Al-Lail Ayat 21
وَلَسَوْفَ يَرْضٰى ࣖ ( الليل: ٢١ )
Wa Lasawfa Yarđaá (al-Layl 92:21)
Artinya:
Dan niscaya kelak dia akan mendapat kesenangan (yang sempurna). (QS. [92] Al-Lail : 21)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan niscaya kelak dia akan mendapat kesenangan yang sempurna dari Allah sebagai balasan atas ketulusannya. Allah memperlakukannya dengan baik, memasukkanya ke surga yang penuh nikmat, dan mempersilakannya bertemu dan melihat Allah.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Orang takwa yang membantu orang lain untuk mencari rida Allah itu akhirnya akan memperolehnya. Orang itu terjauh dari neraka, dan pasti masuk surga.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu. (Al-Lail: 17)
Yakni kelak akan dijauhkan dari neraka orang yang bertakwa dan orang yang paling bertakwa, kemudian dijelaskan oleh firman berikutnya siapa yang dimaksud dengan orang yang bertakwa itu:
(yaitu) yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya. (Al-Lail: 18)
Yaitu membelanjakan hartanya untuk jalan ketaatan kepada Tuhannya, untuk mensucikan dirinya, hartanya dan segala apa yang dikaruniakan oleh Allah kepadanya berupa agama dan dunia.
padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya. (Al-Lail: 19)
Maksudnya, pembelanjaan yang dikeluarkannya itu bukanlah untuk membalas jasa kebaikan yang pernah diberikan oleh orang lain kepadanya, melainkan dia mengeluarkannya hanya semata-mata.
tetapi semata-mata karena mencari keridaan Tuhannya Yang Mahatinggi. (Al-Lail: 20)
Yakni hanyalah semata-mata karena mengharapkan untuk dapat melihat Allah di negeri akhirat di dalam taman-taman surga. Lalu disebutkan dalam firman berikutnya:
Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan. (Al-Lail: 21)
Artinya, orang yang menyandang sifat-sifat ini niscaya akan mendapat kepuasan. Banyak kalangan ulama tafsir menyebutkan bahwa ayat-ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Bakar As-siddiq r.a. sehingga sebagian dari mereka ada yang meriwayatkannya sebagai suatu kesepakatan di kalangan ulama tafsir.
Dan memang tidak diragukan lagi dia termasuk ke dalamnya. sebagaimana termasuk pula ke dalam pengertiannya seluruh umat ini bila ditinjau dari pengertian umumnya, mengingat lafaznya memakai lafaz yang mengandung pengertian umum, yaitu firman Allah Swt.:
Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, (yaitu orang) yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan dirinya, padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanyayang harus dibalasnya. (Al-Lail: 17-19)
Akan tetapi, Abu Bakar r.a. merupakan orang yang diprioritaskan dari kalangan umat ini, dan dia adalah pendahulu mereka dalam menyandang sifat-sifat ini dan sifat-sifat terpuji lainnya. Dia adalah seorang yang berpredikat siddiq, bertakwa, mulia, lagi dermawan, banyak membelanjakan hartanya di jalan ketaatan kepada Allah Swt. dan menolong Rasul-Nya.
Berapa banyak uang dinar dan dirham yang telah dibelanjakan Abu Bakar demi mengharapkan rida Tuhannya Yang Mahamulia, padahal tiada seorang pun yang berjasa baginya hingga perlu untuk ia balas jasanya itu dengan imbalan pemberian. Bahkan kemurahan dan kebaikannya juga menyentuh para pemimpin, dan orang-orang yang terhormat dari kalangan berbagai kabilah.
