يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَاتِلُوا الَّذِيْنَ يَلُوْنَكُمْ مِّنَ الْكُفَّارِ وَلْيَجِدُوْا فِيْكُمْ غِلْظَةًۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ ( التوبة: ١٢٣ )
Yā 'Ayyuhā Al-Ladhīna 'Āmanū Qātilū Al-Ladhīna Yalūnakum Mina Al-Kuffāri Wa Līajidū Fīkum Ghilžatan Wa A`lamū 'Anna Allāha Ma`a Al-Muttaqīna. (at-Tawbah 9:123)
Artinya:
Wahai orang yang beriman! Perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu, dan hendaklah mereka merasakan sikap tegas darimu, dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang yang bertakwa. (QS. [9] At-Taubah : 123)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Setelah dijelaskan pentingnya memperdalam pengetahuan agama dan menyebarluaskannya kepada masyarakat luas, lalu dijelaskan sikap ketika menghadapi orang kafir yang memusuhi orang mukmin. Wahai orang-orang yang beriman! Perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu apabila mereka memerangi kamu, dan hendaklah mereka merasakan, mengetahui dan menyaksikan sikap tegas dan semangat juang yang tinggi darimu, dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa. Oleh karena itu jangan pernah putus asa apalagi menyerah.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pedoman dan petunjuk berperang yang ditunjukkan Allah dalam ayat ini kepada Rasulullah saw dan kaum Muslimin adalah lebih dahulu memerangi musuh-musuh Islam yang berada pada garis lingkaran yang terdekat dengan pusat kedudukan umat Islam, kemudian dilanjutkan kepada lingkaran yang lebih jauh.
Hal ini didasarkan kepada prinsip, bahwa peperangan yang dilakukan umat Islam hanyalah untuk mengamankan jalannya dakwah Islamiyah dan untuk melindungi keselamatan umat Islam, sedang dakwah tersebut juga dimulai dari orang-orang yang terdekat, dilanjutkan kepada orang-orang yang lebih jauh. Dengan demikian, terlihat adanya keselarasan antara dakwah Islamiyah dan peperangan tersebut.
Petunjuk ini telah dilaksanakan dengan baik oleh Rasulullah saw, baik dalam bidang dakwah, maupun peperangan yang berfungsi untuk meng-amankan dakwah tersebut. Mengenai dakwah, beliau telah melaksanakannya lebih dahulu kepada keluarganya yang terdekat dan sahabat-sahabat karibnya, sesuai dengan petunjuk Allah.
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (asy-Syu'ara/26: 214)
Dan firman-Nya dalam ayat yang lain:
¦dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. (al-An'am/6: 92)
Kemudian, dakwah ini beliau lanjutkan kepada masyarakat yang lebih luas, tidak saja dalam lingkungan negeri Arab, bahkan kepada raja-raja dan bangsa-bangsa sekitar Jazirah Arab.
Demikian pula dalam hal peperangan, sesuai dengan ayat-ayat sebelum-nya dimulai dari musuh-musuh Islam yang terdekat, yang selalu melakukan tipu daya untuk menghalang-halangi kelangsungan dakwah Islamiyah. Kemudian dilanjutkan kepada suku-suku Arab yang lebih jauh dari pusat kedudukan atau basis umat Islam. Sesudah Rasulullah saw wafat, maka para khalifah sesudahnya meneruskan peperangan tersebut ke daerah-daerah yang lebih jauh, yaitu ke negeri Syam (Syria) dan Irak. Kemudian menyusup ke benua Afrika (sebelah Barat) dan Persia, Khurasan, bahkan sampai ke pegunungan Hindukust (sebelah Timur) sesuai dengan perluasan dakwah Islamiyah.
Musuh-musuh Islam yang terdekat kepada Rasulullah dan kaum Muslimin ketika itu ialah orang-orang kafir yang terdiri dari kaum Yahudi yang berdiam di kota Medinah, kemudian di Khaibar, dan selanjutnya mereka yang memerangi kaum Muslimin di Perang Tabuk, dan sesudah itu musuh-musuh Islam di daerah-daerah Syam yang ketika itu berada dalam kekuasaan Romawi Timur yang berpusat di Bizantium.
