Taha Ayat 114
فَتَعٰلَى اللّٰهُ الْمَلِكُ الْحَقُّۚ وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْاٰنِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يُّقْضٰٓى اِلَيْكَ وَحْيُهٗ ۖوَقُلْ رَّبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا ( طه: ١١٤ )
Fata`ālaá Allāhu Al-Maliku Al-Ĥaqqu Wa Lā Ta`jal Bil-Qur'āni Min Qabli 'An Yuqđaá 'Ilayka Waĥyuhu Wa Qul Rabbi Zidnī `Ilmāan. (Ṭāʾ Hāʾ 20:114)
Artinya:
Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan janganlah engkau (Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur'an sebelum selesai diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku. ” (QS. [20] Taha : 114)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dengan semua sifat itu, maka sesungguhnya Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya. Dan karena itu, janganlah kamu, wahai Nabi Muhammad, tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan pewahyuannya kepadamu agar kamu tidak salah memahami dan mengajarkannya, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan yang bermanfaat.”
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw ketika Jibril membacakan kepadanya beberapa ayat yang diturunkan, dia cepat-cepat membacanya kembali padahal Jibril belum selesai membacakan seluruh ayat yang akan disampaikan pada Nabi. Hal ini karena Nabi takut kalau dia tidak cepat-cepat mengulanginya, mungkin dia lupa dan tidak dapat mengingat kembali. Oleh sebab itu Allah melarangnya bertindak seperti itu, karena tindakan seperti itu mungkin akan lebih mengacaukan hafalannya sebab di waktu dia mengulangi membaca apa yang telah dibacakan kepadanya perhatiannya tertuju kepada pengulangan bacaan itu tidak kepada ayat-ayat selanjutnya yang akan dibacakan jibril padahal Allah menjamin akan memelihara Al-Qur'an dengan sebaik-baiknya, jadi tidak mungkin Nabi Muhammad lupa atau dijadikan Allah lupa kalau dia mendengarkan baik-baik lebih dahulu semua ayat-ayat yang dibacakan Jibril kemudian bila Jibril telah selesai membacakan seluruhnya, barulah Nabi membacanya kembali.
Ayat ini menegaskan bahwa Allah Yang Mahatinggi, Mahabesar amat Luas Ilmu-Nya yang dengan Ilmu-Nya itu Dia mengatur segala sesuatu dan membuat peraturan-peraturan yang sesuai dengan kepentingan makhluk-Nya, tidak terkecuali peraturan-peraturan untuk keselamatan dan kebahagiaan umat manusia. Dialah yang mengutus para nabi dan para rasul dan menurunkan kitab-kitab suci seperti Zabur, Taurat dan Injil serta Dia pulalah yang menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad saw. Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan berangsur-angsur bukan sekaligus sesuai dengan hikmah kebijaksanaan-Nya. Kadang-kadang diturunkan hanya beberapa ayat pendek saja atau surah yang pendek pula dan kadang-kadang diturunkan ayat-ayat yang panjang sesuai dengan keperluan dan kebutuhan pada waktu itu.
Mengenai hal ini Allah berfirman:
Jangan engkau (Muhammad) gerakkan lidahmu (untuk membaca Al-Qur'an) karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya.Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya Kami yang akan menjelaskannya. (al-Qiyamah/75: 16-19)
Mengenai jaminan Allah dan terpeliharanya Al-Qur'an tersebut dalam ayat:
Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya. (al-hijr/15: 9)
Kemudian Allah menyuruh Nabi Muhammad saw agar berdoa supaya Dia memberikan kepadanya tambahan ilmu. Diriwayatkan oleh at-Tirmizi dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah berdoa seperti berikut:
Ya Allah. Jadikanlah ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku bermanfaat bagiku, ajarkanlah kepadaku ilmu yang berguna untukku dan berikanlah kepadaku tambahan ilmu. Segala puji bagi Allah atas segala hal, aku berlindung kepada Allah dari keadaan dan segala hal yang dilakukan oleh penghuni neraka. (at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan al-Bazzar)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Maka Mahatinggi Allah, Raja yang sebenar-benarnya.
