Asy-Syarh Ayat 8
وَاِلٰى رَبِّكَ فَارْغَبْ ࣖ ( الشرح: ٨ )
Wa 'Ilaá Rabbika Fārghab (aš-Šarḥ 94:8)
Artinya:
dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap. (QS. [94] Asy-Syarh : 8)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau patut berharap dengan selalu bertawakal serta mengharap rahmat dan rida-Nya.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Dalam ayat ini, Allah menegaskan agar Nabi Muhammad tidak mengharapkan pahala dari hasil amal perbuatannya, akan tetapi hanya menuntut keridaan Allah semata. Karena Dia-lah sebenarnya yang dituju dalam amal ibadah dan pada-Nyalah tempat merendahkan diri.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Alam Nasyrah: 7-8)
Yakni apabila kamu telah merampungkan urusan-urusan duniamu dan kesibukannya dan telah kamu selesaikan semua yang berkaitan dengannya, maka bulatkanlah tekadmu untuk ibadah dan bangkitlah kamu kepadanya dalam keadaan bersemangat. Curahkanlah hatimu dan ikhlaskanlah niatmu dalam beribadah kepada-Nya dan berharap kepada-Nya.
Termasuk pula ke dalam pengertian ini sebuah hadis yang telah disepakati kesahihannya, yaitu yang mengatakan:
Tiada salat di hadapan makanan, dan tiada salat pula sedangkan yang bersangkutan menahan keinginan membuang kedua air (buang air kecil dan buang air besar).
Dan sabda Nabi Saw. yang mengatakan:
Apabila salat diiqamahkan, sedangkan makan malam telah disediakan, maka mulailah dengan menyantap makan malam dahulu.
Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa apabila kamu telah merampungkan urusan duniamu, lalu kamu berdiri untuk salat, maka kerjakanlah salatmu dengan sungguh-sungguh dengan menghadap kepada Tuhanmu. Dalam riwayat lain yang bersumber dari Qatadah disebutkan pula bahwa apabila berdiri untuk salat, maka berdoalah dengan sungguh-sungguh untuk keperluanmu.
Diriwayatkan pula dari Ibnu Mas'ud, bahwa apabila engkau telah mengerjakan salat-salat fardumu, maka kerjakanlah qiyamul lail dengan sungguh-sungguh. Dan telah diriwayatkan dari Ibnu Iyad hal yang semisal dengan pendapat Ibnu Mas'ud.
Menurut riwayat lain yang bersumber dari Ibnu Mas'ud sehubungan dengan makna firman-Nya: kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Alam Nasyrah: 7-8) Yakni sesudah engkau selesaikan salatmu, sedangkan engkau masih dalam keadaan duduk.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (AlamNasyrah: 7) Yaitu dalam berdoa.
Zaid ibnu Aslam dan Ad-Dahhak telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka apabila kamu telah selesai. (AlamNasyrah: 7) Maksudnya, dari melakukan jihad. kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. (Alam Nasyrah: 7) Yakni kerjakanlah ibadah dengan sungguh-sungguh.
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. (Alam Nasyrah: 8)
As-Sauri mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah jadikanlah niatmu dan harapanmu hanya tertuju kepada Allah Swt. semata.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan hanya kepada Rabbmulah hendaknya kamu berharap) atau meminta dengan merendahkan diri.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Dan hendaknya hanya kepada Tuhanmulah kamu menghadap dan mengadukan segala permasalahan dan kebutuhanmu.
6 Tafsir as-Saadi
"Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu, yang memberat-kan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Se-sungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Rabbmu-lah hendaknya kamu berharap." (Asy-Syarh: 1-8).
Makkiyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang."
(1-4) Allah سبحانه وتعالى berfirman kepada RasulNya, ﴾ أَلَمۡ نَشۡرَحۡ لَكَ صَدۡرَكَ ﴿ "Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?" Yakni, Kami melapangkannya untuk syariat-syariat agama, dakwah kepada Allah سبحانه وتعالى, bersifat dengan akhlak yang baik, mengedepankan akhirat dan mempermudahkan kebajikan sehingga tidak terasa sempit dan tertekan hingga hampir (sebelumnya) tidak tunduk pada kebaikan dan hampir tidak merasakannya lapang. ﴾ وَوَضَعۡنَا عَنكَ وِزۡرَكَ ﴿ "Dan Kami telah menghilangkan dari padamu bebanmu," yakni kesalahanmu ﴾ ٱلَّذِيٓ أَنقَضَ ظَهۡرَكَ ﴿ "yang memberatkan punggungmu," senada dengan Fir-man Allah سبحانه وتعالى,
﴾ لِّيَغۡفِرَ لَكَ ٱللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِن ذَنۢبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ ﴿
"Supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosa yang telah lalu dan yang akan datang." (Al-Fath: 2).
﴾ وَرَفَعۡنَا لَكَ ذِكۡرَكَ ﴿ "Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu," yakni Kami tinggikan derajatmu dan Kami berikan pujian baik lagi luhur untukmu yang belum pernah dicapai oleh seorang pun sehingga tidaklah Allah سبحانه وتعالى disebut melainkan RasulNya juga dise-butkan bersamaNya seperti kalimat syahadat masuk Islam, adzan, iqamat, khutbah dan lainnya yang dalam kata-kata itu Allah سبحانه وتعالى mengagungkan sebutan RasulNya, Muhammad a. Dan di hati umatnya, beliau dicintai, diagungkan, dan dimuliakan, yang tidak dimiliki oleh seorang pun selain beliau setelah Allah سبحانه وتعالى. Semoga Allah سبحانه وتعالى memberi beliau balasan atas jerih payahnya terhadap umat dengan balasan terbaik yang diberikan kepada seorang nabi atas jasa baiknya bagi umatnya.
(5-6) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ فَإِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرًا 5 إِنَّ مَعَ ٱلۡعُسۡرِ يُسۡرٗا 6 ﴿ "Ka-rena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." Ini adalah berita gembira besar; setiap kali ada kesulitan dan kesusahan, selalu disertai kemudahan, hingga meski kesulitan itu terjebak di lubang biawak, niscaya ke-mudahan akan masuk dan mengeluarkannya, sebagaimana Firman Allah سبحانه وتعالى,
﴾ سَيَجۡعَلُ ٱللَّهُ بَعۡدَ عُسۡرٖ يُسۡرٗا 7 ﴿
"Allah akan menjadikan kemudahan setelah kesulitan." (Ath-Tha-laq: 7).
Dan seperti yang disabdakan Nabi a,
وَإِنَّ الْفَرَجَ مَعَ الْكَرْبِ، وَأَنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا.
"Dan sesungguhnya kelapangan itu ada bersama kesulitan dan bahwa bersama kesulitan itu ada kemudahan."[146]
Penyebutan kata "kesulitan" pada kedua ayat secara definite (ma'rifat) menunjukkan keduanya sama, sedangkan penyebutan kata "kemudahan" secara indefinite (nakirah) menunjukkan ber-ulangnya. Satu kesulitan tidak akan mengalahkan dua kemudahan. Penyebutan kata "kesulitan" secara definite dengan alif dan lam me-nunjukkan generalisasi, dan generalisasi itu menunjukkan bahwa semua kesulitan meski mencapai tingkat seberapa pun tapi pada akhirnya kemudahan akan menyertainya.
(7-8) Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى memerintahkan RasulNya pada asalnya dan kaum Mukminin setelahnya untuk bersyukur pada-Nya dan menunaikan kewajiban atas nikmat yang diberikan seraya berfirman, ﴾ فَإِذَا فَرَغۡتَ فَٱنصَبۡ ﴿ "Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain." Artinya, bila kau telah usai mengerjakan urusanmu dan tidak tersisa sesuatu pun yang memberatkan di hatimu, maka bersungguh-sungguhlah dalam beribadah dan doa. ﴾ وَإِلَىٰ رَبِّكَ ﴿ "Dan hanya kepada Rabbmulah," semata, ﴾ فَٱرۡغَب ﴿ "hendaknya kamu berharap," yakni, besar-kanlah harapanmu agar doamu dikabulkan dan janganlah seperti orang yang bermain-main seusai bekerja dan berpaling dari Rabb mereka dan berpaling dari mengingatNya sehingga kau akan men-jadi orang merugi. Ada yang menafsirkan sebagai berikut, makna ayat ini adalah bila engkau selesai shalat dan setelah menyempurna-kannya, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa dan hanya kepada Rabbmulah hendaknya kau berharap dalam meminta apa yang kau inginkan. Orang yang berpendapat demikian berdalil dengannya atas disyariatkannya berdoa dan berdzikir setelah shalat wajib. Wallahu a'lam.
Selesai, dan segala puji hanya bagi Allah semata.