Para Imam berselisih pendapat dalam ayat ini sehubungan dengan sajdah kedua dalam surat Al-Hajj. Apakah disyariatkan sujud tilawah pada ayat ini ataukah tidak? Ada dua pendapat mengenainya. Dalam keterangan yang telah lalu —yakni pada sujud tilawah yang pertama-— telah disebutkan hadis Uqbah ibnu Amir, dari Nabi Saw. yang telah bersabda:
Surat Al-Hajj mempunyai kelebihan dengan dua sajdahnya. Maka barang siapa yang tidak melakukan sujud pada keduanya, janganlah membacanya.
Firman Allah Swt.:
Dan berjihadlah pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.
Yakni dengan harta benda, lisan, dan jiwa kalian. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam ayat lain melalui firman-Nya
bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya. (Ali Imran:102)
Firman Allah Swt.:
Dia telah memilih kalian.
hai umat ini, Allah telah memilih kalian di atas semua umat, juga mengutamakan, serta memuliakan kalian, dan mengkhususkan kalian dengan rasul yang paling mulia dan syariat yang paling sempurna.
dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan.
Yakni Dia tidak membebankan kepada kalian apa-apa yang tidak mampu kalian kerjakan, Dia pun tidak mengharuskan sesuatu yang sangat berat bagi kalian, melainkan Allah menjadikan bagi kalian jalan keluar yang menuntaskannya. Salat yang merupakan rukun Islam yang terbesar sesudah membaca dua kalimah syahadat, wajib dilakukan empat rakaat dalam keadaan di tempat, tetapi dalam perjalanan diringkas menjadi dua rakaat. Dan dalam situasi khauf (perang), salat boleh dikerjakan hanya dengan satu rakaat (menurut sebagian imam), sesuai dengan keterangan yang terdapat di dalam sebuah hadis. Kemudian salat tersebut dalam situasi khauf dapat dikerjakan dengan jalan kaki dan berkendaraan, dan baik menghadap kiblat atau pun tidak, semuanya sah. Hal yang sama dilakukan pula bagi salat sunat dalam perjalanan, boleh menghadap ke arah kiblat dan boleh tidak. Berdiri dalam salat merupakan suatu hal yang wajib, tetapi menjadi gugur bagi orang yang sakit. Karena itu, seorang yang sakit di perbolehkan mengerjakannya sambil duduk, jika duduk tidak mampu, maka sambil berbaring pada salah satu sisi lambung dan lain sebagainya yang termasuk rukhsah dan kemurahan serta keringanan dalam semua hal yang fardu dan yang wajib. Karena itulah Nabi Saw. pernah bersabda:
Aku diutus dengan membawa agama Islam yang hanif lagi penuh toleransi.
Rasulullah Saw. bersabda kepada Mu'az dan Abu Musa, saat beliau mengutus keduanya menjadi amir di negeri Yaman:
Sampaikanlah berita gembira dan janganlah kamu berdua membuat mereka lari (darimu), dan bersikap mudahlah kamu berdua, janganlah kamu berdua bersikap mempersulit.
Hadis-hadis yang menerangkan hal ini cukup banyak, karena itulah sahabat Ibnu Abbas mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya
dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.
Al-haraj artinya kesempitan.
Firman Allah Swt.:
(ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim.
Menurut Ibnu Jarir, lafaz millata menjadi keterangan dari firman-Nya:
Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan.
Yakni suatu kesempitan pun, bahkan meluaskannya bagi kalian seperti agama orang tua kalian Ibrahim.
Ibnu Jarir selanjutnya mengatakan, bahwa dapat pula dikatakan millata di-nasab-kan karena menyimpan kata ilzamu, yang artinya ikutilah agama orang tuamu Ibrahim.
Menurut saya, pengertian ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Katakanlah, "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus.” (Al An'am:161), hingga akhir ayat.
Firman Allah Swt.:
Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu.
Imam Abdullah ibnul Mubarak telah meriwayatkan dari Ibnu Juraij, dari Ata, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya (Al Hajj:78) diatas, bahwa yang dimaksud dengan Dia adalah Allah Swt.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ata, Ad-Dahhak, As-Saddi, Muqatil ibnu Hayyan, dan Qatadah.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dia telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu
Bahwa yang dimaksud dengan Dia dalam ayat ini adalah Ibrahim. Demikian itu karena ada firman Allah Swt. yang menyebutkan tentang doa Ibrahim, yaitu:
Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau (umat muslimah). (Al Baqarah:128)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa pendapat yang terakhir ini tidak beralasan, karena sudah dimaklumi bahwa Ibrahim a.s. tidak menyebutkan dalam Al-Qur'an nama umat ini dengan sebutan muslimin (melainkan muslimah). Allah Swt. telah berfirman:
Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini.
Mujahid mengatakan bahwa Allah menamai kalian muslimin dari dahulu di dalam kitab-kitab terdahulu, juga di dalam Az-Zikir (Al-Qur'an). Hal yang sama telah dikatakan oleh selain Ibnu Jarir.
