Al-A'la Ayat 19
صُحُفِ اِبْرٰهِيْمَ وَمُوْسٰى ࣖ ( الأعلى: ١٩ )
Şuĥufi 'Ibrāhīma Wa Mūsaá (al-ʾAʿlā 87:19)
Artinya:
(yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (QS. [87] Al-A'la : 19)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
yaitu kitab-kitab Ibrahim dan Musa. Kedua nabi ini sangat disegani oleh para pengikut agama samawi. Nabi Ibrahim menerima sepuluh suhuf, sedangkan Nabi Musa menerima Taurat.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa apa yang disampaikan-Nya kepada Nabi Muhammad tentang perintah dan larangan, janji anugerah dan peringatan adalah sama dengan apa yang telah terdapat di dalam kitab Nabi Ibrahim dan Nabi Musa. Dengan demikian, Nabi Muhammad hanya mengingatkan kembali kepada agama-Nya yang terdahulu yang telah dilupakan oleh manusia. Agama yang ada itu telah diubah oleh tangan-tangan manusia, dirusak oleh hawa nafsu dan adat istiadat nenek moyang mereka sehingga telah menyimpang dari yang sebenarnya. Firman Allah:
Dan sungguh, (Al-Qur'an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam, Yang dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas. Dan sungguh, (Al-Qur'an) itu (disebut) dalam kitab-kitab orang yang terdahulu. (asy-Syu'ara'/26: 192-196)
Dia (Allah) telah mensyariatkan kepadamu agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu tegakkanlah agama (keimanan dan ketakwaan) dan janganlah kamu berpecah-belah di dalamnya. Sangat berat bagi orang-orang musyrik (untuk mengikuti) agama yang kamu serukan kepada mereka. Allah memilih orang yang Dia kehendaki kepada agama tauhid dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya bagi orang yang kembali (kepada-Nya). (asy-Syura/42: 13)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
{إِنَّ هَذَا لَفِي الصُّحُفِ الأولَى صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى}
Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19)
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Ma'mar ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Ata ibnus Sa’ib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu firman Allah Swt.: Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19) Maka Nabi Saw. bersabda: Adalah semuanya ini atau adalah hal ini terdapat di dalam kitab-kitab Ibrahim dan Musa.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa ia tidak mengetahui ada sanad yang lebih kuat dari Ata ibnus Sa’ib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas selain sanad ini dan hadis lainnya yang diriwayatkan semisal dengan sanad ini.
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zakaria ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Ali, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Ata ibnus Sa’ib, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa ketika ayat ini diturunkan, yaitu: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Mahatinggi. (Al-A'la: 1) Maka Nabi Saw. bersabda, bahwa semuanya itu terdapat di dalam lembaran-lembaran Ibrahim dan Musa. Dan ketika firman-Nya diturunkan, yaitu: dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selain menyempurnakan janji. (An-Najm: 37) Nabi Saw. bersabda, bahwa Ibrahim telah menyempurnakan janji. (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. (An-Najm: 38)
Ayat ini semakna dengan firman-Nya yang terdapat di dalam surat An-Najm, yaitu:
أَمْ لَمْ يُنَبَّأْ بِما فِي صُحُفِ مُوسى وَإِبْراهِيمَ الَّذِي وَفَّى أَلَّا تَزِرُ وازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرى وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسانِ إِلَّا مَا سَعى وَأَنَّ سَعْيَهُ سَوْفَ يُرى ثُمَّ يُجْزاهُ الْجَزاءَ الْأَوْفى وَأَنَّ إِلى رَبِّكَ الْمُنْتَهى
Ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran Musa? Dan lembaran-lembaran Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? (Yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu). (An-Najm: 36-42)
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Ibnu Humaid, dari Mahran, dari Sufyan As-Sauri, dari ayahnya, dari Ikrimah sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu. (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19) Bahwa makna yang dimaksud ialah semua ayat yang terdapat di dalam surat Al-A'la. Abul Aliyah mengatakan bahwa kisah dalam surat ini terdapat di dalam lembaran-lembaran terdahulu.
Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan bahwa makna yang dimaksud oleh firman-Nya, "Inna haza " (Sesungguhnya ini) ditujukan kepada firman-Nya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia salat. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. (Al-A'la: 14-17)
Kemudian Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya ini. (Al-A'la: 18) Yakni kandungan makna ayat-ayat sebelumnya itu. benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al-A'la: 18-19)
Apa yang dipilih oleh Ibnu Jarir ini baik lagi kuat. Telah diriwayatkan juga hal yang semisal dari Qatadah dan Ibnu Zaid. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Yaitu Kitab-kitab Ibrahim dan Musa) sepuluh shuhuf bagi Nabi Ibrahim, dan satu shuhuf bagi Nabi Musa, yaitu kitab Taurat.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Sesungguhnya apa yang tersebut dalam surat ini benar-benar telah tersebut pula dalam kitab suci- kitab suci (shahîfah) terdahulu, yaitu shahîfah Ibrâhîm dan Mûsâ. Maka dengan begitu, hal itu merupakan salah satu titik temu semua agama samawi yang tercantum di dalam kitab suci-kitab sucinya.
6 Tafsir as-Saadi
"Sucikanlah nama Rabbmu Yang Paling Tinggi. Yang men-ciptakan dan menyempurnakan (penciptaanNya). Dan yang me-nentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk. Dan yang menumbuhkan rumput-rumputan. Lalu dijadikanNya rumput-rumputan itu kering kehitam-hitaman. Kami akan membacakan (al-Qur`an) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak akan lupa, kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi. Dan Kami akan memberimu taufik kepada jalan yang mudah, oleh sebab itu berikanlah peri-ngatan, karena peringatan itu bermanfaat. Orang yang takut (ke-pada Allah) akan mendapat pelajaran, orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka). Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. Sungguh beruntunglah orang yang membersih-kan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama Rabbnya, lalu dia shalat. Tetapi kamu (orang-orang) kafir memilih kehidupan dunia-wi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam kitab-kitab terda-hulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa." (Al-A'la: 1-19).
Makkiyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang."
(1-3) Allah سبحانه وتعالى memerintahkan para hamba untuk memaha-sucikanNya (dengan melakukan hal-hal) yang mencakup dzikir, ibadah, tunduk dan patuh terhadap keagungan Allah serta meren-dah karena keagunganNya. Pujian tersebut adalah pujian yang pantas dan sesuai dengan keagungan Allah تعالى, yakni dengan menyebutkan nama-namaNya yang baik lagi tinggi di atas setiap nama dengan maknanya yang agung. Dan menyebutkan perbuatan-perbuatanNya yang di antaranya adalah menciptakan dan menyem-purnakan (penciptaan)Nya, maksudnya Dia سبحانه وتعالى menyempurnakan dan membaguskan penciptaanNya. ﴾ وَٱلَّذِي قَدَّرَ ﴿ "Dan yang menentu-kan," yakni takdir yang diikuti oleh takdir-takdir yang lain, ﴾ فَهَدَىٰ ﴿ "dan memberi petunjuk" kepada semua makhluk ciptaan kepada takdir tersebut. Ini adalah hidayah (petunjuk) secara umum, yang intinya adalah bahwa Dia سبحانه وتعالى menunjuki setiap makhluk kepada apa-apa yang merupakan kemaslahatan baginya.
(4-5) Demikian juga dengan menyebutkan nikmat-nikmat-Nya yang bersifat duniawi. Karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَٱلَّذِيٓ أَخۡرَجَ ٱلۡمَرۡعَىٰ ﴿ "Dan yang menumbuhkan rumput-rumputan," maksudnya, Allah سبحانه وتعالى menurunkan air dari langit, dan dengan air itu Allah سبحانه وتعالى menumbuhkan berbagai macam tumbuhan dan rerumputan yang dimakan oleh manusia, binatang ternak, serta seluruh binatang lain. Selanjutnya setelah masa remaja yang ditentukan Allah سبحانه وتعالى telah sempurna, Allah سبحانه وتعالى mengeringkan tanaman dan rerumputan tersebut, ﴾ فَجَعَلَهُۥ غُثَآءً أَحۡوَىٰ ﴿ "lalu dijadikanNya rumput-rumputan itu kering kehitam-hitaman," yakni hitam. Artinya, Allah سبحانه وتعالى merubahnya men-jadi rerumputan yang lusuh.