Karena itulah Urwah ibnu Mas'ud pemimpin Bani Saqif ketika terjadi Perjanjian Hudaibiyah mengatakan kepada Abu Bakar, "Ingatlah, demi Allah, seandainya saja aku tidak teringat akan jasamu padaku yang masih belum terbalaskan, tentulah aku akan meladenimu," tersebutlah bahwa Abu Bakar r.a. bersikap kasar terhadapnya dalam menyambutnya. Untuk itu apabila keadaan Abu Bakar sangat disegani di kalangan para penghulu orang Arab dan para pemimpinnya, maka terlebih lagi orang-orang yang selain mereka, lebih segan kepadanya karena kebaikan dan kedermawanannya. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:
Padahal tidak ada seorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridaan Tuhannya Yang Mahatinggi. (Al-Lail: 19-20)
Di dalam hadis sahihain disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Barang siapa yang membelanjakan sepasang barang dijalan Allah, maka para malaikat penjaga surga memanggilnya, "Hai hamba Allah, inilah yang baik.” Maka Abu bakar bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah merupakan suatu keharusan bagi seseorang (yang masuk surga) dipanggil dari pintunya, dan apakah ada seseorang yang dipanggil dari semua pintu surga (untuk memasukinya)?" Rasulullah Saw. menjawab: Ya ada, dan aku berharap semoga engkau termasuk seseorang dari mereka (yang dipanggil masuk surga dari semua pintunya).
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan kelak Dia benar-benar mendapat kepuasan) dari pahala pemberiannya itu di surga nanti. Makna ayat ini mencakup pula setiap orang yang mengerjakan amal perbuatan seperti yang telah dilakukan oleh Abu Bakar r.a. Kelak dia akan dijauhkan dari neraka dan mendapatkan pahala yang berlimpah.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Dan dia pasti akan mendapatkan apa yang diinginkannya dari Tuhannya dengan sempurna, sehingga keridaan itu benar-benar terwujud.
6 Tafsir as-Saadi
"Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan demi siang apabila terang benderang, dan penciptaan laki-laki dan perempuan, sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak ber-manfaat baginya apabila ia telah binasa. Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk, dan sesungguhnya kepunyaan Kamilah akhirat dan dunia. Maka, Kami memperingatkan kamu dengan api yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan (ber-paling) dari iman. Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seseorang pun yang memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, te-tapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Rabbnya Yang Mahatinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan." (Al-Lail: 1-21).
Makkiyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang."
(1-2) Ini adalah sumpah Allah سبحانه وتعالى dengan waktu yang di dalamnya perbuatan-perbuatan manusia berlangsung meski de-ngan kondisi-kondisi yang berbeda. ﴾ وَٱلَّيۡلِ إِذَا يَغۡشَىٰ ﴿ "Demi malam apabila menutupi (cahaya siang)," yakni, menutupi semua makhluk dengan kegelapannya sehingga masing-masing merasa tenang di tempat berteduhnya atau tempat tinggalnya, dan manusia pun merasa nyaman dari keletihan dan kelelahan. ﴾ وَٱلنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّىٰ ﴿ "Dan demi siang apabila terang benderang" untuk para makhluk. Mereka memanfaat-kan terangnya siang dan bertebaran untuk kepentingan-kepentingan mereka.
(3) ﴾ وَمَا خَلَقَ ٱلذَّكَرَ وَٱلۡأُنثَىٰٓ ﴿ "Dan penciptaan laki-laki dan perempuan"; bila مَا dalam ayat ini adalah kata sambung, maka sumpah dalam ayat ini adalah dengan DiriNya Yang Mahamulia yang disifati sebagai Pencipta lelaki dan perempuan. Dan bila مَا tersebut adalah kata keterangan, maka sumpah tersebut adalah dengan penciptaan-Nya bagi lelaki dan perempuan serta sempurnanya hikmah Allah سبحانه وتعالى dalam hal itu dengan menciptakan setiap spesies hewan yang ingin dipertahankan Allah سبحانه وتعالى berpasangan, jantan dan betina, agar spesiesnya tetap ada dan tidak punah. Allah سبحانه وتعالى mendorong masing-masing dari keduanya dengan rantai libido pada yang lain dan menjadikan masing-masingnya serasi dengan pasangannya. Maha-suci Allah سبحانه وتعالى, Pencipta yang paling baik.
(4) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ إِنَّ سَعۡيَكُمۡ لَشَتَّىٰ ﴿ "Sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda." Inilah yang disumpahkan Allah سبحانه وتعالى. Artinya, sesungguhnya usaha kalian wahai para mukallaf berbeda-beda. Perbedaan ini mengacu pada tingkat amal, ukuran, dan segi ke-giatannya dan juga berdasarkan maksud dari perbuatan itu sendiri, apakah dimaksudkan untuk Wajah Allah Yang Mahaagung dan Abadi sehingga amal yang dikerjakan tetap kekal seiring kebera-daan Allah سبحانه وتعالى dan membawa manfaat bagi pelakunya, ataukah amalan tersebut sirna dan fana sehingga usaha yang dilakukan pun runtuh dan sirna seiring runtuh dan sirnanya amalan tersebut. Itu-lah semua perbuatan yang tidak dimaksudkan untuk Wajah Allah سبحانه وتعالى dengan sifat seperti itu.