Menurut saya, pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Jarir benar, karena Allah Swt. telah berfirman:
Dia telah memilih kalian dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kalian dalam agama suatu kesempitan.
Kemudian Allah menggugah mereka dan membangkitkan semangat mereka untuk mengikuti apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. dengan menyebutkan bahwa agama Islam itu adalah agama orang tua mereka, yaitu Ibrahim Al-Khalil. Setelah itu Allah menyebutkan tentang karunia-Nyayang telah Dia limpahkan kepada umat ini, yang di dalamnya diisyaratkan pujian yang baik dan sebutan yang baik terhadap umat ini sejak zaman dahulu, yang tertera di dalam kitab-kitab para nabi dan dibaca oleh banyak rahib dan pendeta. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu. (Al Hajj:78) Yakni sebelum masa Al-Qur'an. dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini.
Imam Nasai mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa:
telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Syu'aib, telah menceritakan kepada kami Mu'awiyah ibnu Salam, bahwa saudara lelakinya (yaitu Zaid ibnu Salam) pernah menceritakan kepadanya suatu berita dari Abu Salam, bahwa al-Haris Al-Asy'ari pernah menceritakan kepadanya dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Barang siapa yang berseru dengan seruan Jahiliah, maka sesungguhnya dia akan menjadi penghuni neraka Jahannam. Kemudian ada seorang lelaki bertanya, "Wahai Rasulullah, sekalipun dia puasa dan salat?” Rasulullah Saw. menjawab, "Ya, sekalipun dia puasa dan salat.” Karena itu, hai hamba-hamba Allah, berserulah kalian dengan seruan Allah yang telah menamakan kalian orang-orang muslim dan orang-orang mukmin dalam seruan itu.
Dalam pembahasan terdahulu telah disebutkan hadis ini dengan panjang lebar, yaitu pada tafsir firman Allah Swt.:
Hai manusia, sembahlah Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang yang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. (Al Baqarah:21)
Karena itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:
supaya Rasul itu menjadi saksi atas diri kalian dan supaya kalian semua menjadi saksi atas segenap manusia.
Yaitu sesungguhnya Kami jadikan kalian demikian sebagai umat yang pertengahan, adil lagi terpilih, dan keadilan kalian telah disaksikan oleh semua umat, agar kalian semua kelak di hari kiamat.
menjadi saksi atas segenap manusia.
Karena di hari itu semua umat telah mengakui kepenghuluan umat Muhammad dan keutamaannya yang berada di atas semua umat lainnya. Maka kesaksian mereka atas segenap manusia di hari kiamat dapat diterima, yang isinya menyatakan bahwa para rasul itu telah menyampaikan risalah Tuhan mereka (kepada umatnya masing-masing), dan Rasul Saw. menjadi saksi atas umatnya, bahwa dia telah menyampaikan risalah Tuhannya kepada mereka. Penjelasan mengenai hal ini telah kami sebutkan dalam tafsir firman-Nya:
Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kalian (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian. (Al Baqarah:143)
Dalam pembahasan ini telah kami ketengahkan pula kisah Nabi Nuh dan umatnya, sehingga cukup jelas dan tidak perlu diulangi dalam tafsir ayat ini.
Firman Allah Swt.:
maka dirikanlah salat, tunaikanlah zakat.
Yakni terimalah nikmat yang besar ini dengan menunaikan rasa syukurnya. Dan tunaikanlah hak Allah yang ada pada kalian, yaitu dengan mengerjakan semua yang difardukan-Nya, menaati segala yang diwajibkan-Nya, dan meninggalkan semua yang diharamkan-Nya. Di antaranya yang terpenting ialah mendirikan salat dan menunaikan zakat, yang pengertiannya sama saja dengan berbuat kebajikan kepada sesama makhluk Allah. Yaitu sebagai hak orang fakir yang diambil dari sebagian kecil harta orang kaya setiap tahun sekali, kemudian diberikan kepada kaum fakir miskin, orang-orang lemah, dan orang-orang yang memerlukan pertolongan. Keterangan tentang masalah ini telah dirinci di dalam tafsir ayat zakat, bagian dari surat At-Taubah.
Firman Allah Swt.:
dan berpeganglah kalian pada tali Allah.
Maksudnya, berpegang eratlah kalian pada tali Allah, mintalah pertolongan kepada-Nya, bertakwalah kepada-Nya, serta mintalah dukungan dariNya.
Dia adalah Pelindung kalian.
Yakni Pemelihara, Penolong, dan yang memenangkan kalian atas musuh-musuh kalian.
maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.
Yaitu sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong terhadap musuh adalah Allah.
Wuhaib ibnul Ward mengatakan bahwa Allah Swt. telah berfirman:
Hai anak Adam, ingatlah Aku jika engkau marah, niscaya Aku mengingatmu jika Aku marah, maka Aku tidak memasukkan ke dalam golongan orang-orang yang Aku binasakan. Dan apabila engkau dianiaya, bersabarlah dan relalah dengan pertolonganKu, karena sesungguhnya pertolongan-Ku kepadamu lebih baik daripada pertolonganmu kepada dirimu sendiri.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Abu Hatim. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.