Al-Kahf Ayat 14
وَّرَبَطْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اِذْ قَامُوْا فَقَالُوْا رَبُّنَا رَبُّ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ لَنْ نَّدْعُوَا۟ مِنْ دُوْنِهٖٓ اِلٰهًا لَّقَدْ قُلْنَآ اِذًا شَطَطًا ( الكهف: ١٤ )
Wa Rabaţnā `Alaá Qulūbihim 'Idh Qāmū Faqālū Rabbunā Rabbu As-Samāwāti Wa Al-'Arđi Lan Nad`uwa Min Dūnihi 'Ilahāan Laqad Qulnā 'Idhāan Shaţaţāan. (al-Kahf 18:14)
Artinya:
Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri lalu mereka berkata, “Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain Dia. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran.” (QS. [18] Al-Kahf : 14)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan Kami teguhkan hati mereka ketika mereka berdiri tampil di hadapan kaumnya atau di hadapan penguasa yang menindas dan memaksa agar mereka menyekutukan Allah, akan tetapi mereka menolaknya lalu mereka berkata, menyatakan keteguhan hatinya, "Tuhan kami adalah Tuhan Pencipta dan Pemelihara langit dan bumi; kami tidak menyeru tuhan selain Dia dan tidak menyembah-Nya. Sungguh, kalau kami berbuat demikian, yakni kalau kami menyeru dan menyembah tuhan selain Allah, tentu kami telah mengucapkan perkataan yang sangat jauh dari kebenaran."
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Dalam ayat ini diterangkan bahwa Allah swt meneguhkan hati para pemuda itu dengan kekuatan iman, membulatkan tekad mereka kepada agama tauhid, dan memberikan keberanian untuk mengatakan kebenaran agama itu di hadapan raja Decyanus yang kafir dan sewenang-wenang. Ketika raja itu mencela dan memaksa mereka untuk menyembah berhala, mereka dengan lantang berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia." Dalam pernyataan mereka ini, terkandung dua pengakuan tentang kekuasaan Tuhan. Pertama, pengakuan mereka tentang keesaan Tuhan dalam memelihara dan menciptakan alam semesta ini. Kedua, pengakuan mereka tentang keesaan Tuhan dan hak-Nya untuk disembah oleh makhluk. Orang-orang musyrik mengakui keesaan Tuhan dalam menciptakan dan memelihara alam semesta ini, sebagaimana dijelaskan Allah dalam firman-Nya:
Dan jika engkau bertanya kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?" Pasti mereka akan menjawab, "Allah." Maka mengapa mereka bisa dipalingkan (dari kebe-naran). (al-'Ankabut/29: 61)
Namun demikian, orang musyrikin tidak mengakui keesaan Tuhan dan hak-Nya untuk disembah oleh para hamba-Nya. Mereka menyembah berhala sebagai sekutu Tuhan yang akan mendekatkan mereka kepada-Nya, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah swt:
¦Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya." (az-Zumar/39: 3)
Sesudah para pemuda itu menyatakan pengakuan mereka tentang keesaan Tuhan, lalu mereka memberikan alasan penolakan terhadap penyembahan berhala-berhala sebagaimana yang dikehendaki oleh raja Decyanus. Mereka menyatakan bahwa jika mereka menyembah dan berdoa kepada selain Allah, itu berarti mengerjakan sesuatu yang jauh dari kebenaran.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
...dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi."
Allah Swt. menceritakan tentang mereka, "Kami buat mereka dapat bertahan dalam menentang kaumnya dan seluruh penduduk kota tempat tinggal mereka, serta Kami jadikan mereka dapat bersabar dan rela meninggalkan kehidupan makmur dan mewah yang bergelimang dengan kenikmatan di kalangan kaumnya."
Kalangan Mufassirin —baik dari golongan ulama Salaf maupun Khalaf, bukan hanya seorang dari mereka— mengatakan bahwa mereka (yakni para pemuda itu) terdiri atas kalangan anak-anak para pembesar Kerajaan Romawi dan pemimpinnya. Disebutkan pula bahwa pada suatu hari mereka keluar menuju tempat perayaan kaumnya, setiap tahun kaumnya selalu mengadakan perayaan di suatu tempat yang terletak di luar kota mereka.
Mereka adalah para penyembah berhala dan Tagut, dan selalu mengadakan kurban penyembelihan hewan untuk berhala sesembahan mereka. Raja mereka saat itu adalah seorang yang diktator lagi keras kepala, bernama Dekianus. Ia menganjurkan rakyatnya untuk melakukan hai tersebut, menyeru serta memerintah mereka Untuk menyembah berhala dan berkurban untuk berhala.