(5-7) Karena itulah Allah سبحانه وتعالى membedakan mereka yang beramal dan menyebutkan sifat pekerjaan-pekerjaan mereka seraya berfirman, ﴾ فَأَمَّا مَنۡ أَعۡطَىٰ ﴿ "Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah)," yakni menunaikan ibadah harta yang diperintahkan seperti zakat, nafkah, kaffarat, sedekah, infak untuk kebajikan, dan ibadah badan seperti shalat, puasa, dan lainnya, maupun gabungan antara ibadah harta dan badan seperti haji, umrah, dan lainnya ﴾ وَٱتَّقَىٰ ﴿ "dan bertakwa," dengan menjaga diri dari hal-hal yang diha-ramkan dan kemaksiatan dengan berbagai jenisnya, ﴾ وَصَدَّقَ بِٱلۡحُسۡنَىٰ ﴿ "dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga)," yakni membenarkan dengan kalimat tauhid dan semua keyakinan Agama yang ditun-jukkannya, serta segala akibat baiknya berupa balasan akhirat, ﴾ فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلۡيُسۡرَىٰ ﴿ "maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah." Maksudnya, Kami akan mempermudah urusannya, segala kebaikan Kami jadikan mudah baginya dan Kami mudahkan bagi-nya meninggalkan segala keburukan, karena ia menempuh sebab-sebab kemudahan, sehingga Allah سبحانه وتعالى mempermudahkannya.
(8-10) ﴾ وَأَمَّا مَنۢ بَخِلَ ﴿ "Dan adapun orang-orang yang bakhil," de-ngan apa yang diperintahkan dan tidak mau mengeluarkan infak wajib dan sunnah dan tidak merelakan dirinya menunaikan ke-wajiban untuk Allah سبحانه وتعالى, ﴾ وَٱسۡتَغۡنَىٰ ﴿ "dan merasa dirinya cukup," tidak memerlukan Allah سبحانه وتعالى dengan tidak menyembahNya dan tidak menganggap dirinya butuh pada Rabbnya sementara tidak ada keselamatan, keberuntungan, dan kemenangan bagi jiwa selain menjadikan Allah سبحانه وتعالى sebagai Dzat yang dicintai dan disembah yang dimaksudkan dan menjadi tujuan, ﴾ وَكَذَّبَ بِٱلۡحُسۡنَىٰ ﴿ "serta mendustakan pahala yang terbaik," yakni mendustakan apa yang diwajibkan Allah سبحانه وتعالى atas para hamba untuk dipercayai berupa akidah-akidah yang baik, ﴾ فَسَنُيَسِّرُهُۥ لِلۡعُسۡرَىٰ ﴿ "maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar," yakni untuk keadaan sulit dan sifat-sifat tercela dengan dijadikan sebagai orang yang mudah melakukan keburukan, di mana saja berada, ia selalu terkait dengan perbuatan-perbuatan maksiat. Kita memohon kepada Allah سبحانه وتعالى semoga diberi keselamatan.
(11) ﴾ وَمَا يُغۡنِي عَنۡهُ مَالُهُۥٓ ﴿ "Dan hartanya tidak bermanfaat baginya," yakni harta yang membuatnya melampaui batas, merasa cukup dengan harta itu dan menjadikannya bakhil, bila ia mati, karena hanya amal shalih yang akan selalu menemani seseorang. Sedang-kan hartanya yang tidak ditunaikan kewajibannya akan menjadi bencana baginya, karena tidak melakukan apa pun untuk akhirat dengan harta tersebut.
(12) ﴾ إِنَّ عَلَيۡنَا لَلۡهُدَىٰ ﴿ "Sesungguhnya kewajiban Kamilah memberi petunjuk," yakni jalan yang lurus yang akan mengantarkan menuju Allah سبحانه وتعالى dan mendekatkan pada keridhaanNya. Sedangkan kese-satan, jalannya tertutup, tidak bisa mencapai Allah سبحانه وتعالى dan hanya mengantarkan orang menuju siksaan yang dahsyat.
(13) ﴾ وَإِنَّ لَنَا لَلۡأٓخِرَةَ وَٱلۡأُولَىٰ ﴿ "Dan sesungguhnya kepunyaan Kamilah akhirat dan dunia," yakni dari segi hak kepemilikan dan hak menga-tur. Tidak ada sesuatu pun yang bersekutu dengan Allah سبحانه وتعالى pada keduanya. Karena itu hendaklah orang-orang gemar meminta padaNya dan memutus harapan mereka dari sesama makhluk.
(14-16) ﴾ فَأَنذَرۡتُكُمۡ نَارٗا تَلَظَّىٰ ﴿ "Maka Kami memperingatkan kamu de-ngan api yang menyala-nyala," yakni yang berkobar. ﴾ لَا يَصۡلَىٰهَآ إِلَّا ٱلۡأَشۡقَى 15 ٱلَّذِي كَذَّبَ ﴿ "Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan" kebaikan, ﴾ وَتَوَلَّىٰ ﴿ "dan berpaling" dari pe-rintah.
(17-21) ﴾ وَسَيُجَنَّبُهَا ٱلۡأَتۡقَى 17 ٱلَّذِي يُؤۡتِي مَالَهُۥ يَتَزَكَّىٰ 18 ﴿ "Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya," dengan niat mem-bersihkan diri dan menyucikannya dari berbagai dosa dan kotoran dengan niat karena Allah سبحانه وتعالى.
Ayat ini menunjukkan, bahwa bila infak sunnah diiringi dengan meninggalkan nafkah wajib seperti membayar hutang dan tidak menunaikan nafkah wajib, hal itu tidaklah disyariatkan. Bahkan menurut kebanyakan ulama, pemberian orang yang ber-sangkutan tertolak, karena ia membersihkan diri dengan perbuatan yang dianjurkan sementara perbuatan itu membuatnya tidak me-nunaikan kewajiban. ﴾ وَمَا لِأَحَدٍ عِندَهُۥ مِن نِّعۡمَةٖ تُجۡزَىٰٓ ﴿ "Dan tidak ada seseorang pun yang memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya," yakni tidak seorang pun yang memiliki suatu nikmat yang menjadi tanggungan orang yang paling bertakwa tersebut melainkan dia pasti membalasnya. Dan bisa saja tersisa suatu karunia dan nikmat yang ditanggung orang lain, namun ia memurnikan diri menjadi hamba Allah سبحانه وتعالى, karena hanya Dia semata yang amat lembut kebaik-anNya. Lain halnya orang yang masih punya tanggungan pada sesama namun tidak membalasnya, ia pasti membiarkan untuk sesama dan melakukan sesuatu yang bisa mengurangi keikhlasan.
Ayat ini meski mencakup Abu Bakar ash-Shiddiq رضي الله عنه bahkan ada yang menyatakan ayat ini turun disebabkan Abu Bakar, karena tidak seorang pun yang memiliki hak tanggungan nikmat atas Abu Bakar melainkan pasti dibalas, hingga Rasulullah a sekali pun, hanya saja nikmat yang diberikan Rasulullah a tidak mungkin bisa dibalas, yaitu nikmat dakwah menuju Agama Islam dan me-ngajarkan petunjuk serta agama kebenaran, Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya memiliki karunia pada setiap orang yang tidak mungkin bisa dibalas, namun demikian, ayat ini mencakup setiap orang yang memiliki sifat mulia ini, sehingga tidaklah tersisa suatu nikmat pun yang menjadi tanggungan seseorang melainkan pasti dibalas dan amalnya tetap ikhlas karena Allah سبحانه وتعالى semata. Karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ إِلَّا ٱبۡتِغَآءَ وَجۡهِ رَبِّهِ ٱلۡأَعۡلَىٰ 20 وَلَسَوۡفَ يَرۡضَىٰ 21 ﴿ "Tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Rabbnya Yang Mahatinggi. Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan." Inilah orang yang paling bertakwa karena berbagai macam karamah dan pahala yang diberikan oleh Allah سبحانه وتعالى padanya.
Dan segala puji hanya untuk Allah, Rabb semesta alam.