Asy-Syu'ara' Ayat 227
اِلَّا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ وَذَكَرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا وَّانْتَصَرُوْا مِنْۢ بَعْدِ مَا ظُلِمُوْا ۗوَسَيَعْلَمُ الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اَيَّ مُنْقَلَبٍ يَّنْقَلِبُوْنَ ࣖ ( الشعراء: ٢٢٧ )
'Illā Al-Ladhīna 'Āmanū Wa `Amilū Aş-Şāliĥāti Wa Dhakarū Allāha Kathīrāan Wa Antaşarū Min Ba`di Mā Žulimū Wa Saya`lamu Al-Ladhīna Žalamū 'Ayya Munqalabin Yanqalibūna (aš-Šuʿarāʾ 26:227)
Artinya:
Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan berbuat kebajikan dan banyak mengingat Allah dan mendapat kemenangan setelah terzalimi (karena menjawab puisi-puisi orang-orang kafir). Dan orang-orang yang zalim kelak akan tahu ke tempat mana mereka akan kembali. (QS. [26] Asy-Syu'ara' : 227)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Pada ayat ini diterangkan kriteria penyair yang dikecualikan dari penyair yang disebut di atas. Kecuali orang-orang penyair-penyair yang beriman dengan iman yang benar dan berbuat kebajikan yang sesuai dengan ketentuan syariah dan banyak mengingat Allah, baik siang maupun malam, dan mendapat kemenangan setelah terzalimi karena menjawab puisi-puisi orang-orang kafir. Pada akhir surah ini Allah memberikan peringatan keras terhadap orang-orang kafir. "Dan orang-orang yang zalim kelak yaitu pada hari kebangkitan, akan tahu ke tempat mana mereka akan kembali. Mereka akan kembali ke neraka.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini menerangkan bahwa syair dan penyair yang baik dan bermanfaat itu ialah yang mempunyai sifat-sifat di bawah ini:
1. Beriman kepada Allah.
2. Beramal saleh.
3. Menyebut dan mengagungkan nama Allah, sehingga menambah kemantapan imannya kepada kebesaran dan keesaan-Nya.
4. Mendorong orang-orang yang beriman untuk berjihad, menegakkan agama Allah, melepaskan diri dari penganiayaan orang-orang yang memusuhi mereka dan agama-Nya.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir ath-thabari dan Ibnu Abi Syaibah bahwa tatkala ayat di atas turun, datanglah hassan bin sabit, 'Abdullah bin Rawahah, dan Ka'ab bin Malik menghadap Rasulullah. Mereka dalam keadaan menangis dan menyesali diri karena mereka termasuk para penyair. Maka Rasulullah membacakan ayat ini (asy-Syu'ara'/26: 227) kepada mereka.
Sejak permulaan surah ini, Allah telah menerangkan dalil-dalil akal tentang kekuasaan dan kebesaran-Nya melalui kisah para nabi terdahulu dengan umatnya yang dapat menghibur Rasulullah yang sedang gundah karena sikap kaumnya. Kisah-kisah itu juga menerangkan bukti-bukti kebenaran para nabi yang diutus-Nya, perbedaan tukang ramal dengan Rasulullah, membandingkan para penyair dan syair yang buruk dengan para penyair dan syair yang terpuji. Surah ini ditutup dengan peringatan keras yang ditujukan kepada orang-orang yang menentang agama Allah bahwa mereka kelak akan tahu tempat kembali mereka, yaitu neraka yang tidak terbayangkan pedih siksaannya.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezaliman. (Asy-Syu'ara' : 227)
Ibnu Abbas mengatakan, bahwa mereka menjawab syair orang-orang kafir yang menghina kaum muslim dengan syair mereka. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang. Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda kepada Hassan ibnu Sabit:
Balaslah mereka —atau— seranglah syair mereka, dan Jibril akan membantumu.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Az-Zuhri, dari Abdur Rahman ibnu Ka'b ibnu Malik, dari ayahnya yang telah menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Nabi Saw., "Sesungguhnya Allah Swt. telah menurunkan di dalam surat Asy-Syu'ara' ayat-ayat yang menyangkut mereka (mengecam mereka)." Maka Rasulullah Saw. menjawab: Sesungguhnya orang mukmin itu berjihad dengan pedang dan lisannya. Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sungguh apa yang kamu lontarkan melalui syairmu kepada mereka seakan-akan seperti lemparan anak panah.
