Al-Isra' Ayat 77
سُنَّةَ مَنْ قَدْ اَرْسَلْنَا قَبْلَكَ مِنْ رُّسُلِنَا وَلَا تَجِدُ لِسُنَّتِنَا تَحْوِيْلًا ࣖ ( الإسراء: ٧٧ )
Sunnata Man Qad 'Arsalnā Qablaka Min Rusulinā Wa Lā Tajidu Lisunnatinā Taĥwīlāan. (al-ʾIsrāʾ 17:77)
Artinya:
(Yang demikian itu) merupakan ketetapan bagi para rasul Kami yang Kami utus sebelum engkau, dan tidak akan engkau dapati perubahan atas ketetapan Kami. (QS. [17] Al-Isra' : 77)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Yang demikian itu, yakni kehancuran bagi umat yang mengusir para rasul Kami dari negerinya, merupakan ketetapan bagi para rasul Kami yang Kami utus sebelum engkau, dan tidak akan engkau dapati perubahan atas ketetapan Kami. Setiap umat yang mengusir para rasul dari negerinya pasti akan dibinasakan oleh Allah. Demikianlah ketetapan Allah yang ditetapkan, dan tidak ada perubahan bagi ketetapan itu selamalamanya.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Dalam ayat ini dijelaskan tentang hukum-hukum Allah yang berlaku umum, sebagaimana yang telah dialami oleh para rasul dan nabi sebelum-nya. Mereka mengalami tekanan-tekanan yang berat dan diusir oleh kaum-nya. Tetapi akhirnya, Allah memenangkan kaum Muslimin dan menghukum mereka yang ingkar. Demikian pula Rasulullah saw dan para pengikutnya, mereka tidak luput dari tekanan dan penganiayaan kaum musyrikin Mekah. Namun, hal itu tidak mempengaruhi keteguhan hati Rasulullah dan pengikut-pengikutnya, meskipun mereka terpaksa hijrah. Janji kemenangan dari Allah akan datang pada waktunya, dan musuh-musuh Allah akan mengalami kekalahan yang besar.
Perlu dijelaskan bahwa hukuman dengan memusnahkan mereka yang durhaka seperti yang terjadi pada kaum 'Ad, Samud, kaum Lut, dan lain-lain yang dikenal dengan istilah azab al-isti'shal (hukuman dengan pemusnahan) tidak diberlakukan lagi setelah Rasulullah Muhammad saw diutus karena beliau pembawa rahmat ke seluruh umat manusia, dan adanya harapan bahwa kaum kafir Quraisy atau keturunannya akan masuk Islam.
Allah swt berfirman:
Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan. (al-Anfal/8: 33)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Tafsir ayat ini tidak diterangkan secara terpisah pada kitab aslinya dan hanya dibahas secara ringkas pada akhir tafsir ayat 76.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Hal itu sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu) yakni sebagaimana kebiasaan Kami terhadap para rasul Kami, yaitu membinasakan orang-orang yang mengusir mereka (dan tidak akan kamu dapati perubahan bagi ketetapan Kami) maksudnya tidak ada pergantian baginya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Cara seperti itulah yang Kami tempuh untuk menghancurkan siapa saja yang mengusir nabinya. Begitu pula cara Kami berkenaan dengan rasul-rasul sebelum kamu. Dan kamu tidak akan mendapatkan perubahan bagi ketetapan Kami.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat sesuatu yang lain secara bohong terhadap Kami; dan kalau sudah begitu, tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia. Dan kalau bukan karena Kami memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka. Kalau terjadi de-mikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, kemudian kamu tidak akan mendapat seorang pe-nolong pun terhadap Kami. Dan sesungguhnya mereka benar-benar hampir membuatmu gelisah di negeri (Makkah) untuk mengusirmu daripadanya, dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal, melainkan sebentar saja. (Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu, dan kamu tidak akan mendapati perubahan bagi ketetapan Kami itu." (Al-Isra`: 73-77).
