تَتْبَعُهَا الرَّادِفَةُ ۗ ( النازعات: ٧ )
Tatba`uhā Ar-Rādifatu. (an-Nāziʿāt 79:7)
Artinya:
(tiupan pertama) itu diiringi oleh tiupan kedua. (QS. [79] An-Nazi'at : 7)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua, di mana manusia bangkit dari kubur untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka di dunia.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pada ayat-ayat ini, Allah berfirman dalam bentuk sumpah terhadap beberapa malaikat yang mencabut nyawa manusia dengan keras dan juga kepada para malaikat yang mencabut nyawa manusia dengan lemah-lembut. Hal ini dalam rangka menegaskan adanya hari kebangkitan yang diingkari orang-orang musyrik. Ayat-ayat selanjutnya yang juga dalam bentuk kalimat-kalimat sumpah kepada para malaikat yang turun dari langit dengan cepat sambil membawa perintah Allah. Bahkan Allah bersumpah kepada para malaikat yang mendahului malaikat yang lain dengan kencang, serta para malaikat yang mengatur dunia.
Firman-firman dalam bentuk sumpah ini banyak terdapat pada surah-surah Makkiyyah karena banyak orang-orang musyrik menolak dan mengingkari hari kebangkitan, seperti pada Surah as-saffat/37: 1-4:
Demi (rombongan malaikat) yang berbaris bersaf-saf, demi (rombongan) yang mencegah dengan sungguh-sungguh, demi (rombongan) yang membacakan peringatan, sungguh, Tuhanmu benar-benar Esa. (as-saffat/37: 1-4)
Adapun jawab qasam (isi dari sumpah) pada awal Surah an-Nazi'at ini terdapat dalam ayat 6, yaitu sungguh pada saat alam berguncang ketika tiupan sangkakala pertama, semuanya rusak dan hancur.
Tiupan sangkakala yang pertama itu kemudian diikuti oleh tiupan kedua yang membangkitkan manusia dari kuburnya. Inilah hari Kiamat dalam arti yang sebenarnya.
Ayat-ayat permulaan pada Surah an-Nazi'at ini oleh jumhur mufasir dipahami sebagai sumpah-sumpah kepada para malaikat. Akan tetapi, ada mufasir lain, seperti Ahmad Musthafa al-Maragi, yang memahami sumpah ini bukan kepada para malaikat, tetapi kepada bintang-bintang yang beredar menurut aturan tertentu, seperti matahari, bulan, dan planet-planet yang lain. Dalam tafsir al-MarAgi, ayat-ayat ini dipahami sebagai bintang-bintang yang sigap dan cepat jalannya, cahaya-cahaya yang keluar dari bintang ke bintang, dan bintang-bintang yang jalannya cepat dari bintang-bintang yang lain.
Adapun tentang pemahaman jawab qasam-nya sama dengan pendapat jumhur mufasir.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam, tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua. (An-Nazi'at: 6-7)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa keduanya adalah tiupan sangkakala, yaitu tiupan yang pertama dan tiupan yang kedua. Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, dan Ad-Dahhak serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Telah diriwayatkan dari Mujahid bahwa adapun tiupan yang pertama disebutkan oleh firman-Nya: (Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan pertama mengguncangkan alam. (An-Nazi'at: 6) Maka semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Pada hari bumi dan gunung-gunung berguncangan. (Al-Muzzammil: 14)
Sedangkan tiupan yang kedua dinamakan radifah, semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur. (Al-Haqqah: 14)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari AbutTufail ibnu Ubay Ka'b, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tiupan pertama yang mengguncangkan dilakukan, lalu diiringi dengan tiupan yang kedua, maka datanglah maut berikut segala sesuatunya. Maka seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu jika aku jadikan semua salawatku untukmu?" Rasulullah Saw. menjawab: Kalau begitu, Allah akan menghindarkanmu dari semua kesusahan dunia dan akhiratmu.
Imam Turmuzi, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan hal yang semisal melalui Sufyan As-Sauri berikut dengan sanad yang sama.
Lafaz Imam Turmuzi dan Ibnu Abu Hatim menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. apabila telah berlalu dua pertiga malam, beliau berdiri, lalu bersabda:
Hai manusia, ingallah kepada Allah, tiupan pertama yang mengguncangkan (akan) datang yang diiringi dengan tiupan yang kedua, maka datanglah maut berikut segala sesuatunya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Kemudian ia diiringi dengan yang mengikutinya) dengan tiupan yang kedua dari malaikat Israfil; jarak di antara kedua tiupan itu empat puluh tahun; dan jumlah ayat ini berkedudukan menjadi Haal atau kata keterangan keadaan daripada lafal Ar-Raajifah. Dan lafal Al-Yauma dapat mencakup kedua tiupan tersebut, karena itu maka kedudukan Zharafnya dianggap sah. Tiupan yang kedua ini untuk membangkitkan semua makhluk yang mati menjadi hidup kembali, maka setelah tiupan yang kedua, mereka bangkit hidup kembali.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
dan demi yang mengatur dan menjalankan segala macam urusan dengan kelebihan yang ada pada dirinya, sungguh hari kiamat itu pasti datang. Saat seluruh makhluk digoncangkan oleh tiupan sangkakala pertama, kemudian diikuti oleh tiupan kedua yang dibarengi dengan kebangkitan.