Firman Alah Swt.:
Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227)
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
(yaitu) hari yang tidak berguna bagi orang-orang zalim permintaan maafnya. (Al-Mu-min: 52), hingga akhir ayat.
Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Hati-hatilah kalian terhadap perbuatan zalim, karena sesungguhnya perbuatan zalim itu kelak akan menjadi kegelapan di hari kiamat.
Qatadah ibnu Da'amah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227) Yakni para penyair dan lain-lainnya.
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Iyas ibnu Abu Tamimah yang menceritakan bahwa ia menghadiri majelis Al-Hasan, lalu lewatlah iringan jenazah seorang Nasrani. Maka Al-Hasan membaca firman-Nya: Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227)
Abdullah ibnu Abu Rabah telah meriwayatkan dari Safwan ibnu Muharriz, bahwa dia apabila membaca ayat ini, maka menangislah ia sehingga aku (perawi) mengatakan bahwa tangisannya itu membuatnya sesak. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227)
Ibnu Wahb mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnu Sirraij Al-Iskandarani, dari sebagian guru-gurunya, bahwa ketika mereka berada di negeri Romawi di suatu malam saat mereka sedang berdiang di api, tiba-tiba datanglah suatu kafilah mendekati mereka, lalu berhenti di hadapan mereka. Ternyata di antara mereka terdapat Fudalah ibnu Ubaid. Maka mereka mempersilakannya bergabung bersama mereka. Saat itu salah seorang teman mereka sedang salat dan membaca firman-Nya: Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali. (Asy-Syu'ara': 227) Fudalah ibnu Ubaid berkata, "Mereka adalah orang-orang yang merusak rumah-rumah mereka (membinasakan diri mereka sendiri)." Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan mereka adalah penduduk Mekah. Dan menurut pendapat yang lainnya lagi, mereka adalah orang-orang yang zalim dari kaum musyrik.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan dari Yahya ibnu Zakaria ibnu Yahya Al-Wasiti, bahwa telah menceritakan kepadaku Al-Haisam ibnu Mahfuz Abu Sa'd An-Nahdi, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdur Rahman ibnu Al-Muhabbir, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Urwah dari ayahnya, dari Aisyah r.a. yang menceritakan bahwa ayahnya menulis dua baris kalimat dalam surat wasiatnya, yang isinya:
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, berikut ini adalah apa yang diwasiatkan oleh Abu Bakar ibnu Abu Quhafah sebelum tutup usia setelah orang yang kafir beriman dan kezaliman telah terhenti serta orang yang tadinya tidak percaya menjadi percaya, bahwa sesungguhnya aku mengangkat Umar ibnul Khattab sebagai penggantiku untuk memerintah kalian. Jika dia berlaku adil, maka itulah yang sesuai dengan pengetahuanku tentang dirinya dan sesuai dengan harapanku. Dan jika dia berbuat zalim, dan bersikap berubah, maka saya tidak mengetahui hal yang gaib. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh) dari kalangan para penyair itu (dan banyak menyebut Allah) maksudnya syair tidaklah melupakan mereka untuk berzikir kepada Allah (dan mendapat kemenangan) melalui syairnya atas orang-orang kafir (sesudah menderita' kelaliman) artinya sesudah orang-orang kafir menghina mereka melalui syair-syairnya yang ditujukan kepada kaum Mukminin semuanya. Mereka tidak tercela dengan syair mereka itu, karena dalam firman yang lain Allah swt. telah berfirman, "Allah tidak menyukai ucapan buruk yang diucapkan dengan terus terang kecuali orang-orang yang dianiaya." (Q.S. An Nisa 148). Allah telah berfirman pula dalam ayat yang lain, yaitu, "Oleh karena itu barang siapa yang menyerang kalian, maka seranglah ia seimbang dengan serangannya terhadap kalian." (Q.S. 2 Al Baqarah, 194) ("Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui) yaitu mereka yang zalim dari kalangan para penyair dan lain-lainnya (ke tempat mana) yakni tempat kembali yang mana (mereka akan kembali") sesudah mereka mati nanti.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Akan tetapi, kalangan penyair yang mengikuti petunjuk-petunjuk ketuhanan dan berbuat kebajikan sehingga memiliki kepribadian yang luhur, dan selalu mengingat Allah dengan penuh rasa khusyuk hingga timbul rasa takutnya kepada Allah, adalah penyair-penyair yang menjadikan syairnya sebagai pelipur lara dan sebagai sarana untuk membela agama dan mempertahankan kebenaran pada saat kebenaran diinjak- injak. Orang-orang yang menzalimi diri sendiri dengan berbuat syirik dan mengejek Rasulullah saw. itu kelak akan tahu akibat buruk mana yang menjadi tempat kembali mereka.
