Al-Baqarah Ayat 134
تِلْكَ اُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَّا كَسَبْتُمْ ۚ وَلَا تُسْـَٔلُوْنَ عَمَّا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ( البقرة: ١٣٤ )
Tilka 'Ummatun Qad Khalat Lahā Mā Kasabat Wa Lakum Mā Kasabtum Wa Lā Tus'alūna `Ammā Kānū Ya`malūna. (al-Baq̈arah 2:134)
Artinya:
Itulah umat yang telah lalu. Baginya apa yang telah mereka usahakan dan bagimu apa yang telah kamu usahakan. Dan kamu tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang apa yang dahulu mereka kerjakan. (QS. [2] Al-Baqarah : 134)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Mereka itulah umat yang telah lalu, jauh sebelum kamu, yang tidak kamu saksikan. Mereka berpegang teguh pada wasiat itu, sedangkan kamu, wahai kaum Yahudi, tidak. Oleh karena itu, baginya, yakni para leluhurmu, apa yang telah mereka usahakan berupa keyakinan yang tulus dan bagimu apa yang telah kamu usahakan dengan mengikuti hawa nafsumu. Mereka tidak ditanya tentang apa yang kamu lakukan, dan kamu pun tidak akan diminta (pertanggungjawaban) tentang apa yang dahulu mereka kerjakan.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini mengisyaratkan umat-umat yang dahulu dan perbuatan mereka, yaitu umat Nabi Ibrahim dan nabi-nabi yang didoakannya, yang telah diterangkan pada ayat sebelum ini. Ayat ini menegaskan bahwa manusia itu dinilai dan dibalas berdasarkan amalnya, tidak seorang pun yang dapat menolong mereka selain Allah.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt:
Itu adalah umat yang lalu, baginya apa yang telah diusahakannya, dan bagi kalian apa yang sudah kalian usahakan.
Dengan kata lain, sesungguhnya orang-orang terdahulu dari kalangan kakek moyang kalian yang menjadi nabi-nabi dan orang-orang saleh, tiada manfaatnya bagi kalian ikatan kalian dengan mereka jika kalian sendiri tidak mengerjakan kebaikan yang manfaatnya justru kembali kepada kalian. Karena sesungguhnya bagi mereka amalan mereka, dan bagi kalian amalan kalian sendiri. Dalam ayat berikutnya disebutkan:
Dan kalian tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa yang telah mereka kerjakan.
Abul Aliyah, Ar-Rabi', dan Qatadah mengatakan sehubungan dengan takwil firman-Nya:Itu adalah umat yang lalu. (Al Baqarah:134) Bahwa yang dimaksud adalah Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, Nabi Ya'qub, dan anak cucunya. Karena itu, di dalam sebuah asar disebutkan:
Barang siapa yang lamban amalnya karena mengandalkan kepada keturunan, maka keturunan (yang dibangga-banggakannya) itu tidak akan cepat menyusulnya.
Akan tetapi, adakalanya suatu asar dikemukakan sebagai suatu bagian dari makna yang terkandung di dalam hadis marfu', mengingat asar ini diriwayatkan oleh Imam Muslim secara marfu' melalui hadis yang panjang dari Abu Hurairah r.a.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Itu) isyarat kepada Ibrahim dan Yakub serta anak cucu mereka, menjadi 'mubtada' atau subyek dan dipakai kata muannats/jenis wanita disebabkan predikatnya yang muannats pula, (adalah umat yang telah lalu) (bagi mereka apa yang telah mereka usahakan) maksudnya balasan atau ganjaran amal perbuatan mereka (dan bagi kamu) ditujukan kepada orang-orang Yahudi (apa yang kamu usahakan dan kamu tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang apa-apa yang mereka kerjakan) sebagaimana mereka tidak pula akan diminta pertanggungjawaban tentang amal perbuatanmu. Kalimat yang di belakang ini memperkuat maksud kalimat di muka.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Lantas apa maksud kalian mempertentangkan mereka? Mereka adalah umat yang telah berlalu, mereka yang akan mendapat balasan atas perbuatan mereka. Kalian tidak akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan mereka sebagaimana perbuatan mereka itu tidak akan mendatangkan pahala bagi kalian kecuali apa yang kalian kerjakan sendiri.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melain-kan orang yang memperbodoh dirinya
sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia, dan sesungguhnya dia di akhirat benar-benar
termasuk orang-orang yang shalih. Ketika Tuhannya ber-firman kepadanya, 'Tunduk patuhlah!'
Ibrahim menjawab, 'Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.' Dan Ibrahim telah mewasiatkan
ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata),
'Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati
kecuali dalam memeluk agama Islam.' Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda)
maut, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, 'Apa yang kamu sembah sepeninggalku?' Mereka
menjawab, 'Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq,
(yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepadaNya.' Itu
adalah umat yang berlalu, baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah kamu
usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggunganjawaban tentang apa yang telah mereka
kerjakan." (Al-Baqarah: 130-134).
(130) Tidaklah ada orang yang benci ﴾ عَن مِّلَّةِ إِبۡرَٰهِـۧمَ ﴿ "kepada agama Ibrahim," setelah dia mengetahui keutamaannya,﴾ إِلَّا
مَن سَفِهَ نَفۡسَهُۥۚ ﴿ "melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri," maksud-nya, membodohi dan menghinakannya, ridha dengan kehinaan dan menjualnya dengan transaksi yang merugikan, sebagaimana tidak lebih lurus dan tidak lebih sempurna dari orang yang menyu-kai agama Ibrahim. Kemudian Allah mengabarkan tentang kondi-sinya di dunia maupun di akhirat seraya berfirman,﴾
وَلَقَدِ ٱصۡطَفَيۡنَٰهُ فِي ٱلدُّنۡيَاۖ ﴿ "Dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia," maksudnya Kami mengutamakan dan membimbingnya kepada amalan-amalan yang membuatnya termasuk orang-orang yang terpilih dan isti-mewa, ﴾
وَإِنَّهُۥ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ لَمِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ ﴿ "dan sesungguhnya di akhirat dia benar-benar
termasuk orang-orang yang shalih," yakni orang-orang yang memiliki derajat yang tinggi.
