الَّذِيْ كَذَّبَ وَتَوَلّٰىۗ ( الليل: ١٦ )
Al-Ladhī Kadhdhaba Wa Tawallaá. (al-Layl 92:16)
Artinya:
yang mendustakan (kebenaran) dan berpaling (dari iman). (QS. [92] Al-Lail : 16)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Mereka itulah orang yang mendustakan kebenaran yang datang dari Allah dan berpaling dari iman kepada-Nya.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Di samping Allah telah menunjuki manusia jalan yang benar, Ia juga memperingatkan manusia tentang adanya neraka yang senantiasa menyala-nyala. Penghuni neraka itu adalah mereka yang paling durhaka, yaitu orang-orang yang senantiasa memandang dusta wahyu-wahyu yang disampaikan kepadanya, dan karena itu tidak mau mengimaninya dan menjalankannya.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt:
Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka. (Al-Lail: 15)
Yaitu tiada yang dijerumuskan ke dalamnya sehingga diliputi oleh api neraka dari segala penjurunya kecuali hanya orang yang paling celaka. Kemudian dijelaskan oleh firman berikutnya:
yang mendustakan. (Al-Lail: 16)
Maksudnya, hatinya mendustakan hal tersebut.
dan berpaling. (Al-Lail: 16)
Yakni semua anggota tubuhnya tidak mau mengamalkannya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan Ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Sa'id Al-Maqbari, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwaRasulullah Saw. telah bersabda: Tiada yang masuk neraka selain orang yang celaka. Ketika ditanyakan kepada beliau Saw.”Siapakah orang yang celaka itu?" Maka beliau Saw. menjawab: Orang yang tidak mau mengamalkan ketaatan kepada Allah dan tidak mau meninggalkan perbuatan durhaka kepada-Nya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus dan Syuraih, keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Falih, dari Hilal ibnu Ali, dari Ata ibnu Yasar, dari Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Semua umatku akan masuk surga di hari kiamat nanti, terkecuali orang yang membangkang. Ketika mereka bertanya, "Siapakah orang yang membangkang itu, wahai Rasulullah Saw.?" Maka beliau Saw. menjawab: Barang siapa yang taat kepadaku, niscaya masuk surga; dan barang siapa durhaka kepadaku, berarti dia membangkang.
Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini dari Muhammad ibnu Sinan, dari Falih dengan sanad yang sama.
Firman Allah Swt.:
Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu. (Al-Lail: 17)
Yakni kelak akan dijauhkan dari neraka orang yang bertakwa dan orang yang paling bertakwa, kemudian dijelaskan oleh firman berikutnya siapa yang dimaksud dengan orang yang bertakwa itu:
(yaitu) yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya. (Al-Lail: 18)
Yaitu membelanjakan hartanya untuk jalan ketaatan kepada Tuhannya, untuk mensucikan dirinya, hartanya dan segala apa yang dikaruniakan oleh Allah kepadanya berupa agama dan dunia.
padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. (Al-Lail: 19)
Maksudnya, pembelanjaan yang dikeluarkannya itu bukanlah untuk membalas jasa kebaikan yang pernah diberikan oleh orang lain kepadanya, melainkan dia mengeluarkannya hanya semata-mata.
tetapi semata-mata karena mencari keridaan Tuhannya Yang Mahatinggi. (Al-Lail: 20)
Yakni hanyalah semata-mata karena mengharapkan untuk dapat melihat Allah di negeri akhirat di dalam taman-taman surga. Lalu disebutkan dalam firman berikutnya:
Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan. (Al-Lail: 21)
Artinya, orang yang menyandang sifat-sifat ini niscaya akan mendapat kepuasan. Banyak kalangan ulama tafsir menyebutkan bahwa ayat-ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Bakar As-siddiq r.a. sehingga sebagian dari mereka ada yang meriwayatkannya sebagai suatu kesepakatan di kalangan ulama tafsir.
Dan memang tidak diragukan lagi dia termasuk ke dalamnya. sebagaimana termasuk pula ke dalam pengertiannya seluruh umat ini bila ditinjau dari pengertian umumnya, mengingat lafaznya memakai lafaz yang mengandung pengertian umum, yaitu firman Allah Swt.:
Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, (yaitu orang) yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan dirinya, padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanyayang harus dibalasnya. (Al-Lail: 17-19)
Akan tetapi, Abu Bakar r.a. merupakan orang yang diprioritaskan dari kalangan umat ini, dan dia adalah pendahulu mereka dalam menyandang sifat-sifat ini dan sifat-sifat terpuji lainnya. Dia adalah seorang yang berpredikat siddiq, bertakwa, mulia, lagi dermawan, banyak membelanjakan hartanya di jalan ketaatan kepada Allah Swt. dan menolong Rasul-Nya.
Berapa banyak uang dinar dan dirham yang telah dibelanjakan Abu Bakar demi mengharapkan rida Tuhannya Yang Mahamulia, padahal tiada seorang pun yang berjasa baginya hingga perlu untuk ia balas jasanya itu dengan imbalan pemberian. Bahkan kemurahan dan kebaikannya juga menyentuh para pemimpin, dan orang-orang yang terhormat dari kalangan berbagai kabilah.
Karena itulah Urwah ibnu Mas'ud pemimpin Bani Saqif ketika terjadi Perjanjian Hudaibiyah mengatakan kepada Abu Bakar, "Ingatlah, demi Allah, seandainya saja aku tidak teringat akan jasamu padaku yang masih belum terbalaskan, tentulah aku akan meladenimu," tersebutlah bahwa Abu Bakar r.a. bersikap kasar terhadapnya dalam menyambutnya. Untuk itu apabila keadaan Abu Bakar sangat disegani di kalangan para penghulu orang Arab dan para pemimpinnya, maka terlebih lagi orang-orang yang selain mereka, lebih segan kepadanya karena kebaikan dan kedermawanannya. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
Padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Mahatinggi. (Al-Lail: 19-20)
Di dalam hadis sahihain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Barang siapa yang membelanjakan sepasang barang dijalan Allah, maka para malaikat penjaga surga memanggilnya, "Hai hamba Allah, inilah yang baik.” Maka Abu bakar bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah merupakan suatu keharusan bagi seseorang (yang masuk surga) dipanggil dari pintunya, dan apakah ada seseorang yang dipanggil dari semua pintu surga (untuk memasukinya)?" Rasulullah Saw. menjawab: Ya ada, dan aku berharap semoga engkau termasuk seseorang dari mereka (yang dipanggil masuk surga dari semua pintunya).
4 Tafsir Al-Jalalain
(Yang mendustakan) Nabi saw. (dan berpaling) dari iman. Pengecualian yang terdapat pada ayat sebelum ayat ini merupakan takwil dari makna yang terkandung di dalam ayat lainnya yaitu, firman-Nya, "dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (Q.S. An-Nisa, 48) Dengan demikian berarti makna yang dimaksud dengan masuk neraka pada ayat 15 tadi adalah masuk untuk selama-lamanya, yakni untuk menjadi penghuni yang abadi.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Tidak ada yang kekal di dalamnya kecuali orang kafir yang mendustakan kebenaran dan berpaling dari ayat-ayat Tuhannya.