Strategi perang dengan cara memulai dari yang terdekat kepada yang jauh, adalah tepat sekali, ditinjau dari berbagai segi, yaitu: dari segi kemungkinan fasilitas pengangkutan, perbekalan, dan biaya. Semakin dekat tempatnya, semakin mudah cara-cara pengangkutan, dan dengan demikian semakin kecil pula biaya dan perbekalan yang diperlukan. Semakin jauh tempat yang harus didatangi, semakin sukar pula pengangkutan, dan semakin banyak pula waktu dan perbekalan yang diperlukan. Dengan sendirinya semakin banyak biaya dan tenaga yang dibutuhkan.
Perang dalam tuntunan ajaran Islam adalah perjuangan yang harus dipersiapkan untuk terciptanya perdamaian sebagaimana pepatah dalam bahasa Arab, yang diungkapkan dalam kalimat:
Perdamaian yang dipersenjatai
Dalam kaidah umum biasa dikatakan, kita harus selalu siap berperang untuk menciptakan perdamaian. Jika kita tidak dalam keadaan siap perang maka musuh setiap saat dapat menyerang kita, tetapi jika kita dalam keadaan siap perang maka musuhpun tidak berani menyerang kita.
Karena itulah dalam Al-Qur'an, terutama Surah at-Taubah banyak mengungkapkan persoalan perang dan petunjuk-petunjuk kepada umat Islam untuk selalu siap berperang dengan berbagai stretegi untuk mewujudkan perdamaian.
Allah memberikan petunjuk-Nya, agar kaum Muslimin mampu meng-gunakan kekerasan dan kekuatan terhadap orang-orang kafir yang menghalang-halangi dakwah Islamiyah, apabila jalan diplomasi dan perlakuan yang lemah lembut dan ramah tamah tidak bermanfaat lagi untuk mereka. Kaum Muslimin diperintahkan untuk bersikap adil, kasih sayang, dan ramah tamah kepada orang-orang bukan Islam. Akan tetapi bila mereka tetap mengganggu kepentingan umat Islam, terutama dakwah Islamiyah, maka kaum Muslimin harus menggunakan kekuatan dan kekuasaan, sehingga mereka menghentikan permusuhan terhadap Islam dan kaum Muslimin. Hal ini tersebut pula dalam firman Allah pada ayat yang lain:
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. (at-Taubah/9: 73)
Dengan demikian jelaslah bahwa kaum Muslimin harus siap mengguna-kan dua macam sikap dalam menghadapi orang kafir dan munafik yaitu, pertama sikap diplomasi yang luwes, lembut, dan ramah tamah jika mereka mau diajak berdamai. Orang kafir dalam hubungan ini disebut sebagai kafir mu'ahidi atau kafir zimmi, jika mereka termasuk warga negara kita. Kedua, tegas dan bila perlu mempergunakan kekuatan, apabila mereka tidak mau diajak hidup berdampingan secara damai. Orang kafir dalam kondisi demikian disebut sebagai kafir harbi, sehingga tidak ada jalan menghadapi mereka kecuali dengan kekuatan dan peperangan.
Pada akhir ayat ini Allah meyakinkan orang-orang yang bertakwa, bahwa Dia senantiasa bersama mereka. Artinya Allah memberikan jaminan kepada orang-orang yang bertakwa, yaitu yang senantiasa menjaga hukum-hukum dan ketentuan Allah, bahwa Dia akan selalu memberikan bantuan dan pertolongan-Nya. Ketentuan-ketentuan Allah yang perlu diperhatikan dalam masalah peperangan ialah agar umat Islam tidak lalai dalam mempersiapkan segala sesuatu yang perlu untuk mencapai kemenangan, yaitu kekuatan fisik dan mental. Kekuatan fisik mencakup: prajurit yang berbadan sehat dan kuat, alat-alat senjata yang efektif, kubu-kubu pertahanan yang tangguh, serta perbekalan dan perlengkapan yang cukup. Sedang kekuatan mental ialah: niat yang ikhlas, semangat yang tinggi, kesabaran dan keuletan yang tangguh, serta siasat perang yang jitu serta disiplin yang kuat, dan persatuan yang kokoh. Termasuk pula etika perang dan moral yang tinggi, yaitu tidak berlaku zalim terhadap wanita, anak-anak, orang tua yang lemah, serta tidak pula berlaku kejam terhadap orang-orang yang sudah menyerah atau tertawan, selama mereka ini tidak membahayakan bagi kepentingan Islam dan umat Islam. Untuk mencapai kemenangan ini diperlukan iman yang kokoh, serta ingat dan tawakkal kepada Allah.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Allah Swt. memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk memerangi orang-orang kafir secara bertahap, mulai dari yang paling dekat jangkauannya dengan negeri Islam. Karena itulah Rasulullah Saw. mulai memerangi kaum musyrik di Jazirah Arabia terlebih dahulu.
