Ar-Rum Ayat 19
يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَيُحْيِ الْاَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۗوَكَذٰلِكَ تُخْرَجُوْنَ ࣖ ( الروم: ١٩ )
Yukhriju Al-Ĥayya Mina Al-Mayyiti Wa Yukhriju Al-Mayyita Mina Al-Ĥayyi Wa Yuĥyī Al-'Arđa Ba`da Mawtihā Wa Kadhalika Tukhrajūna. (ar-Rūm 30:19)
Artinya:
Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi setelah mati (kering). Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur). (QS. [30] Ar-Rum : 19)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Hanya Dia yang berhak atas segala bentuk pujian karena Dia yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati, yakni menghidupkan manusia dari tiada, dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, yakni mematikan manusia setelah ia hidup; dan Dia pula yang menghidupkan bumi dengan berbagai macam tetumbuhan dan pepohonan setelah mati dan mengering. Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan dan dibangkitkan dari kubur.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat itu mengungkapkan sebagian kekuasaan Allah, yang menyeru hamba-hamba-Nya agar bertasbih dan beribadah kepada-Nya. Orang yang bertasbih kepada Allah tanpa mengetahui hak-hak, kekuasaan, dan kebesaran Allah dalam beribadah, maka tasbih dan ibadahnya itu tidak akan ada manfaatnya. Dia tidak akan menjumpai Allah dengan tasbih dan ibadah yang seperti itu, padahal yang diharapkan adalah perjumpaan yang akan me-lapangkan dada, membukakan hati, dan menjernihkan jiwa. Oleh karena itu, ibadah yang diperintahkan ialah ibadah yang benar-benar dapat membekas dalam jiwa manusia.
Sehubungan dengan itu, ayat ini menyuruh kita memperhatikan keadaan alam ini, karena di dalamnya terdapat tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah. Dapat diperhatikan bahwa kehidupan ini berasal dari benda mati, dan benda mati itu berasal dari kehidupan. Hal ini dapat dilihat pada telur dan ayam. Telur adalah benda mati, tapi ia dapat mengeluarkan ayam yang hidup. Begitu pula ayam adalah benda hidup, tetapi dia dapat mengeluarkan telur yang merupakan benda mati.
Mujahid, seorang ahli tafsir, mengartikan ayat ini sebagai perumpamaan antara mukmin dan kafir. Menurutnya, "keluarnya yang hidup dari yang mati" dan "yang mati dari yang hidup" berarti mukmin dan kafir. Anak orang mukmin ada yang menjadi kafir, sebaliknya anak orang kafir ada yang menjadi mukmin. Ada pula yang menafsirkan bahwa kehidupan ini diakhiri dengan kematian dan kematian itu disudahi dengan kehidupan kembali di akhirat.
Karena kedua hal itu, yakni mati dan hidup suatu keadaan yang rutin di dalam kehidupan di dunia ini, maka tidaklah mustahil bagi Allah untuk membangkitkan manusia dari kuburnya di hari Kiamat kelak. Hal ini harus diperhatikan oleh manusia. Sebagai contoh lain yang lebih dekat bagi manusia ialah keadaan tanah yang sudah tandus dan gersang. Tanah ini akan kembali subur dan bisa menumbuhkan tanam-tanaman, andaikata Allah menurunkan hujan dari langit.
Setelah memperhatikan contoh-contoh di atas, maka pertanyaan yang ditujukan kepada orang-orang kafir adalah apakah kekuasaan Allah yang tidak terbatas itu tidak cukup untuk menghidupkan manusia kembali dari dalam kematiannya, di mana tulang-belulangnya telah hancur berserakan, dan dagingnya telah bersatu dengan tanah? Tentu saja sanggup. Oleh karena itu, bila sangkakala ditiup malaikat, manusia akan bangkit dan semuanya menuju ke Padang Mahsyar menghadap Tuhan.
Allah berfirman:
Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah, tumbuh (berangsur-angsur), kemudian Dia akan mengembalikan kamu ke dalamnya (tanah) dan mengeluarkan kamu (pada hari Kiamat) dengan pasti. (an-Nuh/71: 17-18)
Mengapa manusia mengingkari hari kebangkitan? Mengapa mereka memperdebatkannya? Sebetulnya kekuasaan Allah tak perlu dan tak dapat diingkari. Siapa yang berakal tidak akan dapat mengingkari kekuasaan itu. Akan tetapi, dia lari dari tanggung jawab untuk menghadapi perhitungan di hari Kiamat. Dia ingin melepaskan jiwanya dari perasaan keimanan dengan hatinya, sesuai dengan nasibnya di dunia ini. Dia tidak mempersiapkan sesuatu pun untuk akhirat. Demikianlah manusia ditipu oleh jiwa dan hawa nafsunya. Dia melalaikan panggilan yang sebenarnya, dan mengikuti apa yang sesuai dengan nafsunya.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Ar Ruum:19)
Hal ini menceritakan kejadian kita, bahwa peristiwa tersebut terjadi berkat kekuasaan Allah yang berkuasa menciptakan segala sesuatu yang berlawanan. Dan ayat-ayat yang berturut-turut lagi mulia ini semuanya termasuk ke dalam kelompok ini. Sesungguhnya Allah menyebutkan di dalamnya bahwa Dia telah menciptakan segala sesuatu dan lawan-lawannya, untuk menunjukkan kekuasaan-Nya Yang Mahasempurna. Antara lain ialah Dia mengeluarkan tetumbuhan dan bebijian, dan mengeluarkan bebijian dari tetumbuhan. Telur Dia keluarkan dari ayam, dan ayam dikeluarkan dari telur. Manusia berasal dari nutfah (air mani), dan air mani berasal dari manusia. Orang mukmin berasal dari orang kafir, dan orang kafir berasal dari orang mukmin.