6 Tafsir as-Saadi
"Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada setan) itu, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta. Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidak-kah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap-tiap lembah, dan bahwasanya mereka suka mengatakan sesuatu yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)? Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal shalih dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezhaliman. Dan orang-orang yang zhalim itu kelak akan menge-tahui ke tempat mana mereka akan kembali." (Asy-Syu'ara`: 221-227).
(221-223) " Allah berfirman, ﴾ هَلۡ أُنَبِّئُكُمۡ ﴿ "Apakah akan Aku beritakan kepadamu." Maksudnya, Aku kabarkan kepada kalian berita yang sesungguhnya yang tidak mengandung keraguan sedikit pun dan tidak ada syubhatnya, tentang orang yang mana setan telah turun kepadanya. Maksudnya, dalam gam-baran orang yang biasa dituruni setan-setan. ﴾ تَنَزَّلُ عَلَىٰ كُلِّ أَفَّاكٍ ﴿ "Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta." Maksudnya, pendusta yang banyak mengatakan perkataan palsu dan kebohongan dengan batil, ﴾ أَثِيمٖ ﴿ "lagi yang banyak dosa," dalam perbuatannya dan banyak maksiat. Itulah orang yang suka dituruni setan, dan kondisinya sama dengan kondisi setan. ﴾ يُلۡقُونَ ﴿ "Mereka menghadapkan," kepada setan itu, ﴾ ٱلسَّمۡعَ ﴿ "pendengaran," yang mereka curi dari langit. ﴾ وَأَكۡثَرُهُمۡ كَٰذِبُونَ ﴿ "Dan kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta." Maksudnya, Kebanyakan berita yang mereka sampaikan itu adalah kedustaan. Dia jujur satu kali namun berdusta seratus kali, sehingga kebenaran tercampur aduk dengan kebatilan, dan kebenaran menjadi sirna karena minimnya dan karena tidak diketahui. Itulah ciri orang-orang yang biasa dituruni setan-setan, dan itulah bentuk bisikan mereka kepadanya.
Sedangkan Muhammad a, keadaannya sungguh sangat ber-beda sekali dengan kondisi seperti itu, sebab dia adalah seorang yang jujur lagi terpercaya yang telah mengkombinasikan antara kesucian hati, kejujuran ucapan dan kebersihan perbuatan dari hal-hal yang diharamkan, dan wahyu yang diturunkan kepadanya dari sisi Allah adalah diturunkan secara terjaga, terpelihara lagi mengandung kebenaran yang agung yang tidak mengandung keraguan sedikit pun. Apakah sama, wahai orang yang berakal antara yang ini (nabi) dengan mereka (orang-orang yang dituruni setan)? Tidaklah keduanya itu mirip kecuali pada pandangan orang yang tidak waras yang tidak dapat membedakan antara berbagai hal?
(224-226) Setelah Allah membebaskannya dari turunnya setan-setan kepada beliau, maka Allah juga membebaskannya dari sya'ir, seraya berfirman, ﴾ وَٱلشُّعَرَآءُ ﴿ "Dan penyair-penyair itu. Maksud-nya, Aku sampaikan pula berita tentang kondisi para ahli sya'ir dan sifat permanen mereka, yaitu bahwa sesungguhnya mereka, ﴾ يَتَّبِعُهُمُ ٱلۡغَاوُۥنَ ﴿ "diikuti oleh orang-orang yang sesat," dari jalan petunjuk, yang menelusuri jalan menuju kesesatan dan kebinasaan. Mereka sendiri adalah orang-orang sesat, dan Anda akan menemukan para pengikutnya adalah setiap orang sesat lagi celaka.
﴾ أَلَمۡ تَرَ ﴿ "Tidakkah kamu melihat," betapa sesatnya mereka, ﴾ أَنَّهُمۡ فِي كُلِّ وَادٖ ﴿ "bahwasanya mereka di tiap-tiap lembah," dari lembah-lem-bah syair, ﴾ يَهِيمُونَ ﴿ "mengembara," kadang-kadang memuji, kadang-kadang mencaci, kadang-kadang dalam kejujuran dan kadang-kadang dalam kedustaan, dan kadang-kadang merayu, dan kadang memperolok-olok, kadang bersenang-senang dan kadang bersedih. Mereka tidak mempunyai pendirian tetap, dan mereka selalu tidak dalam satu kondisi.
