Al-Kahf Ayat 44
هُنَالِكَ الْوَلَايَةُ لِلّٰهِ الْحَقِّۗ هُوَ خَيْرٌ ثَوَابًا وَّخَيْرٌ عُقْبًا ࣖ ( الكهف: ٤٤ )
Hunālika Al-Walāyatu Lillāhi Al-Ĥaqqi Huwa Khayrun Thawābāan Wa Khayrun `Uqbāan. (al-Kahf 18:44)
Artinya:
Di sana, pertolongan itu hanya dari Allah Yang Mahabenar. Dialah (pemberi) pahala terbaik dan (pemberi) balasan terbaik. (QS. [18] Al-Kahf : 44)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Di sana, ia menyadari bahwa pertolongan itu hanya dari Allah Yang Mahabenar. Dialah sebaik-baik pemberi pahala, dan sebaik-baik pemberi balasan kepada siapa yang berbuat kebajikan.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Kemudian Allah swt menegaskan dalam ayat ini bahwa dalam kesulitan dan kesengsaraan seperti yang dialami oleh pemilik kebun itu, benar-benar hanya Allah sendiri yang mempunyai hak dan kekuatan untuk memberikan pertolongan. Akan tetapi, pertolongan itu hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman kepada-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, dan taat serta patuh kepada perintah-Nya. Allah akan membela, menenteramkan hati, dan menyelamatkan mereka dari segala macam muslihat dan tipu daya musuh-musuh mereka. Dialah yang paling baik dalam memberi pahala dan balasan.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Kemudian ayat selanjutnya dimulai dengan firman-Nya:
Di sana pertolongan itu hanya dari Allah Yang Hak
Kemudian mereka berselisih pendapat tentang bacaan lafaz al-walayah, di antara mereka ada yang mem-fat-hah-kan wawu-nya sehingga menjadi al-walayah. Maknanya ialah bahwa dalam keadaan demikian setiap orang —baik yang beriman maupun yang kafir— akan kembali kepada Allah dan mengakui-Nya serta tunduk kepada-Nya, yaitu bila azab diturunkan. Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya:
Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata, "Kami beriman hanya kepada Allah saja, dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami mempersekutukan(nya) dengan Allah." (Al-Mu’min: 84)
Juga seperti yang disebutkan Allah Swt. dalam firman-Nya menceritakan tentang Fir'aun saat menjelang ajalnya:
hingga bila Fir’aun itu hampir tenggelam, berkatalah dia, "Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).”Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan. (Yunus:90-91)
Di antara mereka ada yang meng-kasrah-kan huruf waw-nya hingga menjadi al-wilayah, yakni di sana pertolongan itu hanya dari Allah Yang Hak. Kemudian ada yang me-rafa '-kan lafaz al-haq menjadi al-haqqu, karena dianggap sebagai na'at (sifat) dari al-walayah. Perihalnya sama dengan apa yang terdapat di dalam firman Allah Swt.:
Kerajaan yang hak pada hari itu adalah kepunyaan Tuhan Yang Maha Pemurah. Dan adalah (hari itu) satu hari yang penuh kesukaran bagi orang-orang kafir. (Al Furqaan:26)
Ada pula yang men-jar-kan qaf-nya sehingga menjadi al-haqqi, karena dianggap sebagai na'at dari Allah Swt. Seperti pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
Kemudian mereka (hamba Allah) dikembalikan kepada Allah, Penguasa mereka yang sebenarnya. (Al An'am:62), hingga akhir ayat.
Karena itulah dalam surat ini disebutkan dalam firman selanjutnya:
Dia adalah sebaik-baik pemberi pahala dan sebaik-baik pemberi balasan.