(131) ﴾ إِذۡ قَالَ لَهُۥ رَبُّهُۥٓ أَسۡلِمۡۖ قَالَ ﴿ "Ketika Tuhannya berfirman kepadanya, 'Tunduk patuhlah'! (Maka) Ibrahim menjawab," sebagai ketundukan kepada Tuhannya, ﴾
أَسۡلَمۡتُ لِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ﴿ "Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam," dengan ikhlas
dan bertauhid, mencintai, dan pasrah. Maka bertauhid kepada Allah adalah sifat beliau, lalu
beliau me-wariskannya kepada keturunannya dan mewasiatkannya kepada mereka, dan beliau jadikan
tauhid itu sebagai kalimat yang terus ada pada generasi selanjutnya, dan terus diwarisi di
antara mereka hingga sampai kepada Ya'qub, lalu beliau juga mewasiatkan hal itu kepada
anak-anaknya,
Kalian wahai anak-anak Ya'qub! Bapak moyang kalian telah mewasiatkan kepada kalian secara
khusus, maka wajiblah atas kalian tunduk secara sempurna, dan mengikuti penutup para Nabi. Allah
berfirman,
(132) ﴾ يَٰبَنِيَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ ﴿ "Hai
anak-anakku! Sesungguh-nya Allah telah memilih agama ini bagimu." Maksudnya, Allah telah
menjadikannya untuk kalian dan memilihnya bagi kalian sebagai kasih sayang dan berlaku baik
kepada kalian, maka laksanakanlah, tunaikanlah syariat-syariatnya, hiasilah diri kalian dengan
akhlak-akhlaknya hingga kalian senantiasa seperti itu, dan tidaklah ke-matian itu mendatangi
dirimu kecuali kalian masih berpedoman padanya, karena barangsiapa yang hidup dengan suatu
ajaran, nis-caya dia akan meninggal dengan ajaran tersebut, dan barangsiapa yang meninggal
dengan suatu ajaran, niscaya dia akan dibangkitkan dengan ajaran tersebut.
(133) Dan ketika Yahudi mengklaim bahwasanya mereka berpegang pada agama
Nabi Ibrahim dan orang yang setelahnya, Nabi Ya'qub, maka Allah تعالى berfirman sebagai bantahan
atas klaim mereka tersebut, ﴾ أَمۡ كُنتُمۡ شُهَدَآءَ ﴿ "Adakah kamu hadir," maksudnya berada di sana, ﴾
إِذۡ حَضَرَ يَعۡقُوبَ ٱلۡمَوۡتُ ﴿ "ketika Ya'qub kedatangan tanda-tanda maut," yaitu pendahuluan dan sebab-sebabnya. Lalu beliau berkata kepada anak-anaknya sebagai sesuatu tes, dan agar hati-nya lega dalam kehidupannya dengan ketaatan mereka terhadap apa yang diwasiatkannya, ﴾
مَا تَعۡبُدُونَ مِنۢ بَعۡدِيۖ ﴿ "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Maka mereka menjawabnya dengan hal yang mem-buat hatinya lega, mereka berkata,﴾
نَعۡبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ ءَابَآئِكَ إِبۡرَٰهِـۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ وَإِسۡحَٰقَ إِلَٰهٗا
وَٰحِدٗا ﴿ "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa," kami tidak menyekutukanNya dengan sesuatu pun dan kami tidak menyimpang darinya, ﴾
وَنَحۡنُ لَهُۥ مُسۡلِمُونَ ﴿ "dan kami hanya tunduk patuh kepadaNya." Mereka telah menyatukan
antara tauhid dan perbuatan. Dan telah diketahui bahwa mereka (kaum Yahudi) tidak hadir di sisi Nabi Ya'qub, karena mereka belum
diciptakan saat itu, lalu ketika mereka (kaum Yahudi) tidak hadir, maka
sungguh Allah تعالى telah mengabarkan tentang beliau bahwa beliau mewasiatkan anak-anaknya
dengan Agama yang hanif (bersih dari syirik dan kebatilan) dan bukan
dengan agama Yahudi. Kemudian Allah تعالى berfirman,
(134) ﴾ تِلۡكَ أُمَّةٞ قَدۡ خَلَتۡۖ ﴿ "Itu adalah umat yang berlalu," yakni telah lewat, ﴾
لَهَا مَا كَسَبَتۡ وَلَكُم مَّا كَسَبۡتُمۡۖ ﴿ "baginya apa yang telah diusahakan-nya dan bagimu
apa yang sudah kamu usahakan." Maksudnya, setiap orang akan mendapatkan (pahala)
perbuatannya sendiri, dan setiap orang akan dibalas dengan apa yang telah diperbuatnya,
seseorang tidaklah akan disiksa karena dosa orang lain, dan tidaklah akan bermanfaat bagi
seseorang, kecuali hanya keimanan dan ketakwa-annya. Maka kesibukan kalian terhadap mereka dan
anggapan kalian bahwa kalian berada dalam agama mereka dan rela hanya sebatas perkataan semata,
adalah perkara kosong belaka yang tidak ada hakikatnya, semestinya kalian memperhatiakan kembali
kondisi kalian, apakah patut memperoleh keselamatan ataukah tidak?