah segala sesuatu akan kembali, tidak terkecuali manusia yang akan kembali kepada Allah سبحانه وتعالى dengan cara dibangkitkan. Kepada Allah سبحانه وتعالى lah segala hal berakhir, kepadaNya berakhir ilmu, hikmah, rahmat, dan seluruh kesempurnaan.
(43) ﴾ وَأَنَّهُۥ هُوَ أَضۡحَكَ وَأَبۡكَىٰ ﴿ "Dan bahwasanya Dia-lah yang menja-dikan orang tertawa dan menangis." Dia-lah yang membuat sebab-sebab tertawa dan sebab-sebab menangis, yaitu kebaikan, kebu-rukan, kesenangan, kebahagiaan, duka, dan kesedihan. Dan Allah سبحانه وتعالى memiliki hikmah yang tinggi dalam hal itu.
(44) ﴾ وَأَنَّهُۥ هُوَ أَمَاتَ وَأَحۡيَا ﴿ "Dan bahwasanya Dia-lah yang mematikan dan menghidupkan," artinya, hanya Dia semata yang mengadakan dan meniadakan, yang menciptakan manusia, yang memerintah dan melarang mereka, dan Allah سبحانه وتعالى akan mengembalikan mereka setelah kematian mereka dan memberi balasan atas amalan yang mereka lakukan di dunia.
(45-46) ﴾ وَأَنَّهُۥ خَلَقَ ٱلزَّوۡجَيۡنِ ﴿ "Dan bahwasanya Dia-lah yang mencip-takan berpasang-pasangan," ditafsirkan oleh FirmanNya, ﴾ ٱلذَّكَرَ وَٱلۡأُنثَىٰ ﴿ "Laki-laki dan perempuan." Ini adalah isim jenis yang mencakup se-luruh makhluk hidup, baik yang bisa berbicara (manusia) maupun binatang, Dia semata yang menciptakannya ﴾ مِن نُّطۡفَةٍ إِذَا تُمۡنَىٰ ﴿ "dari air mani apabila dipancarkan." Ini merupakan dalil paling besar yang menunjukkan KuasaNya, dan hanya Dia semata yang memiliki keperkasaan yang besar yang telah menciptakan makhluk hidup, baik yang besar maupun yang kecil berasal dari air mani lemah dan hina, kemudian Allah سبحانه وتعالى mengembangkan dan menyempur-nakannya hingga mencapai kesempurnaan, kemudian menjadi manusia yang menuju tempat tertinggi di dalam golongan orang-orang atas atau menuju kondisi yang paling rendah dalam golongan orang-orang yang paling rendah.
(47) Atas penjelasan itulah Allah سبحانه وتعالى berdalil atas pengem-balian makhluk dengan permulaan ciptaan seraya berfirman, ﴾ وَأَنَّ عَلَيۡهِ ٱلنَّشۡأَةَ ٱلۡأُخۡرَىٰ ﴿ "Dan bahwasanya Dia-lah yang menetapkan kejadian yang lain (kebangkitan sesudah mati)," manusia akan dikembalikan dari alam kubur kemudian dikumpulkan pada Hari Akhir untuk diberi balasan atas kebaikan dan keburukan.
(48) ﴾ وَأَنَّهُۥ هُوَ أَغۡنَىٰ وَأَقۡنَىٰ ﴿ "Dan bahwasanya Dia yang memberikan kekayaan dan memberikan kecukupan," artinya, memberi kecukupan pada manusia dengan cara memberi kemudahan dalam penghi-dupan yang bersumber dari perdagangan dan berbagai jenis pe-kerjaan lain, ﴾ وَأَقۡنَىٰ ﴿ "dan memberikan kecukupan," artinya memberi manfaat pada para hambaNya dari berbagai jenis harta sehingga dengan harta itu mereka dapat memiliki berbagai macam benda dan ini merupakan salah satu dari rahmatNya. Allah سبحانه وتعالى memberi-tahukan bahwa seluruh nikmat berasal dariNya dan hal ini meng-haruskan manusia untuk bersyukur padaNya dan menyembahNya semata, yang tidak ada sekutu bagiNya.