Setelah selesai dari mereka, maka Allah memberikan kemenangan kepada Rasul-Nya atas kota Mekah, Madinah, Taif, Yaman. Yamamah, Hajar, Khaibar, dan Hadramaut serta lain-lainnya dari daerah-daerah yang terdapat di dalam Jazirah Arabia. Dan orang-orang dari seluruh kabilah Arab Badui mulai masuk ke dalam agama Allah (Islam) secara Kemudian Rasulullah Saw. mulai memerangi ahli kitab. Untuk itu beliau membuat persiapan guna berperang melawan kerajaan Romawi yang merupakan daerah yang paling dekat dengan Jazirah Arabia, dan mereka adalah orang-orang yang lebih utama untuk mendapat dakwah Islam, mengingat mereka adalah ahli kitab. Hal ini telah dilakukan oleh Nabi Saw. sampai di Tabuk. kemudian beliau Saw. kembali pulang karena melihat kondisi kaum muslim yang payah, negerinya sedang paceklik dan penghidupan yang sempit. Hal ini terjadi pada tahun sembilan Hijriah.
Pada tahun sepuluh Hijriah Nabi Saw. sibuk dengan haji wada'nya. Tidak lama kemudian, beliau wafat, yaitu delapan puluh satu hari sesudah menunaikan haji wada'nya. Allah telah memilihnya untuk tinggal di sisi-Nya.
Kemudian urusannya dipegang oleh penggantinya, yaitu Khalifah Abu Bakar As-Siddiq r.a. Saat itu agama mulai agak menyimpang dan hampir saja goyah, lalu ditegakkan lagi oleh Allah Swt. melalui Khalifah Abu Bakar. Maka Abu Bakar mulai mengukuhkan pilar-pilarnya, memperkuat pondasi agama, menghajar orang-orang yang murtad dari agamanya hingga ke akar-akarnya, serta mengembalikan ahli riddah kepada Islam. Dia memungut zakat dari orang-orang yang membandel tidak mau bayar zakat, dan menjelaskan kebenaran kepada orang-orang yang tidak mengerti. Dia melanjutkan misi yang dirintis oleh Rasulullah Saw.
Kemudian Khalifah Abu Bakar mulai mempersiapkan pasukan Islam untuk memerangi orang-orang Romawi penyembah salib, juga untuk memerangi orang-orang Persia penyembah api. Maka Allah telah membukakan banyak negeri berkat kepemimpinannya, dan mengalahkan Kisra dan Kaisar serta orang-orang yang tunduk kepada keduanya, sehingga ia dapat membelanjakan perbendaharaan yang dihasilkan dari kedua negeri itu untuk perjuangan di jalan Allah. Perihalnya persis seperti yang pernah diberitakan oleh Rasulullah Saw. sebelum itu.
Urusan itu baru dapat diselesaikan secara sempurna di tangan khalifah sesudahnya, yaitu Umar Al-Faruq alias Abu Hafs Umar ibnul Khattab r.a. Melaluinya Allah mengalahkan kecongkakan orang-orang kafir yang atheis dan menekan orang-orang durhaka serta orang-orang munafik. Khalifah Umar berhasil menguasai berbagai kerajaan di belahan timur dan barat dan membawa perbendaharaan harta dari negeri-negeri yang dibukanya —baik yang dekat maupun yang jauh— ke Madinah. Lalu ia mengalokasikannya ke jalan-jalan yang diridai oleh syariat.