Dengan kata lain, segala amal perbuatan yang ikhlas karena Allah Swt. pahalanya lebih baik, dan akibatnya amat terpuj lagi sangat sesuai, semuanya baik belaka.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Di sana) kelak di hari kiamat (pertolongan itu) kalau dibaca Al-Walaayah artinya pertolongan, dan kalau dibaca Al-Wilaayah artinya kerajaan (hanya dari Allah Yang Hak) kalau dibaca Al-Haqqu menjadi sifat dari lafal Al-Walaayah dan kalau dibaca Al-Haqqi menjadi sifat dari Lafzhul Jalalah atau Allah (Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala) lebih baik daripada pahala selain-Nya seandainya ada yang dapat memberi pahala (dan sebaik-baik Pemberi balasan) lafal 'Uqban atau 'Uquban artinya balasan bagi orang-orang Mukmin; dinashabkan karena menjadi Tamyiz.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Pertolongan itu, bagaimanapun bentuknya, tetap bersumber dari Allah. Allah telah memilihkan bagi hamba-Nya pahala yang berlipat ganda dan masa depan yang baik.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala memasuki kebunmu, 'Sungguh atas kehendak Allah (semua ini terwujud)! Tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan)
Allah.' Sekira-nya kamu menganggapku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan, maka
mudah-mudahan Rabbku, akan memberi kepada-ku (kebun) yang lebih baik
daripada kebunmu (ini); dan mudah-mudahan Dia mengirimkan ketentuan
(petir) dari langit kepada kebunmu, hingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin; atau airnya menjadi surut ke dalam
tanah, maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi.' Dan harta kekayaannya dibinasakan,
lalu dia membolak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) ter-hadap
sesuatu yang telah dia belanjakan untuk itu, sedang pohon anggur itu roboh bersama para-paranya,
dan dia berkata, 'Aduhai kiranya dulu aku tidak mempersekutukan seorang pun dengan Rabbku.' Dan
tidak ada baginya segolongan pun yang menolong-nya selain Allah; dan sekali-kali dia tidak dapat
membela dirinya. Di sana pertolongan itu hanya dari Allah yang Haq. Dia adalah sebaik-baik
Pemberi pahala dan sebaik-baik Pemberi balasan." (AL-Kahfi : 39-44).
(39) Sahabat yang beriman berkata kepada kawannya yang kafir, "Engkau,
sekalipun membanggakan diri di depanku dengan harta dan anakmu yang banyak, dan kamu melihatku ﴾
أَقَلَّ مِنكَ مَالٗا وَوَلَدٗا 39 ﴿ "lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan,"
sesung-guhnya sesuatu yang ada di sisi Allah lebih baik dan lebih kekal, apa yang diharapkan
dari kebaikan dan curahan kebajikanNya lebih utama daripada seluruh (kenikmatan)
dunia yang mana orang-orang berlomba-lomba di dalamnya.
(40) ﴾ فَعَسَىٰ رَبِّيٓ أَن يُؤۡتِيَنِ خَيۡرٗا مِّن جَنَّتِكَ وَيُرۡسِلَ
عَلَيۡهَا ﴿ "Maka mudah-mudah-an Rabbku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik daripada kebunmu (ini); dan mudah-mudahan Dia mengirimkan kepada kebunmu," maksudnya, (mengirimkan) kepada kebunmu yang mana karena-nya engkau berbuat melampaui batas dan ia memperdayakanmu ﴾
حُسۡبَانٗا مِّنَ ٱلسَّمَآءِ ﴿ "ketentuan (petir) dari langit," yaitu azab dengan hujan deras atau yang semacamnya ﴾
فَتُصۡبِحَ ﴿ "hingga (kebun itu)," lantaran azab tersebut ﴾
صَعِيدٗا زَلَقًا 40 ﴿ "menjadi tanah yang licin." Po-hon-pohonnya tercabut, buah-buahannya
rusak, tanaman-tanaman-nya tergenangi air dan kemanfaatannya lenyap.
(41) ﴾ أَوۡ يُصۡبِحَ مَآؤُهَا ﴿ "Atau airnya menjadi," yaitu air yang materi (pertumbuhannya) berasal darinya ﴾ غَوۡرٗا ﴿ "surut ke dalam tanah," masuk ke dalam tanah ﴾
فَلَن تَسۡتَطِيعَ لَهُۥ طَلَبٗا 41 ﴿ "maka sekali-kali kamu tidak dapat menemukannya lagi,"
maksudnya airnya masuk ke tanah dan tidak bisa dicapai lagi, baik dengan cangkul ataupun alat
lain-nya. Temannya yang Mukmin itu hanya mendoakan keburukan ter-hadap kebunnya (orang yang mengingkari nikmat Allah), lantaran didorong rasa marah karena
Allah. Sebab kebun itu telah memper-dayainya dan membuatnya melampaui batas dan dia merasa
ten-teram dengannya. Mungkin saja, ia mau bertaubat, kembali sadar dan memperhatikan urusannya.
