Az-Zumar Ayat 59
بَلٰى قَدْ جَاۤءَتْكَ اٰيٰتِيْ فَكَذَّبْتَ بِهَا وَاسْتَكْبَرْتَ وَكُنْتَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ ( الزمر: ٥٩ )
Balaá Qad Jā'atka 'Āyātī Fakadhdhabta Bihā Wa Astakbarta Wa Kunta Mina Al-Kāfirīna. (az-Zumar 39:59)
Artinya:
Sungguh, sebenarnya keterangan-keterangan-Ku telah datang kepadamu, tetapi kamu mendustakannya, malah kamu menyombongkan diri dan termasuk orang kafir.” (QS. [39] Az-Zumar : 59)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Untuk menghindari penyesalan itulah, Allah memberi peringatan kepada manusia. Sungguh, sebenarnya kalau kalian mau mendengarkan keterangan-keterangan-Ku yang telah datang kepadamu yang dibawa oleh para nabi dan rasul, kalian tidak akan menyesal di hari kemudian. Akan tetapi, kamu mendustakannya, malah kamu menyombongkan diri dan termasuk orang kafir dan durhaka.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pada ayat ini, Allah menyatakan kepada orang yang telah sesat dan tidak mau mempergunakan kesempatan untuk bertobat itu bahwa nasib yang menimpa mereka tak dapat dihindarkan lagi karena Allah telah cukup memberi pelajaran dan peringatan. Allah juga telah memberikan kesempatan untuk bertobat dan berbuat baik, tetapi semua itu tidak diindahkan dan tidak dipedulikan.
Mereka hanya mengikuti hawa nafsu dan keinginan belaka sehingga menjadi orang yang durhaka, sombong, dan takabur. Mereka juga termasuk ke dalam golongan orang-orang kafir. Semua angan-angan dan permohonan mereka ditolak semuanya dan berlakulah terhadap dirinya keadilan Allah, yang berbuat baik dan bertakwa dimasukkan ke dalam surga dan yang berbuat jahat dan durhaka dimasukkan ke dalam neraka.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Setelah orang-orang yang berdosa menginginkan agar dapat dikembalikan ke dunia dan mereka menyesal karena tidak membenarkan ayat-ayat Allah dan tidak mengikuti rasul-rasul-Nya, maka Allah Swt. berfirman:
(Bukan demikian) sebenarnya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu, lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir. (Az-Zumar: 59)
Yakni telah datang kepadamu —hai hamba yang menyesali apa yang telah dilakukannya— ayat-ayat-Ku ketika kamu di dunia, dan semua alasan-Ku telah ditegakkan terhadap dirimu, tetapi kamu mendustakannya dan bersikap sombong tidak mau mengikutinya, bahkan kamu menjadi seorang yang kafir dan ingkar kepadanya.
4 Tafsir Al-Jalalain
("Benar, sesungguhnya telah datang ayat-ayat-Ku kepadamu) yakni, Alquran yang dapat memberikan hidayah kepadamu (lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri) yaitu tidak mau beriman kepada ayat-ayat-Ku (dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir.")
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Tidak demikian, wahai orang yang menyesal! Ajaran-ajaran-Ku telah datang melalui para rasul utusan- Ku, tetapi kamu mendustakannya dan malah bersikap angkuh untuk mengikutinya. Di dunia, dahulu, kamu termasuk orang yang bersikukuh dalam kekafiran.
6 Tafsir as-Saadi
"Katakanlah, 'Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semua-nya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.' Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu, dan berserah dirilah kepadaNya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong. Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah di-turunkan kepadamu dari Rabbmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, supaya jangan ada orang yang mengatakan, 'Amat besar penyesalanku atas ke-lalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan.' Atau supaya jangan ada yang berkata, 'Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku, tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa.' Atau supaya jangan ada yang berkata ketika ia melihat azab, 'Kalau sekiranya aku dapat kembali, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang berbuat baik.' Sebenarnya telah datang ayat-ayatKu kepadamu lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan kamu adalah termasuk orang-orang yang kafir." (Az-Zumar: 53-59).
