At-Taubah Ayat 78
اَلَمْ يَعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ سِرَّهُمْ وَنَجْوٰىهُمْ وَاَنَّ اللّٰهَ عَلَّامُ الْغُيُوْبِ ( التوبة: ٧٨ )
'Alam Ya`lamū 'Anna Allāha Ya`lamu Sirrahum Wa Najwāhum Wa 'Anna Allāha `Allāmu Al-Ghuyūbi. (at-Tawbah 9:78)
Artinya:
Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwa Allah mengetahui segala yang gaib? (QS. [9] At-Taubah : 78)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Mereka berani melakukan kemunafikan. Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka yang mendorong kepada keburukan dan kejahatan, dan bahwa Allah mengetahui segala yang gaib? Sungguh, mereka mengetahui akan hal itu.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Dalam ayat ini Allah swt memperingatkan orang-orang munafik bahwa bagaimanapun pintarnya mereka menyimpan rahasia dalam hati mereka dan bagaimanapun liciknya mereka berbisik-bisik menjelekkan orang-orang yang beriman dan menjelek-jelekkan Rasulullah atau berbisik-bisik sesama mereka untuk mengatur siasat buruk dalam memusuhi orang-orang yang beriman, namun Allah swt akan mengetahuinya. Tidak ada yang tersembunyi bagi Allah sesuatupun juga, baik yang di bumi ataupun yang di langit, demikian pula yang tersembunyi dalam hati, Allah Maha Mengetahui semua yang tersembunyi.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
...karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya. , hingga akhir ayat.
Artinya, Allah menimbulkan kemunafikan dalam hati mereka karena mereka telah mengingkari janjinya dan berdusta. Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis dari Rasulullah Saw. yang menyebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Pertanda orang munafik itu ada tiga, apabila berbicara dusta, apabila berjanji ingkar, dan apabila dipercaya khianat.
Hadis ini mempunyai banyak syahid (bukti) yang menguatkannya.
Firman Allah Swt.:
Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka., hingga akhir ayat.
Allah Swt. memberitahukan bahwa Dia mengetahui semua rahasia dan semua yang tersembunyi. Dia pun mengetahui isi hati mereka, sekalipun pada lahiriahnya mereka mengatakan bahwa jika mereka beroleh harta yang banyak, maka mereka akan menyedekahkan sebagiannya dan mensyukurinya. Karena sesungguhnya Allah lebih mengetahui tentang diri mereka daripada diri mereka sendiri. Allah Maha Mengetahui semua yang gaib, yakni mengetahui semua yang gaib dan semua yang lahir serta mengetahui semua rahasia dan semua bisikan hati, dan Allah mengetahui semua yang lahir dan semua yang tersembunyi.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Tidakkah mereka tahu) orang-orang munafik itu (bahwasanya Allah mengetahui rahasia mereka) apa-apa yang mereka simpan di dalam diri mereka (dan bisikan mereka) yakni apa-apa yang mereka bisikkan di antara sesama mereka (dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang gaib) yang dimaksud dengan gaib ialah segala sesuatu yang tidak terlihat oleh mata. Ketika ayat mengenai sedekah ini diturunkan, ada seorang lelaki datang dengan membawa sedekah yang banyak sekali, lalu orang-orang munafik itu mengatakan, "Dia hanya ingin pamer saja." Datang pula seorang lelaki lain seraya membawa sedekah satu sha', maka orang-orang munafik itu mengatakan pula, "Sesungguhnya Allah Maha Kaya dari sedekahnya orang ini", maka pada saat itu juga turunlah firman- Nya berikut ini, yaitu:
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Bagaimana mungkin mereka dapat berpura-pura tidak tahu bahwa Allah Maha Mengetahui dengan teliti keadaan mereka? Bagi Allah, semua yang mereka rahasiakan saat mereka mengingkari janji, mencela agama dan rencana makar terhadap kaum Muslimin, tetap akan diketahui Allah. Dialah Yang Maha Mengetahui dan tidak ada sesuatu pun yang luput dari pengetahuan-Nya.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah, 'Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karuniaNya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shalih.' Maka setelah Allah memberi-kan kepada mereka sebagian dari karuniaNya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka me-nemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepadaNya dan (juga) karena mereka selalu berdusta. Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah menge-tahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib?" (At-Taubah: 75-78).
(75) Yakni, di antara orang-orang munafik itu ada yang berjanji kepada Allah ﴾ لَئِنۡ ءَاتَىٰنَا مِن فَضۡلِهِۦ ﴿ "Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karuniaNya kepada kami", dari dunia, lalu Dia melapangkannya dan membentangkannya untuk kami, ﴾ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ ﴿ "pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shalih." Kami akan bersilaturahim, menjamu tamu, membantu orang yang mendapatkan musibah, dan melakukan amalan-amalan yang baik lagi shalih.