(42) Maka Allah mengabulkan doanya ﴾ وَأُحِيطَ بِثَمَرِهِۦ ﴿ "dan harta kekayaannya dibinasakan," maksudnya, siksaan yang merata telah menimpanya dan memusnahkannya, sehingga tidak ada yang tersisa sedikit pun. (Maka) azab yang menimpa buah-buahan secara keseluruhan, berarti semua pepohonan, buah-buahan dan sawah ludes. Lalu dia pun amat menyesal dan sangat berduka cita ﴾
فَأَصۡبَحَ يُقَلِّبُ كَفَّيۡهِ عَلَىٰ مَآ أَنفَقَ فِيهَا ﴿ "lalu dia membolak-balikkan kedua tangannya (tanda menyesal) terhadap sesuatu yang telah ia belanjakan untuk itu," maksud-nya, (menyesal) karena ia telah banyak membelanjakan (modal) duniawi untuk kebun tersebut, sementara ia (sekarang) telah sirna dan lenyap, hingga tidak tersisa cadangan penggantinya. Maka, dia juga menyesal atas kesyirikan dan sifat keburukannya. Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾
وَيَقُولُ يَٰلَيۡتَنِي لَمۡ أُشۡرِكۡ بِرَبِّيٓ أَحَدٗا 42 ﴿ "Dia berkata, 'Aduhai kiranya dulu
aku tidak mempersekutukan seorang pun dengan Rabbku'."
(43) Allah تعالى berfirman, ﴾ وَلَمۡ تَكُن لَّهُۥ فِئَةٞ يَنصُرُونَهُۥ
مِن دُونِ ٱللَّهِ وَمَا كَانَ مُنتَصِرًا ﴿ "Dan tidak ada baginya segolongan pun yang menolongnya selain Allah; dan sekali-kali dia tidak dapat membela dirinya," maksudnya, tatkala azab menerjang kebunnya, maka hilanglah apa yang dulu dia bangga-banggakan di hadapan temannya melalui perkataannya, ﴾
أَنَا۠ أَكۡثَرُ مِنكَ مَالٗا وَأَعَزُّ نَفَرٗا 34 ﴿ "Hartaku lebih banyak daripada hartamu dan
pengikut-pengikutku lebih kuat." Mereka (para pengikut itu) tidak dapat
menolak azab darinya sedikit pun pada momentum yang dia sangat membutuhkannya. Dia pun tidak
dapat membela dirinya. Lalu bagaimana mungkin dia sanggup membela diri atau memiliki kemampuan
untuk menang di hadapan keputusan dan takdir Allah, yang mana jika telah Allah jalankan dan
takdirkan, sekiranya selu-ruh penghuni langit-langit dan bumi bersatu untuk mencampakkan sedikit
saja, niscaya mereka tidak akan sanggup?
Tidak mustahil, menilik (betapa besar) rahmat dan kelembutan Allah bahwa
pemilik kebun (yang telah dilingkari oleh siksaan) ke-adaannya membaik
dan Allah memberinya kesempatan kembali kepadaNya dan menemukan nalarnya yang lurus dan
meninggal-kan penentangan dan sikapnya yang melampaui batas. Dengan bukti, bahwa orang tersebut
memperlihatkan penyesalannya atas tindakan kesyirikannya kepada Rabbnya, dan bahwasanya Allah
telah menghilangkan dari dirinya sikap-sikap yang menyebabkan-nya melampaui batas dan
menghukuminya di dunia. Apabila Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba, niscaya Allah
menye-gerakan hukuman baginya di dunia. Kemurahan Allah tidak ter-liputi oleh
imajinasi-imajinasi dan akal-pikiran, tidak ada yang meng-ingkarinya melainkan orang zhalim lagi
sangat bodoh.
(44) ﴾ هُنَالِكَ ٱلۡوَلَٰيَةُ لِلَّهِ ٱلۡحَقِّۚ هُوَ خَيۡرٞ ثَوَابٗا
وَخَيۡرٌ عُقۡبٗا 44 ﴿ "Di sana pertolongan itu hanya dari Allah yang Haq. Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala dan sebaik-baik Pemberi balasan." Maksudnya, di dalam kondisi itu, yang Allah menjatuhkan hukuman pada orang yang melampaui batas dan lebih mendahulukan kehidupan dunia (sedangkan suasana kemuliaan adalah bagi orang yang beriman dan beramal shalih, mensyukuri Allah dan mengajak orang lain untuk melakukannya), (di saat itulah) menjadi jelas dan terang bahwa kepemimpinan yang haq (hanya) milik Allah semata. Barangsiapa yang beriman dan bertakwa kepada Allah, maka Allah menjadi walinya, lalu memulia-kannya dengan pelbagai macam kemuliaan, dan menjauhkan dari-nya seluruh keburukan dan siksa. Dan barangsiapa yang tidak ber-iman kepada Rabbnya dan tidak mengangkatNya sebagai walinya, niscaya dia merugi terhadap agama dan dunianya. Pahala Allah di dunia dan akhirat adalah sebaik-baik pahala yang diharapkan dan dinantikan.