(53) Allah سبحانه وتعالى mengabarkan kepada hamba-hambaNya yang melampaui batas akan keluasan kebaikanNya, dan menghimbau mereka untuk berinabah (kembali) kepadaNya sebelum hal itu menjadi tidak mungkin mereka lakukan, seraya berfirman, ﴾ قُلۡ ﴿ "Katakanlah" wahai Rasul, dan wahai orang-orang yang mengganti-kan posisi beliau, yaitu para da'i yang menyerukan kepada Agama Allah seraya menyampaikan berita kepada hamba-hambaNya dari Rabb mereka, ﴾ يَٰعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ ﴿ "Hai hamba-hambaKu yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri," dengan menuruti apa saja yang diinginkan oleh hawa nafsunya, yaitu dosa-dosa dan perbuatan yang dapat mengundang murka Allah Yang Maha me-ngetahui segala yang ghaib, ﴾ لَا تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِۚ ﴿ "janganlah kamu ber-putus asa dari rahmat Allah." Maksudnya, janganlah berputus harap darinya lalu kalian menceburkan diri kalian ke dalam kebinasaan dan kalian mengatakan, "Dosa-dosaku sudah terlanjur sangat ba-nyak dan keburukan-keburukan sudah menggunung, maka sudah tidak ada lagi jalan untuk bisa menghilangkannya dan tidak ada cara untuk menjauhkannya"; lalu kalian tetap, disebabkan yang demikian itu, terus melakukan kemaksiatan, memperbekali diri dengan apa yang dapat menyebabkan Allah Yang Maha Pengasih murka terhadap kalian! Akan tetapi kenalilah Tuhan kalian melalui nama-namaNya yang menunjukkan pada kemurahan dan kederma-wananNya, dan ketahuilah bahwasanya Dia mengampuni semua dosa-dosa, seperti dosa syirik, pembunuhan, zina, riba, kezhaliman dan lain sebagainya dari dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil. ﴾ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ ﴿ "Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang," yakni, sifatNya yang memberikan ampunan dan rahmat adalah dua sifat yang lazim bagiNya, yang DzatNya tidak pernah lepas dari keduanya. Dan pengaruh kedua sifat ini terus berlangsung di alam ini bahkan memenuhi jagat raya ini, kedua TanganNya mencurahkan berbagai kebaikan sepanjang malam dan siang, dan Dia melimpahkan berbagai nikmat kepada hamba-hambaNya dan berbagai keutamaan-keutamaan secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan; dan memberi lebih disukaiNya daripada menahan, dan rahmat (kasih sayang)Nya mendahului dan mengalahkan sifat murkaNya.
(54) Akan tetapi untuk meraih ampunan dan rahmatNya mempunyai sebab-sebab yang jika sang hamba tidak melakukan-nya, maka berarti sesungguhnya ia telah menutup pintu rahmat dan ampunan terhadap dirinya sendiri. Dan sebab yang paling besar dan paling mulia, bahkan tidak ada yang selain darinya, ada-lah inabah (kembali) kepada Allah سبحانه وتعالى dengan taubat yang sebenar-benarnya, berdoa dan bersimpuh (merendahkan diri), mengham-bakan diri dan beribadah (kepadaNya). Maka marilah melakukan sebab yang termulia dan teragung ini. Maka dari itu Allah meme-rintahkan inabah kepadaNya dan segera melakukannya seraya ber-firman, ﴾ وَأَنِيبُوٓاْ إِلَىٰ رَبِّكُمۡ ﴿ "Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu" dengan sepenuh hati kalian, ﴾ وَأَسۡلِمُواْ ﴿ "dan berserah dirilah kepadaNya," de-ngan seluruh anggota tubuh kalian. Apabila keduanya digabung seperti pada uraian tadi, maka maknanya adalah apa yang telah disebutkan itu.
Dan pada FirmanNya, ﴾ إِلَىٰ رَبِّكُمۡ وَأَسۡلِمُواْ لَهُۥ ﴿ "Kepada Rabbmu dan berserah dirilah kepadaNya" terdapat dalil bahwa inabah itu harus dengan ikhlas, dan sesungguhnya tanpa adanya ikhlas, maka amal-amal lahiriyah dan batiniyah tidak berguna sama sekali. ﴾ مِن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَكُمُ ٱلۡعَذَابُ ﴿ "Sebelum datang azab kepadamu" dengan kedatangan yang tidak bisa ditolak, ﴾ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ ﴿ "kemudian kamu tidak dapat ditolong."
(55) Mungkin muncul pertanyaan: Apa itu inabah dan Islam, apa partikel-partikel dan amalan-amalannya? Maka Allah men-jawab, ﴾ وَٱتَّبِعُوٓاْ أَحۡسَنَ مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُم ﴿ "Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Rabbmu" dari apa-apa yang diperintahkan kepada kalian, yaitu amalan-amalan batin, seperti cinta kepada Allah, takut kepadaNya, berharap kepadaNya dan tulus kepada hamba-hambaNya, mencintai kebaikan untuk mereka dan meninggalkan apa-apa yang bertentangan dengannya; dan juga amalan-amalan lahiriyah seperti shalat, zakat, puasa, menunaikan ibadah haji, sedekah dan semua bentuk ihsan (perbuatan baik), serta semua apa yang diperintahkan oleh Allah سبحانه وتعالى. Itu semua adalah hal-hal yang terbaik yang diturunkan oleh Allah kepada kita. Maka orang yang mengikuti perintah-perintah Rabbnya dalam perkara-perkara tersebut dan yang serupa dengannya, itulah orang yang munib (kembali) lagi berserah diri.