(76) ﴾ فَلَمَّآ ءَاتَىٰهُم مِّن فَضۡلِهِۦ ﴿ "Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karuniaNya", mereka ingkari ucapan mereka sendiri, bahkan mereka ﴾ بَخِلُواْ ﴿ "kikir" dan ﴾ وَتَوَلَّواْ ﴿ "berpaling", dari ketaatan dan ketundukan, ﴾ وَّهُم مُّعۡرِضُونَ ﴿ "dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran)", yakni tidak melihat kebenaran.
(77) Karena mereka tidak menepati apa yang mereka janji-kan kepada Allah, Allah menghukum mereka dan ﴾ فَأَعۡقَبَهُمۡ نِفَاقٗا فِي قُلُوبِهِمۡ إِلَىٰ يَوۡمِ يَلۡقَوۡنَهُۥ بِمَآ أَخۡلَفُواْ ٱللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ ﴿ "Allah menimbulkan kemu-nafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepadaNya dan (juga) karena mereka selalu berdusta." Maka hendaknya seorang Mukmin mewaspadai sifat buruk ini, yaitu ber-janji kepada Allah jika maksudnya yang begini dan begini tercapai, maka dia akan melakukan ini dan itu, kemudian dia tidak menepati, karena bisa jadi Allah menghukumnya dengan kemunafikan se-perti mereka. Nabi ﷺ telah bersabda di dalam hadits yang tsabit dalam ash-Shahihain[95],
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ.
"Tanda orang munafik ada tiga: Jika berbicara berdusta, jika mela-kukan suatu perjanjian ia berkhianat dan jika berjanji tidak menepati."
Munafik ini berjanji kepada Allah jika Dia memberikan karu-niaNya kepadanya niscaya dia akan bersedekah dan menjadi orang yang shalih, dia berbicara lalu berdusta, dia melakukan suatu per-janjian lalu mengkhianati, dan dia berjanji lalu tidak menepati.
(78) Karena itu Allah mengancam orang yang melakukan hal ini dengan FirmanNya, ﴾ أَلَمۡ يَعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ سِرَّهُمۡ وَنَجۡوَىٰهُمۡ وَأَنَّ ٱللَّهَ عَلَّٰمُ ٱلۡغُيُوبِ ﴿ "Tidakkah mereka tahu bahwasanya Allah mengetahui rahasia dan bisikan mereka, dan bahwasanya Allah amat mengetahui segala yang ghaib?" Allah akan membalas mereka atas apa yang mereka kerja-kan yang diketahui oleh Allah تعالى.
Ayat-ayat ini turun mengenai seorang munafik yang bernama Tsa'labah, dia datang kepada Nabi ﷺ memohon kepadanya untuk berdoa kepada Allah agar memberinya karunia, dan bahwa jika Allah memberinya maka dia akan bersedekah, bersilaturahim, dan menolong orang yang dalam musibah, maka Nabi ﷺ mendoakan-nya. Dia memiliki kambing, kambingnya itu terus berkembang biak sehingga dia menggembalakannya sampai ke luar Madinah, akibatnya dia tidak menghadiri kecuali sebagian shalat lima waktu, lalu dia semakin menjauh, akibatnya dia tidak menghadiri kecuali Shalat Jum'at, kambingnya bertambah banyak maka dia semakin jauh menggembalakannya, akibatnya adalah dia tidak menghadiri jamaah dan Jum'at. Nabi ﷺ merasa kehilangan dia, beliau diberi tahu tentang keadaannya, maka Nabi ﷺ mengutus orang untuk mengambil zakat dari orang-orang yang wajib zakat. Ketika mereka mendatangi Tsa'labah, maka Tsa'labah berkata, "Ini tidak lain kecuali jizyah. Ini tidak lain kecuali saudaranya jizyah." Ketika Tsa'labah tidak mau membayar zakat, mereka datang kepada Nabi ﷺ dan menyampaikan hal itu. Nabi bersabda,
يَا وَيْحَ ثَعْلَبَةَ، يَا وَيْحَ ثَعْلَبَةَ، يَا وَيْحَ ثَعْلَبَةَ.
"Celaka Tsa'labah. Celaka Tsa'labah. Celaka Tsa'labah."[96]
Ketika ayat ini turun padanya dan pada orang yang semisal-nya, maka sebagian keluarganya menyampaikannya kepada Tsa'-labah. Dia pun datang membawa zakatnya kepada Nabi ﷺ, tetapi Nabi tidak mau menerimanya. Setelah Nabi wafat, zakatnya dibawa kepada Abu Bakar, Abu Bakar juga tidak mau menerimanya, lalu kepada Umar setelah Abu Bakar, dan Umar pun tidak mau meneri-manya. Dikatakan bahwa Tsa'labah meninggal pada masa Utsman.