Dalam kisah ini termuat (petikan) pelajaran dari kondisi orang-orang yang telah Allah beri kenikmatan duniawi yang berlimpah, hingga membuatnya melalaikan kehidupan akhiratnya dan berbuat melampaui batas, melakukan maksiat kepada Allah dengannya (beranggapan), bahwasanya kesudahan nikmat-nikmat itu adalah putus dan pudar, dan bahwa meskipun ia dapat menikmatinya sejenak, namun sikapnya itu akan menghalangi (datangnya) kenik-matan-kenikmatan dalam kurun waktu yang panjang (di akhirat), dan bahwa seorang hamba sepatutnya bila terkagum-kagum dengan sesuatu (yang dia miliki) dari harta dan anaknya, maka hendaknya dia menisbatkannya kepada Dzat yang memberikan dan mencurah-kan kenikmatan sambil mengatakan, "Sungguh atas kehendak Allah. Tidak ada kekuatan kecuali dengan (pertolongan) Allah," supaya ia menjadi hamba yang bersyukur [kepada Allah] dan menempuh cara agar kenikmatannya lestari pada dirinya, berdasarkan Firman Allah,
﴾ وَلَوۡلَآ إِذۡ دَخَلۡتَ جَنَّتَكَ قُلۡتَ مَا شَآءَ ٱللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِٱللَّهِۚ ﴿
"Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu, 'Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada ke-kuatan, kecuali dengan (pertolongan) Allah'." (Al-Kahfi: 39).
- Dalam kisah ini pula terdapat petunjuk untuk menghibur diri dari (hilangnya) kenikmatan-kenikmatan dunia dan kesenangan-kesenangannya dengan (mengingat-ingat) kebaikan-kebaikan yang berada di sisi Allah, berdasarkan Firman Allah,
﴾ إِن تَرَنِ أَنَا۠ أَقَلَّ مِنكَ مَالٗا وَوَلَدٗا 39 فَعَسَىٰ رَبِّيٓ أَن يُؤۡتِيَنِ خَيۡرٗا مِّن جَنَّتِكَ
﴿
"Sekiranya kamu anggap aku lebih sedikit darimu dalam hal harta dan keturunan, maka mudah-mudahan Rabbku akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik daripada kebunmu." (Al-Kahfi: 39-40).
- Bahwasanya harta dan anak tidak bermanfaat bila tidak membantu dalam ketaatan kepada Allah. Sebagaimana Firman Allah,
﴾ وَمَآ أَمۡوَٰلُكُمۡ وَلَآ أَوۡلَٰدُكُم بِٱلَّتِي تُقَرِّبُكُمۡ عِندَنَا زُلۡفَىٰٓ إِلَّا مَنۡ ءَامَنَ
وَعَمِلَ صَٰلِحٗا ﴿
"Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anakmu yang mendekatkanmu kepada Kami sedikit pun, tetapi orang-orang yang ber-iman dan mengerjakan amal-amal shalih." (Saba`: 37).
- Kisah ini juga mengandung doa kehancuran harta orang-orang yang kekayaannya menjadi sebab sifat melampaui batas, kekufuran,yang mendekatkan dan kerugiannya. Apalagi bila dia mengunggulkan diri-nya di atas kaum Mukminin dan berbangga hati di hadapan mereka.
Di dalamnya mengandung (faidah) bahwa wujud wilayah perlindungan Allah (pada seseorang) atau ketiadaannya menjadi jelas dampaknya, ketika debu-debu (tabir penutup) sudah tersisih-kan dan pembalasan sudah pasti datang, dan ketika para pelaku perbuatan sudah mendapatkan balasannya, maka ﴾
هُنَالِكَ ٱلۡوَلَٰيَةُ لِلَّهِ ٱلۡحَقِّۚ هُوَ خَيۡرٞ ثَوَابٗا وَخَيۡرٌ عُقۡبٗا 44 ﴿ "di sana
pertolongan itu hanya dari Allah Yang Haq. Dia adalah sebaik-baik Pemberi pahala dan sebaik-baik
Pemberi balasan," paling baik akibat dan kesudahannya.