Ketika orang-orang keluar menuju tempat pertemuan mereka dalam hari raya itu, para pemuda tersebut ikut keluar bersama bapak-bapak mereka dan kaumnya untuk menyaksikan apa yang diperbuat oleh kaumnya dengan mata kepala sendiri.
Setelah menyaksikan perayaan itu, mereka mengetahui bahwa apa yang dilakukan oleh kaumnya —yaitu bersujud kepada berhala dan berkurban untuknya— tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi. Maka para pemuda itu meloloskan diri masing-masing dari kaumnya dan memisahkan diri di tempat yang terpisah jauh dari mereka. Pada mulanya seseorang dari mereka duduk bernaung di bawah pohon, lalu datanglah pemuda lain ikut duduk bergabung dengannya. Kemudian datang lagi pemuda yang lain. Demikianlah seterusnya hingga semuanya berkumpul di tempat tersebut, tanpa saling mengenal di antara sesama mereka.
Sesungguhnya motivasi yang mendorong mereka berkumpul di tempat itu tiada lain dorongan hati mereka yang beriman, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara ta'liq, melalui hadis Yahya ibnu Sa’id, dari Amrah, dari Siti Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Roh-roh itu bagaikan tentara yang terlatih, maka yang mana di antaranya yang kenal akan menjadi rukun, dan yang mana di antaranya yang tidak kenal akan bertentangan.
Imam Muslim telah mengetengahkan pula hadis ini di dalam kitab sahihnya melalui riwayat Suhail, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. dan orang-orang mengatakan bahwa kebangsaan adalah motivasi persatuan.
Masing-masing dari mereka menutup diri dari yang lainnya karena takut pribadinya terbuka, sedangkan dia tidak mengetahui apakah temannya itu seakidah dengannya ataukah tidak? Akhirnya salah seorang dari mereka memberanikan diri mengatakan, "Hai kaumku, kalian mengetahui, demi Allah, sesungguhnya tiada yang menjauhkan kalian dari kaum kalian hingga kalian memisahkan diri dari mereka kecuali karena suatu alasan, maka hendaklah kita mengutarakan tujuannya masing-masing."
Seseorang dari mereka menjawab, "Sesungguhnya saya, demi Allah, setelah melihat apa yang dilakukan oleh kaum saya menyimpulkan bahwa apa yang mereka lakukan itu batil. Karena sesungguhnya yang berhak disembah semata dan tidak boleh dipersekutukan dengan sesuatu hanyalah Allah, Yang telah menciptakan langit dan bumi serta semua yang ada di antara keduanya."
Yang lainnya mengatakan, "Saya pun mempunyai pemikiran yang sama dengan apa yang dia katakan," dan yang lainnya lagi mengatakan hal yang sama, hingga mereka semua sepakat dalam suatu kalimat dan ternyata mereka senasib dan sepenanggungan, mereka menjadi bersaudara yang sebenarnya dalam ikatan iman. Lalu mereka membangun sebuah tempat peribadatan untuk menyembah Allah.
Tetapi kaum mereka mengetahuinya dan melaporkan keadaan mereka kepada raja mereka. Raja memanggil mereka, lalu menanyai urusan mereka dan apa yang sedang mereka lakukan. Mereka menjawab dengan jawaban yang benar dan menyeru raja untuk menyembah Allah Swt. karena itulah dalam ayat ini disebutkan melalui firman-Nya:
...dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri, lalu mereka berkata, "Tuhan kami adalah Tuhan langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan selain Dia."
Kata lan menunjukkan makna negatif untuk selamanya, yakni kami sama sekali tidak akan melakukan penyembahan kepada selain-Nya untuk selama-lamanya. Karena sesungguhnya jika kami berbuat demikian, tentulah apa yang kami lakukan itu adalah hal yang batil. Maka pada akhir ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
"Sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran."
Yakni batil, dusta, dan bohong.
Kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai tuhan-tuhan (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka).” (Al Kahfi:15)
Dengan kata lain, tidaklah mereka mengemukakan alasan yang jelas dan benar untuk membuktikan kebenaran pendapat mereka yang demikian itu.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan Kami telah meneguhkan hati mereka) Kami memperkuat hati mereka berpegangan kepada kalimat yang hak (di waktu mereka berdiri) di hadapan raja mereka yang menyuruh mereka supaya bersujud kepada berhala-berhala (lalu mereka berkata, "Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru kepada selain-Nya) yakni selain Allah (sebagai Tuhan, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran)" perkataan yang keterlaluan lagi sangat kafir jika seumpamanya kami menyeru kepada tuhan selain Allah.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Kami mengokohkan hati mereka untuk beriman dan tabah menghadapi berbagai kesulitan hidup. Mereka saling berikrar, ketika berdiri di hadapan kaumnya, dengan mengatakan, "Wahai Tuhan kami, Engkaulah Yang Mahabenar. Engkaulah Pemelihara langit dan bumi. Kami tidak akan mempertuhankan sesuatu selain Engkau dan kami akan memegang teguh kepercayaan ini dan tidak akan meninggalkannya. Demi Engkau, ya Allah, jika kami mengatakan sesuatu yang lain, maka perkataan kami itu akan sangat jauh dari kebenaran."