(73) Allah تعالى menyebutkan karunia dan penjagaanNya ke-pada RasulNya, Muhammad ﷺ dari para musuh yang gigih melon-tarkan fitnah dengan segala macam cara. Allah berfirman, ﴾ وَإِن كَادُواْ لَيَفۡتِنُونَكَ عَنِ ٱلَّذِيٓ أَوۡحَيۡنَآ إِلَيۡكَ لِتَفۡتَرِيَ عَلَيۡنَا غَيۡرَهُۥۖ ﴿ "Dan sesungguhnya mereka hampir memalingkan kamu dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar kamu membuat sesuatu yang lain secara bohong terhadap Kami," maksud-nya mereka telah melancarkan tipu-daya kepadamu yang belum pernah mereka ketahui (sebelumnya), mereka merekayasa dirimu agar mau berbohong atas Nama Allah dengan (memberi keterangan) yang berbeda dengan yang telah diwahyukan kepadamu, lantas kamu membawakan keterangan yang sesuai dengan hawa nafsu mereka, dan kamu meninggalkan wahyu yang diturunkan Allah kepadamu. ﴾ وَإِذٗا ﴿ "Dan kalau sudah begitu," seandainya kamu me-lakukan apa yang mereka inginkan, ﴾ لَّٱتَّخَذُوكَ خَلِيلٗا ﴿ "tentulah mereka mengambil kamu jadi sahabat yang setia," yaitu sebagai kekasih sejati, lebih dihormati dari kekasih-kekasih mereka yang lain, karena perangai-perangai yang telah Allah pasang untukmu berupa akhlak mulia dan adab yang tinggi, yang dicintai oleh semua karib yang dekat maupun jauh, kawan ataupun lawan. Akan tetapi, sungguh kamu akan mengetahui bahwasanya, tidaklah mereka memusuhi dan melawanmu melainkan karena kebenaran yang kamu bawa, bukan karena pribadimu. Sebagaimana Firman Allah,
﴾ قَدۡ نَعۡلَمُ إِنَّهُۥ لَيَحۡزُنُكَ ٱلَّذِي يَقُولُونَۖ فَإِنَّهُمۡ لَا يُكَذِّبُونَكَ وَلَٰكِنَّ ٱلظَّٰلِمِينَ بِـَٔايَٰتِ ٱللَّهِ يَجۡحَدُونَ 33 ﴿
"Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan hatimu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah." (Al-An'am: 33).
(74) ﴾ وَ﴿ "Dan," kendatipun demikian ﴾ ل َ و ْ ل َ آ أَن ثَبَّتۡنَٰكَ ﴿ "kalau bukan karena Kami memperkuat (hati)mu," untuk tetap di atas kebenar-an dan Kami karuniakan kepadamu penolakan terhadap permin-taan mereka ﴾ لَقَدۡ كِدتَّ تَرۡكَنُ إِلَيۡهِمۡ شَيۡـٔٗا قَلِيلًا ﴿ "niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka," karena banyaknya usahamu untuk membenahi mereka dan kecintaanmu untuk memberikan hidayah.
(75) ﴾ إِذًا﴿ "Kalau terjadi demikian," seandainya kamu condong kepada keinginan mereka, ﴾ لَّأَذَقۡنَٰكَ ضِعۡفَ ٱلۡحَيَوٰةِ وَضِعۡفَ ٱلۡمَمَاتِ ﴿ "benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati," maksudnya benar-benar akan Kami timpakan kepadamu siksaan yang berlipat ganda di dunia dan akhirat. Hal itu karena Allah telah menyem-purnakan nikmat-nikmatNya kepadamu dan menyempurnakan pula pengetahuanmu ﴾ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيۡنَا نَصِيرٗا ﴿ "kemudian kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun terhadap Kami," yang menyelamatkan-mu dari azab yang menimpamu. Akan tetapi, Allah تعالى memelihara-mu dari sebab-sebab keburukan dan keburukan itu sendiri. Selanjut-nya, Kami menguatkan hatimu dan Kami menunjukkan kamu ke jalan yang lurus. Dan kamu tidak akan condong kepada mereka dari sisi manapun. Dia telah melimpahkan atas dirimu nikmat yang sempurna dan anugerah yang tak terhingga.