(49) ﴾ وَأَنَّهُۥ هُوَ رَبُّ ٱلشِّعۡرَىٰ ﴿ "Dan bahwasanya Dia-lah Rabb (yang memiliki) bintang syi'ra," bintang yang lazim disebut asy-syu'ra al-'ubur yang diberi nama mirzam. Allah سبحانه وتعالى menyebut bintang itu secara khusus padahal Dia adalah Rabb pemilik segala sesuatu adalah karena bintang tersebut disembah di masa jahiliyah. Allah سبحانه وتعالى memberitahukan bahwa jenis bintang yang disembah orang-orang musyrik itu dimiliki, diatur, dan diciptakan, lantas bagaimana bisa dijadikan sesembahan bersama Allah سبحانه وتعالى?
(50) ﴾ وَأَنَّهُۥٓ أَهۡلَكَ عَادًا ٱلۡأُولَىٰ ﴿ "Dan bahwasanya Dia telah membina-sakan kaum 'Ad yang pertama," mereka adalah kaum Nabi Hud عليه السلام yang dibinasakan ketika mendustakan Hud dengan angin ribut dan kencang.
(51) ﴾ وَثَمُودَاْ ﴿ "Dan kaum Tsamud," kaum Nabi Shaleh عليه السلام, di mana beliau diutus Allah سبحانه وتعالى untuk kaum Tsamud kemudian me-reka mendustakan beliau, kemudian Allah سبحانه وتعالى mengirimkan unta pada mereka sebagai tanda kebesaran Allah سبحانه وتعالى, mereka pun me-nyembelihnya dan mendustakannya kemudian Allah سبحانه وتعالى membina-sakan mereka. ﴾ فَمَآ أَبۡقَىٰ ﴿ "Maka tidak seorang pun yang ditinggalkanNya (hidup)," tidak seorang pun yang tersisa, semuanya dibinasakan Allah سبحانه وتعالى.
(52) ﴾ وَقَوۡمَ نُوحٖ مِّن قَبۡلُۖ إِنَّهُمۡ كَانُواْ هُمۡ أَظۡلَمَ وَأَطۡغَىٰ ﴿ "Dan kaum Nuh sebelum itu. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang paling zhalim dan paling durhaka," dari umat-umat itu, tetapi Allah سبحانه وتعالى membinasakan dan menenggelamkan mereka.
(53-54) ﴾ وَٱلۡمُؤۡتَفِكَةَ ﴿ "Dan negeri-negeri kaum Luth," mereka adalah kaum Nabi Luth عليه السلام, ﴾ أَهۡوَىٰ ﴿ "yang telah dihancurkan Allah." Allah سبحانه وتعالى menimpakan azab yang belum pernah ditimpakan pada seorang pun dari seluruh alam, bumi mereka dibalik, yang atas dijadikan bawah dan yang bawah dijadikan atas, mereka dihujani batu dari neraka, karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ فَغَشَّىٰهَا مَا غَشَّىٰ ﴿ "Lalu Allah menimpakan atas negeri itu azab besar yang menimpanya," yaitu ditimpa azab pedih dan berat, sesuatu yang besar dan tidak mung-kin bisa digambarkan.
(55) ﴾ فَبِأَيِّ ءَالَآءِ رَبِّكَ تَتَمَارَىٰ ﴿ "Maka terhadap nikmat Rabbmu yang manakah kamu ragu-ragu," artinya, nikmat dan karunia Allah سبحانه وتعالى yang mana yang kalian ragukan wahai manusia? Nikmat-nikmat Allah سبحانه وتعالى itu nyata dan tidak diragukan dari berbagai sisi. Tidak ada satu nikmat pun yang dimiliki seorang hamba melainkan berasal dari Allah سبحانه وتعالى dan tidak ada yang menolak siksa kecuali Allah سبحانه وتعالى semata.
(56) ﴾ هَٰذَا نَذِيرٞ مِّنَ ٱلنُّذُرِ ٱلۡأُولَىٰٓ ﴿ "Ini (Muhammad) adalah seorang pem-beri peringatan di antara pemberi-pemberi peringatan yang telah terda-hulu." Artinya, rasul dari kaum Quraisy marga Hasyim, Muhammad bin Abdullah ini bukanlah rasul pertama, tapi sebelumnya telah ada para rasul. Mereka sama menyerukan dakwah yang diserukan oleh Muhammad bin Abdullah, lantas mengapa kalian menging-kari risalah yang dibawanya? Bukankah Muhammad bin Abdullah telah datang membawa al-Qur`an yang tidak terdapat kebatilan di depan dan di belakangnya, diturunkan dari Allah Yang Mahabijak-sana dan Terpuji? Bukankah Allah سبحانه وتعالى telah membinasakan orang yang mendustakan rasul-rasul sebelumnya? Lantas apa kiranya yang bisa menghalangi siksaan untuk orang-orang yang mendus-takan Nabi Muhammad, pemimpin para rasul, imam orang-orang yang bertakwa, dan pemimpin penghuni surga yang wajahnya bercahaya.