6 Tafsir as-Saadi
"Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) de-ngan sebenarnya.
Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka, dan Kami tambahkan
kepada mereka petunjuk, dan Kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu
mereka berkata, 'Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru tuhan
selain Dia. Sesung-guhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari
kebenaran'." (Al-Kahfi: 13-14).
(13) Ini adalah permulaan rincian kisah mereka. Sesungguh-nya Allah
mengkisahkannya kepada Nabi Muhammad dengan benar dan jujur yang tidak ada keraguan padanya dan
tidak ada sisi kerancuan sedikit pun. ﴾ إِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ ءَامَنُواْ بِرَبِّهِمۡ ﴿ "Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka," kata (fit-yah) ini merupakan bentuk plural jenis jumu' qillah (bentuk jamak yang tidak banyak). Hal itu menunjukkan bahwa mereka kurang dari sepuluh orang. Mereka beriman kepada Allah semata dan tidak ada sekutu bagiNya tanpa disertai kaumnya. Maka, Allah mensyukuri keimanan mereka, lalu menambahkan hidayah kepada mereka. Maksudnya, disebabkan oleh inti hidayah kepada keiman-an, maka Allah menambahkan petunjuk kepada mereka berupa ilmu yang bermanfaat dan amal shalih.
Sebagaimana Firman Allah,
﴾ وَيَزِيدُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ٱهۡتَدَوۡاْ هُدٗىۗ ﴿
"Dan Allah akan menambahi petunjuk kepada mereka yang telah mendapatkan petunjuk." (Maryam: 76).
(14) ﴾ وَرَبَطۡنَا عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ ﴿ "Dan Kami telah meneguhkan hati mereka," maksudnya Kami mencurahkan kesabaran pada mereka dan mene-guhkan mereka, serta menjadikan hati mereka tentram dalam kon-disi yang mencemaskan itu. Ini merupakan (cermin) sifat kelembut-an dan kebaikan Allah تعالى kepada mereka, dalam bentuk memberi-kan taufik kepada mereka menuju keimanan, petunjuk, kesabaran, keteguhan, dan ketenangan. ﴾
إِذۡ قَامُواْ فَقَالُواْ رَبُّنَا رَبُّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ ﴿ "Di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata, 'Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi," maksudnya yang telah menciptakan kami, memberi kami rizki, yang mengatur dan mendidik kami, Dia-lah Sang Pencipta langit dan bumi, Yang Mahatunggal dengan penciptaan makhluk-makhluk yang sangat besar ini. Bukan berhala-berhala dan patung-patung itu, yang tidak bisa menciptakan, memberi rizki, memiliki manfaat dan mudharat, mematikan dan menghidupkan, dan tidak pula dapat membangkitkan. Mereka (para pemuda itu) mengguna-kan dalil tentang tauhid rububiyyah untuk menunjukkan kepada tauhid uluhiyyah. Oleh karena itu, mereka mengatakan, ﴾
لَن نَّدۡعُوَاْ مِن دُونِهِۦٓ إِلَٰهٗاۖ ﴿ "Kami sekali-kali tidak menyeru tuhan selain Dia," yaitu dari seluruh makhluk. ﴾
لَّقَدۡ قُلۡنَآ إِذٗا ﴿ "Sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan," maksudnya jika kami menyeru sesembahan bersama-Nya setelah kami mengetahui bahwa Dia adalah Rabb, sesembahan, yang ibadah tidak boleh dan tidak layak kecuali (hanya) bagiNya, ﴾ شَطَطًا 14 ﴿ "perkataan yang amat jauh dari
kebenaran," yaitu penyim-pangan yang sangat besar dari al-Haq dan jalan yang sangat jauh dari
kebenaran. Mereka telah memadukan antara pengakuan ter-hadap tauhid rububiyyah dengan tauhid
uluhiyyah dan konsisten dengannya disertai dengan penjelasan bahwa Allah-lah Dzat Yang Haq,
sedangkan selainNya merupakan kebatilan. Pernyataan ini menunjukkan bahwa mereka benar-benar
mengenal Rabb mereka dan adanya tambahan hidayah pada mereka.