(6-7) Kemudian dengan menyebut nikmat-nikmat keaga-maan (din). Karena itu Allah سبحانه وتعالى menganugerahkan dasar dan ma-terinya, yaitu al-Qur`an, kemudian berfirman, ﴾ سَنُقۡرِئُكَ فَلَا تَنسَىٰٓ ﴿ "Kami akan membacakan (al-Qur`an) kepadamu (Muhammad), maka kamu tidak akan lupa." Maksudnya, Kami akan menjaga apa yang Kami wahyukan kepadamu berupa al-Qur`an, dan Kami menjaga hatimu agar tetap waspada sehingga kau tidak akan melupakan sesuatu pun darinya. Ini merupakan kabar gembira besar dari Allah سبحانه وتعالى untuk hamba dan RasulNya, Muhammad a, yaitu Allah سبحانه وتعالى akan mengajarkannya ilmu yang tidak akan beliau lupakan, ﴾ إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُۚ ﴿ "kecuali kalau Allah menghendaki," sesuai tuntutan hikmahNya yang membuatmu melupakannya karena suatu kepentingan dan hikmah yang amat besar. ﴾ إِنَّهُۥ يَعۡلَمُ ٱلۡجَهۡرَ وَمَا يَخۡفَىٰ ﴿ "Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang tersembunyi," di antaranya Allah سبحانه وتعالى mengeta-hui apa yang terbaik untuk hambaNya. Artinya, karena itu Allah سبحانه وتعالى mensyariatkan dan menegaskan apa yang Dia inginkan.
(8) ﴾ وَنُيَسِّرُكَ لِلۡيُسۡرَىٰ ﴿ "Dan Kami akan memberimu taufik kepada jalan yang mudah," ini juga berita gembira lainnya. Allah سبحانه وتعالى mempermu-dah RasulNya dalam berbagai urusan dan Allah سبحانه وتعالى mempermudah syariat dan AgamaNya.
(9-13) ﴾ فَذَكِّرۡ ﴿ "Oleh sebab itu berikanlah peringatan," akan sya-riat dan tanda-tanda kebesaranNya. ﴾ إِن نَّفَعَتِ ٱلذِّكۡرَىٰ ﴿ "Karena peringatan itu bermanfaat," yakni selama peringatan diterima, dijadikan petuah dan didengar, baik apakah seluruh maksud dari peringatan terca-pai atau sebagiannya saja. Kontekstual ayat, bila peringatan tidak membawa guna, misalnya hanya semakin menambah keburukan atau bisa mengurangi kebaikan, maka peringatan tidak diperintah-kan, bahkan terlarang.
Dalam peringatan, manusia terbagi menjadi dua: Orang-orang yang memanfaatkan dan orang-orang yang tidak memanfaatkan. Orang-orang yang memanfaatkan peringatan disinggung oleh Allah سبحانه وتعالى dalam FirmanNya, ﴾ سَيَذَّكَّرُ مَن يَخۡشَىٰ ﴿ "Orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran," karena takut kepada Allah سبحانه وتعالى dan mengetahui balasan-balasan yang akan diberikan Allah سبحانه وتعالى atas berbagai perbuatan akan menghentikan seseorang dari apa yang dibenci Allah سبحانه وتعالى serta mendorongnya untuk melakukan kebajikan. Sedangkan mereka yang tidak memanfaatkan peringatan, Allah سبحانه وتعالى menyinggung mereka dengan FirmanNya,﴾ وَيَتَجَنَّبُهَا ٱلۡأَشۡقَى 11 ٱلَّذِي يَصۡلَى ٱلنَّارَ ٱلۡكُبۡرَىٰ 12 ﴿ "Orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya. (Yaitu) orang yang akan memasuki api yang besar (neraka)," yaitu neraka yang dinyalakan yang merasuk hingga sampai ke hati. ﴾ ثُمَّ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحۡيَىٰ ﴿ "Kemudian dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup," yakni disiksa dengan siksaan pedih tanpa jeda dan istirahat hingga mereka mengharapkan bisa mati, tapi harapan mereka tidak akan ada gunanya. Hal itu semakna dengan Firman Allah سبحانه وتعالى,
﴾ لَا يُقۡضَىٰ عَلَيۡهِمۡ فَيَمُوتُواْ وَلَا يُخَفَّفُ عَنۡهُم مِّنۡ عَذَابِهَاۚ ﴿
"Mereka tidak dibinasakan sehingga mereka mati dan tidak (pula) diringankan dari mereka azabnya." (Fathir: 36).