Setelah Khalifah Umar r.a. wafat sebagai seorang syahid yang selama hidupnya dijalani dengan sikap yang terpuji, maka para sahabat dari kalangan Muhajirin dan Ansar sepakat untuk mengangkat Usman ibnu Affan r.a. sebagai khalifah yang menggantikannya. Dalam masa pemerintahannya dia memakaikan kepada Islam pakaian kepemimpinan (pengaruh) dan perhiasan yang berlimpah (kekayaan yang berlimpah) dan hujah Allah berhasil ia sebarkan ke seluruh antero negeri yang dikuasainya, sehingga Islam tampak menang di belahan timur dan barat dari bumi ini, kalimah Allah menjadi tinggi, dan agama-Nya berada di atas. Misi agama Islam yang hanif telah berhasil ia sampaikan kepada musuh-musuh Allah dengan cara yang paling tepat. Setiap kali mereka beroleh kemenangan atas suatu umat, maka mereka beralih kepada umat yang lainnya, kemudian beralih lagi kepada umat lainnya yang durhaka lagi aniaya, demi mengamalkan firman Allah Swt. yang mengatakan:
Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kalian itu.
Firman Allah Swt.:
...dan hendaklah mereka menemui kekerasan dari kalian.
Maksudnya, hendaklah orang-orang kafir itu merasakan adanya sikap yang keras dari kalian dalam perang kalian melawan mereka. Karena sesungguhnya orang mukmin yang kamil ialah orang yang lemah lembut terhadap saudaranya yang mukmin dan keras terhadap musuhnya yang kafir seperti yang telah disebutkan oleh Allah SWT dalam firman Nya:
Maka Kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir. (Al Maidah:54)
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi kasih sayang sesama mereka. (Al Fath:29)
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. (At Taubah:73)
Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Aku adalah orang yang banyak tertawa, tetapi banyak berperang.
Artinya, banyak tertawa di hadapan kekasihnya dan banyak berperang melawan musuh-musuhnya.
Firman Allah Swt.:
...dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
Yakni perangilah orang-orang kafir dan bertawakallah kepada Allah serta ketahuilah bahwa Allah selalu beserta kalian jika kalian bertakwa dan taat kepada-Nya.
Demikianlah keadaan di masa tiga generasi yang merupakan sebaik-baik umat ini. Mereka sangat lurus dan mengerjakan ketaatan kepada Allah Swt. sehingga mereka selalu mengalami kemenangan atas musuh-musuh mereka. Kemenangan demi kemenangan berhasil mereka raih dengan sangat banyak, dan musuh-musuh mereka masih tetap berada di bawah dan selalu mengalami kerugian.
Tetapi setelah terjadi banyak fitnah, kecenderungan golongan mulai muncul, dan perselisihan di antara raja-raja Islam terjadi di mana-mana, maka musuh-musuh Islam mulai berani mengganggu perbatasan-perbatasan negeri Islam. Lalu musuh-musuh Islam maju menyerangnya dan tidak menemukan perlawanan yang berarti karena para raja sedang sibuk satu sama lainnya dengan urusan yang terjadi di antara sesama mereka. Kemudian musuh lebih berani lagi majunya, lalu mereka merebut banyak negeri yang terletak jauh dari pusat. Mereka maju terus dan menguasai banyak negeri yang tadinya di bawah kekuasaan Islam. Semuanya itu terjadi atas kehendak Allah Swt.
Setiap kali muncul seorang raja Islam yang taat kepada perintah-perintah Allah serta bertawakal kepada-Nya, maka Allah memberikan kemenangan kepadanya dan berhasil merebut kembali negerinya dari tangan musuh-musuh Islam berkat ketaatannya kepada Allah Swt.
Hanya kepada Allah sajalah kita berharap, semoga kaum muslim dapat mengalahkan musuh-musuh-Nya yang kafir dan meninggikan kalimat Islam di seluruh negeri. Sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Mahamulia.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Hai orang-orang yang beriman perangilah orang-orang kafir yang ada di sekitar kalian itu) yakni mereka yang tinggal berdekatan dengan kalian, kemudian mereka yang dibilang tinggal berdekatan dengan kalian (dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripada kalian) artinya berlaku keraslah kalian terhadap mereka (dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa) bantuan dan pertolongan-Nya akan selalu menyertainya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Wahai orang-orang Mukmin, perangilah orang-orang kafir yang ada di sekitar kalian, agar mereka tidak menjadi sumber malapetaka bagi kalian. Dan jadilah kalian orang-orang yang tegas kepada mereka dalam pertempuran, dan jangan merasa iba kepada mereka. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa kepada-Nya, dengan pertolongan-Nya.