﴾ مِّن قَبۡلِ أَن يَأۡتِيَكُمُ ٱلۡعَذَابُ بَغۡتَةٗ وَأَنتُمۡ لَا تَشۡعُرُونَ ﴿ "Sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya." Semua ini adalah himbauan untuk segera (kembali kepadaNya) dan me-manfaatkan kesempatan sebaik-baiknya.
(56) Kemudian Allah mewanti-wanti mereka ﴾ أَن ﴿ "supaya" mereka jangan berlanjut dalam kelalaian hingga datang kepada mereka suatu hari di mana mereka menyesal, sedangkan penye-salan sudah tidak berguna lagi, dan ﴾ تَقُولَ نَفۡسٞ يَٰحَسۡرَتَىٰ عَلَىٰ مَا فَرَّطتُ فِي جَنۢبِ ٱللَّهِ ﴿ "jangan ada orang yang mengatakan, 'Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah'," maksudnya, terhadap hakNya. ﴾ وَإِن كُنتُ ﴿ "Sedang aku sungguh-sungguh" di dunia ﴾ لَمِنَ ٱلسَّٰخِرِينَ ﴿ "termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan" adanya pembalasan, hingga saat ini aku melihatnya langsung dengan mata kepala.
(57) ﴾ أَوۡ تَقُولَ لَوۡ أَنَّ ٱللَّهَ هَدَىٰنِي لَكُنتُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ ﴿ "Atau supaya jangan ada yang berkata, 'Kalau sekiranya Allah memberi petunjuk kepadaku, tentulah aku termasuk orang-orang yang bertakwa'." Ungkapan ﴾ لَوۡ ﴿ (kalau sekiranya) pada ayat ini bermakna "angan-angan." Maksud-nya, kalau seandainya Allah memberiku petunjuk, maka tentu aku menjadi seorang yang bertakwa kepadaNya sehingga aku selamat dari siksa dan berhak mendapat pahala. Jadi, ﴾ لَوۡ ﴿ di sini bukan kata syarat, sebab kalau sekiranya bermakna syarat tentu mereka akan beralasan (berargumen) dengan Qadha` dan Qadar atas ke-sesatan mereka; dan itu adalah hujjah (argumen) yang palsu, dan semua argumen palsu pada Hari Kiamat nanti akan lenyap (tidak berguna).
(58) ﴾ أَوۡ تَقُولَ حِينَ تَرَى ٱلۡعَذَابَ ﴿ "Atau supaya jangan ada yang ber-kata ketika ia melihat azab" dan memastikan kedatangannya,﴾ لَوۡ أَنَّ لِي كَرَّةٗ ﴿ "Kalau sekiranya aku dapat kembali," maksudnya, kembali ke dunia, niscaya aku ﴾ مِنَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ﴿ "akan termasuk orang-orang yang berbuat baik."
(59) Allah سبحانه وتعالى berfirman bahwa yang demikian itu sangat tidak mungkin dan tidak berguna, dan bahwa semua itu adalah angan-angan palsu yang tidak punya hakikat, sebab tidak akan ada perubahan bagi sang hamba kalau dia dikembalikan untuk menda-pat penjelasan sesudah penjelasan yang pertama. ﴾ بَلَىٰ قَدۡ جَآءَتۡكَ ءَايَٰتِي ﴿ "Sebenarnya telah datang ayat-ayatKu kepadamu" yang menunjukkan dengan petunjuk yang tidak bisa diragukan lagi kepada kebenaran, ﴾ فَكَذَّبۡتَ بِهَا وَٱسۡتَكۡبَرۡتَ ﴿ "lalu kamu mendustakannya dan kamu menyom-bongkan diri" untuk mengikutinya, ﴾ وَكُنتَ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ ﴿ "dan kamu adalah termasuk orang-orang yang kafir." Jadi, permintaan dikembali-kan ke dunia adalah satu bentuk perbuatan sia-sia, sebab kalaupun mereka dikembalikan, pasti mereka kembali lagi melakukan apa-apa yang dilarang, dan sesungguhnya mereka adalah orang-orang pendusta.