﴾ وَأَنَّهُمۡ يَقُولُونَ مَا لَا يَفۡعَلُونَ ﴿ "Dan bahwasanya mereka suka mengata-kan sesuatu yang mereka sendiri tidak mengerjakan." Maksudnya, ini adalah ciri para penya'ir. Perkataan mereka menyelisihi perbuatan mereka. Apabila engkau mendengar seorang penyair merayu de-ngan rayuan lembut, maka engkau akan mengatakan, "Orang ini adalah manusia yang paling mabuk cinta," padahal hatinya kosong dari semua itu. Dan apabila engkau mendengarnya memuji atau mencela, maka engkau akan mengatakan, "Ini kejujuran!" Padahal itu dusta! Dan kadang-kadang dia memuji-muji pekerjaan-peker-jaan yang tidak pernah dia lakukan, dan larangan-larangan yang dia sendiri tidak meninggalkannya, dan kedermawanan yang dia sendiri belum pernah terjun di ladangnya, serta keberanian yang mengalahkan pasukan berkuda, sementara Anda menjumpainya sebagai manusia yang paling pengecut! Itulah karakter mereka.
Maka cobalah perhatikan, apakah sama dengan keadaan Rasulullah a yang sangat bijak lagi baik, yang diikuti oleh setiap orang yang berakal (bijak) lagi mendapat petunjuk, yang telah berkonsisten berjalan di atas hidayah dan menjauhi kebinasaan. Perbuatan-perbuatannya tidak pernah kontradiksi, [dan perkataan-perkataannya belum pernah menyelisihi perbuatannya],[35] yang tidak menyuruh kecuali kepada kebaikan, dan tidak mencegah kecuali terhadap keburukan, tidak pernah memberitakan sesuatu melainkan kebenaran, dan tidak pernah memerintahkan sesuatu melainkan beliau adalah orang pertama yang melakukannya, dan tidak pula pernah mencegah sesuatu melainkan beliau adalah orang pertama yang meninggalkannya. Lalu apakah sama kondisi beliau dengan kondisi para penyair, atau mendekati mereka? Atau-kah sangat berbeda dari segala sisi? Semoga shalawat dan salam tetap Allah limpahkan kepada Rasul yang sempurna ini, yang paling bersemangat lagi termulia ini sepanjang masa, yang mana beliau bukanlah seorang penyair, bukan seorang ahli sihir dan bukan seorang yang gila (tidak waras), dan tidak ada (gambaran) yang laik dengannya kecuali segala kesempurnaan.
(227) Setelah Allah menjelaskan kondisi para penyair dengan penjelasan yang telah Dia jelaskan itu, Dia mengecualikan orang yang beriman (dari para penyair itu) kepada Allah, kepada RasulNya dan beramal shalih, suka memperbanyak dzikir kepada Allah dan melawan musuh-musuhnya dari kaum musyrikin sete-lah menganiaya mereka. Sehingga syair mereka menjadi bagian dari amal shalih dan buah dari iman mereka, karena (syair-syair mereka) mengandung pujian terhadap orang-orang beriman dan perlawanan terhadap ahli syirik dan kafir, serta pembelaan ter-hadap agama Allah dan penjelasan terhadap ilmu-ilmu yang ber-manfaat dan himbauan untuk berakhlak mulia, seraya berfirman, ﴾ إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَذَكَرُواْ ٱللَّهَ كَثِيرٗا وَٱنتَصَرُواْ مِنۢ بَعۡدِ مَا ظُلِمُواْۗ وَسَيَعۡلَمُ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ أَيَّ مُنقَلَبٖ يَنقَلِبُونَ ﴿ "Kecuali orang-orang (penyair-penyair) yang beriman dan beramal shalih dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezhaliman. Dan orang-orang yang zhalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali." Yaitu ke tempat hisab yang mana tidaklah ia melewati suatu perbuatan (dosa) kecil dan besar melainkan pasti ia menghitungnya, dan tidaklah mele-wati suatu hak melainkan pasti memenuhinya.
Segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam.