Hal ini merupakan janji Allah Swt. kepada Nuh a.s. yang menyatakan bahwa apabila telah datang perintah Allah yang berupa hujan yang berturut-turut tiada henti-hentinya disertai dengan luapan air yang tak pernah berhenti, bahkan keadaannya adalah seperti yang diungkapkan oleh Allah dalam ayat lain, yaitu:
Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air, itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku, yang berlayar dengan pemeliharaan Kami sebagai balasan bagi orang-orang yang diingkari (Nuh). (Al Qamar:11-14)
Adapun firman Allah Swt.:
...dan dapur telah memancarkan air.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksud dengan tannur ialah permukaan bumi. Dengan kata lain, bumi menjadi mata air yang memancarkan air, sehingga air pun keluar menyembur dari tempat pemanggangan roti yang merupakan tempat yang berapi. Yakni bumi memancarkan airnya dari segala tempat. Demikianlah menurut pendapat jumhur ulama Salaf dan Khalaf.
Dari Ali ibnu Abu Talib r.a., diriwayatkan bahwa tannur artinya cahaya waktu subuh dan sinar fajar. Tetapi pendapat yang pertamalah yang paling jelas.
Mujahid dan Asy-Sya'bi mengatakan bahwa tannur tersebut berada di kota Kufah. Menurut riwayat dari Ibnu Abbas, tannur adalah sebuah mata air yang terletak di negeri India. Sedangkan menurut riwayat dari Qatadah, tannur adalah sebuah mata air yang terletak di Jazirah Arabia yang dikenal dengan nama "mata air Wardah". Tetapi semua pendapat di atas berpredikat garib (aneh).
Maka pada saat itu Allah memerintahkan kepada Nuh a.s. untuk membawa bersamanya ke dalam bahtera itu dari setiap jenis makhluk yang bernyawa sepasang jodoh. Menurut pendapat yang lain, juga membawa yang lainnya yang berupa tumbuh-tumbuhan dari setiap jenis sepasang jodoh.
Menurut suatu pendapat, burung yang mula-mula dimasukkan ke dalam bahtera Nabi Nuh a.s. ialah burung beo, dan hewan terakhir yang dimasukkan ke dalam bahtera adalah keledai. Lalu bergantung iblis pada ekornya, ketika keledai hendak bangkit naik ke bahtera, iblis memberatkannya karena ia bergantung pada ekor keledai itu. Maka Nabi Nuh a.s. berkata, "Mengapa kamu, masuklah, celakalah kamu!" Keledai hendak bangkit, tetapi tidak mampu. Maka Nuh berkata, "Masuklah kamu, sekalipun iblis ikut bersamamu," hingga masuklah keduanya ke dalam bahtera itu.
Sebagian ulama Salaf menyebutkan bahwa mereka merasa keberatan bila singa dibawa masuk ke dalam bahtera bersama-sama mereka, akhirnya ditimpakan penyakit lemah kepada singa.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah Ibnu Saleh (juru tulis Al-Lais), telah menceritakan kepadaku Al-Lais, telah menceritakan kepadaku Hisyam ibnu Sa'd, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Setelah Nuh membawa serta ke dalam perahunya dari setiap makhluk satu jodoh, teman-temannya berkata, "Bagaimana ternak-ternak itu dapat tenang bila mereka tinggal bersama singa?” Maka Allah menimpakan penyakit demam pada singa, dan penyakit demam itu adalah penyakit demam yang mula-mula ada di bumi. Kemudian mereka mengadu tentang tikus, mereka berkata, "Binatang perusak ini telah membuat rusak makanan dan barang-barang kami.” Maka Allah memerintahkan kepada singa untuk bersin. Lalu bersinlah singa itu, dan keluarlah darinya kucing, maka tikus-tikus itu bersembunyi dari kucing (karena takut kepadanya).
Firman Allah Swt.:
...dan keluargamu kecuali orang yang telah terdahulu ketetapan terhadapnya.
Yakni muatkanlah ke dalam bahtera itu seluruh keluargamu, mereka terdiri atas ahli bait dan kaum kerabat Nuh a.s. Kecuali orang yang telah ditetapkan oleh takdir Allah dari kalangan mereka, yaitu orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dari kalangan mereka. Di antaranya ialah anak lelaki Nabi Nuh sendiri yang bernama Yam, dia memisahkan dirinya, juga istri Nabi Nuh yang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya.
Firman Allah Swt.:
...dan (muatkan pula) orang-orang yang beriman.
Yaitu dari kalangan kaummu.
Dan tidak beriman bersama Nuh itu kecuali sedikit.
Maksudnya, sangat sedikit, padahal masa Nabi Nuh tinggal bersama mereka cukup lama, yaitu kurang lebih sembilan ratus lima puluh tahun. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa jumlah mereka yang beriman kepada Nabi Nuh ada delapan puluh jiwa termasuk kaum wanitanya.
Diriwayatkan dari Ka'bul Ahbar bahwa jumlah mereka yang beriman adalah tujuh puluh dua orang. Menurut pendapat lainnya adalah sepuluh orang. Menurut pendapat lainnya, sesungguhnya yang naik ke dalam bahtera itu hanyalah Nuh dan ketiga putranya (yaitu Sam, Ham, dan Yafis) serta empat orang wanita, yaitu istri dari ketiga putra Nuh dan istri Yam.
Menurut pendapat yang lainnya lagi, istri Nuh pun berada bersama mereka di dalam bahtera itu, tetapi pendapat ini masih perlu dipertimbangkan kebenarannya. Karena sesungguhnya menurut pendapat yang kuat, istri Nabi Nuh binasa, karena dia masih memeluk agama kaumnya, sehingga ia tertimpa apa yang menimpa kaumnya. Perihalnya sama dengan istri Nabi Lut yang ikut tertimpa azab yang menimpa kaumnya.