(76-77) ﴾ وَإِن كَادُواْ لَيَسۡتَفِزُّونَكَ مِنَ ٱلۡأَرۡضِ لِيُخۡرِجُوكَ مِنۡهَاۖ ﴿ "Dan sesungguh-nya mereka benar-benar hampir membuatmu gelisah di negeri (Makkah) untuk mengusirmu darinya," karena kebencian mereka dengan keber-adaanmu bersama mereka. Hampir saja mereka mengusirmu dan menyingkirkanmu dari negeri (Makkah). Seandainya mereka mela-kukannya, niscaya mereka tidak akan lama bertahan di negeri itu, hingga azab menimpa mereka. Itu adalah sunnatullah yang tidak pernah berubah dan berganti pada setiap umat. Setiap umat yang mendustakan dan mengusir RasulNya, niscaya Allah akan menye-gerakan azab bagi mereka. Oleh karenanya, tatkala orang-orang kafir itu membuat makar terhadap RasulNya dan mengusirnya, maka tidaklah mereka mampu bertahan kecuali sebentar saja sampai akhirnya Allah membinasakan mereka di perang Badar, menewas-kan tokoh-tokoh mereka dan mencerai-beraikan kekuatan mereka. BagiNya-lah semua pujian.
Dalam ayat ini terdapat dalil betapa besarnya kebutuhan se-orang hamba kepada peneguhan hati oleh Allah. [Sudah seharus-nya] dia senantiasa meminta, supaya Allah meneguhkan hatinya di atas keimanan dengan tetap melakukan segala usaha yang menghan-tarkan kepadanya. Karena Nabi saja –padahal beliau adalah insan yang paling sempurna– (diberi peneguhan hati oleh Allah. Ed). Allah berfirman kepada beliau, ﴾ وَلَوۡلَآ أَن ثَبَّتۡنَٰكَ لَقَدۡ كِدتَّ تَرۡكَنُ إِلَيۡهِمۡ شَيۡـٔٗا قَلِيلًا ﴿ "Dan kalau bukan karena Kami memperkuat (hati)mu, niscaya kamu hampir-hampir condong sedikit kepada mereka," lalu bagaimana dengan selain beliau?
Dalam ayat ini terdapat tindakan Allah mengingatkan Rasul-Nya terhadap karunia dan penjagaanNya dari keburukan. Hal ini menunjukkan bahwasanya Allah mencintai hamba-hambaNya, yang menyadari curahan kenikmatan pada mereka di kala muncul sebab-sebab keburukan dalam bentuk penjagaan dariNya dan keteguhan di atas keimanan.
Dalam ayat ini terdapat pula dalil bahwasanya semakin tinggi kedudukan seorang hamba dan semakin banyak nikmat yang dia dapatkan dari Allah, maka semakin besar pula dosa dan tingkat kejahatannya apabila dia melakukan perbuatan yang tercela. Karena Allah telah mengingatkan RasulNya, seandainya beliau melakukan-nya –dan itu tidak mungkin terjadi– dengan FirmanNya, ﴾ إِذٗا لَّأَذَقۡنَٰكَ ضِعۡفَ ٱلۡحَيَوٰةِ وَضِعۡفَ ٱلۡمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيۡنَا نَصِيرٗا 75 ﴿ "Kalau terjadi demikian, benar-benarlah Kami akan rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan begitu (pula siksaan) berlipat ganda sesudah mati, dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun terhadap Kami."
Dalam ayat ini terdapat pula dalil bahwasanya apabila Allah menghendaki kehancuran suatu umat, maka kejahatannya akan berlipat-lipat, membesar dan semakin menjadi-jadi, sampai akhir-nya jatuhlah keputusan dari Allah atas mereka, maka Allah menim-pakan hukuman itu kepada mereka, sebagaimana itu sudah men-jadi sunnatullah yang berlaku pada umat-umat terdahulu apabila mereka mengusir RasulNya.