(14-15) ﴾ قَدۡ أَفۡلَحَ مَن تَزَكَّىٰ ﴿ "Sungguh beruntunglah orang yang mem-bersihkan diri (dengan beriman)," yakni menang dan beruntunglah orang yang membersihkan diri dari kesyirikan, kezhaliman, dan akhlak-akhlak tercela. ﴾ وَذَكَرَ ٱسۡمَ رَبِّهِۦ فَصَلَّىٰ ﴿ "Dan dia ingat nama Rabbnya, lalu dia shalat," yakni orang yang memiliki sifat selalu ingat kepada Allah سبحانه وتعالى dan hatinya terpatri dengan dzikir sehingga hal itu meng-haruskannya mengerjakan segala sesuatu yang diridhai Allah سبحانه وتعالى khususnya shalat yang merupakan neraca keimanan. Inilah makna ayat di atas. Sedangkan yang menafsirkan Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ تَزَكَّىٰ ﴿ "Orang yang membersihkan diri," dengan arti mengeluarkan zakat fitrah dan ﴾ وَذَكَرَ ٱسۡمَ رَبِّهِۦ فَصَلَّىٰ ﴿ "dia ingat nama Rabbnya, lalu dia shalat," 'Id, meski penafsiran tersebut termasuk dalam kata-kata shalat dan sebagian dari cabangnya, tapi maknanya bukan hanya sesempit itu saja.
(16-17) ﴾ بَلۡ تُؤۡثِرُونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا ﴿ "Tetapi kamu (orang-orang) kafir memilih kehidupan duniawi," artinya, kalian lebih mengedepankan dunia daripada kehidupan akhirat dan kalian lebih memilih ke-nikmatannya yang lusuh dan kotor serta fana melebihi akhirat. ﴾ وَٱلۡأٓخِرَةُ خَيۡرٞ ﴿ "Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik," lebih baik dari dunia dalam segala sifat yang diinginkan, ﴾ وَأَبۡقَىٰٓ ﴿ "dan lebih kekal," karena akhirat adalah negeri keabadian, kekekalan, dan kesucian, sedangkan dunia adalah negeri yang fana. Orang Mukmin yang berakal tidak akan memilih sesuatu yang lebih jelek dari sesuatu yang lebih baik dan tidak menukar kenikmatan sesaat dengan kenikmatan abadi. Karena itu, cinta terhadap dunia dan lebih dikedepankan melebihi akhirat merupakan induk segala kesalahan.
(18-19) ﴾ إِنَّ هَٰذَا ﴿ "Sesungguhnya ini," yang disebutkan untuk kalian dalam surat yang penuh berkah ini berupa hal-hal indah dan berita-berita bagus ﴾ لَفِي ٱلصُّحُفِ ٱلۡأُولَىٰ 18 صُحُفِ إِبۡرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ 19 ﴿ "benar-benar terdapat dalam kitab-kitab terdahulu, (yaitu) kitab-kitab Ibrahim dan Musa," keduanya adalah rasul paling mulia setelah Muhammad a. Semua perintah-perintah di atas terdapat dalam seluruh syariat karena berguna untuk dunia dan akhirat. Perintah-perintah terse-but merupakan maslahat di seluruh waktu dan tempat.
Selesai. Segala puji hanya bagi Allah سبحانه وتعالى.