Firman Allah Swt.:
dan menghidupkan bumi sesudah matinya. (Ar Ruum:19)
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan darinya biji-bijian, maka darinya mereka makan. (Yaa Siin:33) sampai dengan firman-Nya: dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air. (Yaa Siin:34)
Dan firman Allah Swt.:
Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menambahkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Al Hajj:5) sampai dengan firman-Nya: dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. (Al Hajj:7)
Dan firman Allah Swt.:
Dan Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya (hujan), hingga apabila angin itu telah membawa awan mendung. (Al A'raf:57) sampai dengan firman-Nya: mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. (Al A'raf:57)
Karena itulah maka dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur). (Ar Ruum:19)
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati) sebagaimana manusia, Dia menciptakan manusia dari air mani dan sebagaimana burung yang Dia ciptakan dari telur (dan mengeluarkan yang mati) yaitu air mani dan telur (dari yang hidup dan menghidupkan bumi) dengan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan (sesudah matinya) sesudah kering. (Dan seperti itulah) dengan cara itulah (kalian akan dikeluarkan) dari kubur.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Dialah yang mengeluarkan makhluk hidup dari sesuatu yang tidak memiliki kehidupan, dan mengeluarkan sesuatu yang tidak memiliki kehidupan dari makhluk hidup. Dialah yang menghidupkan bumi dengan pepohonan setelah sebelumnya tandus dan gersang. Dengan cara mengeluarkan seperti itulah, Allah mengeluarkan kalian dari kubur-kubur kalian.
6 Tafsir as-Saadi
"Maka Mahasuci Allah di waktu kamu berada di petang hari dan waktu kamu berada di waktu Shubuh, dan bagiNya-lah segala puji di langit dan bumi dan di waktu kamu berada pada petang hari dan di waktu kamu berada di waktu Zhuhur. Dia mengeluar-kan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi sesudah matinya. Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari kubur)." (Ar-Rum: 17-19).
(17-18) Ini adalah informasi tentang kesucian Allah dari keburukan dan kekurangan, kesucianNya dari keserupaan sese-orang dari makhluk denganNya; dan suatu perintah kepada hamba-hambaNya agar bertasbih (menyucikanNya) di saat mereka berada di waktu petang dan di saat mereka berada di waktu Shubuh, waktu senja dan waktu siang hari. Inilah lima waktu yang meru-pakan waktu-waktu shalat lima waktu. Allah memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk bertasbih dan memujiNya pada waktu-waktu tersebut, dan termasuk dalam hal ini adalah yang wajib darinya, seperti yang tercakup dalam shalat lima waktu, dan yang disunnahkan seperti dzikir pagi dan sore hari, dzikir seusai shalat wajib dan shalat-shalat sunnah yang menyertainya. Karena sesungguhnya waktu-waktu tersebut adalah yang dipilih oleh Allah سبحانه وتعالى untuk waktu-waktu (shalat) wajib, ia merupakan waktu yang paling utama. Maka bertasbih dan bertahmid dalam waktu itu serta beribadah padanya lebih utama daripada pada waktu-waktu yang lain. Bahkan ibadah, sekalipun tidak mencakup bacaan "Subhanallah," maka sesungguhnya keikhlasan di dalam ibadah tersebut merupakan penyucian Allah dengan perbuatan (dari) keberadaanNya mempunyai sekutu dalam ibadah, atau (dari) keberhakan seorang di antara makhluk untuk mendapatkan apa yang berhak untukNya, seperti ikhlas dan inabah.
(19) ﴾ يُخۡرِجُ ٱلۡحَيَّ مِنَ ٱلۡمَيِّتِ ﴿ "Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati" sebagaimana mengeluarkan tumbuh-tumbuhan dari tanah yang gersang, dan tunas dari biji, pohon dari benih, anak burung dari telur, orang Mukmin dari orang kafir, dan seterusnya,﴾ وَيُخۡرِجُ ٱلۡمَيِّتَ مِنَ ٱلۡحَيِّ ﴿ "dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup," kebalikan dari hal-hal tersebut, ﴾ وَيُحۡيِ ٱلۡأَرۡضَ بَعۡدَ مَوۡتِهَاۚ ﴿ "dan menghidupkan bumi sesudah matinya," dengan menurunkan hujan padanya ketika tanah itu kering kerontang. Lalu setelah air turun di atasnya, hidup dan suburlah tanah itu dan menumbuhkan berbagai macam tumbuhan yang indah. ﴾ وَكَذَٰلِكَ تُخۡرَجُونَ ﴿ "Dan seperti itulah kamu akan dikeluarkan," dari kubur kalian.
Ini adalah dalil (bukti) yang pasti dan argumen yang sangat telak yang menunjukkan bahwa Dzat yang telah mampu meng-hidupkan bumi setelah kegersangannya, maka (pasti) kuasa meng-hidupkan kembali orang-orang yang sudah mati. Maka tidak ada bedanya dalam pandangan akal yang sehat antara dua perkara tersebut, dan tidak ada alasan untuk memungkiri salah satunya dengan keberadaan yang lain.