(57) ﴾ أَزِفَتِ ٱلۡأٓزِفَةُ ﴿ "Telah dekat terjadinya Hari Kiamat," artinya, kiamat telah dekat waktunya dan tanda-tandanya sudah jelas. ﴾ لَيۡسَ لَهَا مِن دُونِ ٱللَّهِ كَاشِفَةٌ ﴿ "Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah," yaitu ketika siksaan yang dijanjikan tiba.
(58) Kemudian Allah سبحانه وتعالى mengancam mereka yang meng-ingkari risalah Nabi Muhammad a dan mendustakan al-Qur`an seraya berfirman,
(59) ﴾ أَفَمِنۡ هَٰذَا ٱلۡحَدِيثِ تَعۡجَبُونَ ﴿ "Maka apakah kamu merasa heran terha-dap pemberitaan ini?" Artinya, apakah kalian merasa heran terhadap berita ini yang merupakan perkataan terbaik dan paling mulia dan kalian menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak lazim dan ber-beda dengan kebenaran-kebenaran yang lazim? Sikap ini bersum-ber dari kebodohan, kesesatan, dan pembangkangan mereka, sebab FirmanNya itu adalah Firman yang jujur, dan bila Allah سبحانه وتعالى berfir-man, maka Firman itu tegas, bukan main-main, itulah al-Qur`an yang agung yang seandainya diturunkan kepada gunung, niscaya engkau melihatnya khusyu' dan berguncang karena takut kepada Allah سبحانه وتعالى, yang akan menambah pandangan, akal, pembenaran, kekuatan, keyakinan dan keimanan bagi orang yang berakal. Seha-rusnya yang perlu diherani adalah akal orang yang menganggap heran al-Qur`an serta kebodohan dan kesesatannya.
(60) ﴾ وَتَضۡحَكُونَ وَلَا تَبۡكُونَ ﴿ "Dan kamu menertawakan dan tidak me-nangis," artinya, kalian langsung tertawa dan mengolok-olok al-Qur`an, padahal al-Qur`an itu seharusnya bisa mempengaruhi jiwa, melunakkan hati dan membuat mata berlinang karena mendengar perintah dan larangan Allah, mendengarkan janji dan ancamanNya dan menengok berita-beritaNya yang benar dan baik.
(61) ﴾ وَأَنتُمۡ سَٰمِدُونَ ﴿ "Sedang kamu melengahkan(nya)," artinya, kalian melalaikannya dan tidak merenungkannya. Ini dikarenakan sedikitnya akal dan agama kalian, sebab andaikan kalian menyem-bah Allah سبحانه وتعالى dan mencari ridhaNya di segala kondisi, tentu kalian tidak seperti ini, sebuah kondisi yang dipandang rendah oleh orang-orang yang berakal.
(62) Karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ فَٱسۡجُدُواْۤ لِلَّهِۤ وَٱعۡبُدُواْ۩ ﴿ "Maka ber-sujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia)," perintah untuk bersujud kepada Allah سبحانه وتعالى secara khusus menunjukkan keutamaan bersujud. Sujud adalah rahasia dan inti dari ibadah. Ruh dari sujud adalah kekhusyu'an terhadap Allah سبحانه وتعالى dan tunduk padaNya. Sujud adalah kondisi terbesar yang menunjukkan ketundukan seorang hamba. Dengan bersujud, hati dan raga seorang hamba akan tunduk, me-letakkan bagian tubuh yang paling mulia ke tanah, tempat berpijak-nya kaki. Kemudian secara umum Allah سبحانه وتعالى memerintahkan untuk beribadah yang mencakup segala hal yang dicintai dan diridhai Allah سبحانه وتعالى berupa perbuatan dan perkataan, baik lahir maupun batin.
Sampai di sini tafsir surat an-Najm. Segala puji hanya untuk Allah سبحانه وتعالى semata, pujian yang tidak terhitung, lebih dari itu Dia adalah seperti yang Dia sanjungkan untuk DiriNya sendiri lebih dari sanjungan para hambaNya. Dan semoga shalawat dan salam tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad a.