Artinya, Mahasuci Allah, Raja yang sebenar-benarnya, janji-Nya benar, ancaman-Nya benar, rasul-rasul-Nya benar, surga benar, neraka benar (adanya), dan segala sesuatu yang datang dari-Nya adalah benar belaka. Sifat Mahaadil Allah ialah Dia tidak mengazab seseorang sebelum memberikan peringatan dan mengutus rasul-rasul-Nya dan sebagai alasanNya kepada makhluk-Nya, agar tidak ada lagi hujah dan keraguan bagi seorang pun terhadap apa yang telah diputuskan oleh-Nya kelak.
Firman Allah Swt.:
Dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam surat lainnya yang mengatakan:
Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian atas tanggungan Kamilah penjelasannya. (Al Qiyaamah:16-19)
Di dalam hadis sahih telah disebutkan sebuah hadis melalui Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Saw. sangat bersemangat bila menerima wahyu, hal inilah yang mendorongnya menggerakkan lisannya. Lalu Allah menurunkan ayat ini. Sebelum itu apabila Nabi Saw. kedatangan Malaikat Jibril membawa wahyu, setiap kali Jibril mengatakan suatu ayat, Nabi Saw. ikut membacanya bersama Jibril, karena keinginannya yang keras untuk menghafal Al-Qur'an dengan cepat. Maka Allah memberinya petunjuk kepada cara yang lebih mudah dan lebih ringan bagi Nabi Saw. agar beliau tidak berat. Untuk itulah maka Allah Swt. berfirman: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak cepat-cepat (menguasainya. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. (Al Qiyaamah:16-17) Yakni Kamilah yang akan menghimpunnya dalam dadamu, kemudian kamu dapat membacakannya kepada manusia tanpa ada sesuatu pun darinya yang terlupakan olehmu. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. (Al Qiyaamah:18-19)
Dalam surat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca Al-Qur’an sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu.
melainkan dengarlah dengan penuh perhatian. Apabila malaikat telah selesai membacakannya kepadamu, mulailah kamu membacanya.
...dan katakanlah, "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."
Maksudnya, berilah aku tambahan ilmu dari-Mu.
Ibnu Uyaynah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. terus-menerus mendapat tambahan ilmu hingga Allah Swt. mewafatkannya. Karena itulah di dalam sebuah hadis telah disebutkan:
Sesungguhnya Allah menurunkan wahyu kepada Rasul-Nya secara berturut-turut, sehingga wahyu banyak diturunkan di hari-hari beliau menjelang wafatnya.
Ibnu Majah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Numair, dari Musa ibnu Ubaidah, dari Muhammad ibnu Sabit, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah berkata dalam doanya: Ya Allah, berilah aku manfaat melalui ilmu yang telah Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarilah aku hal-hal yang bermanfaat bagiku, dan tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan, dan segala puji bagi Allah dalam semua keadaan.
Imam Turmuzi mengetengahkan hadis ini melalui Abu Kuraib, dari Abdullah ibnu Numair dengan sanad yang sama, selanjutnya Imam Turmuzi mengatakan bahwa ditinjau dari jalur periwayatannya hadis ini berpredikat garib.
Al-Bazzar meriwayatkannya dari Amr ibnu Ali Al-Fallas, dari Abu Asim, dari Musa ibnu Ubaidah dengan sanad yang sama, hanya di akhir hadis ditambahkan doa berikut:
Dan aku berlindung kepada Allah dari keadaan ahli neraka.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Maka Maha Tinggi Allah Raja Yang sesungguhnya) daripada apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik (dan janganlah kamu tergesa-gesa terhadap Alquran) sewaktu kamu membacanya (sebelum disempurnakan mewahyukannya kepadamu) sebelum malaikat Jibril selesai menyampaikannya (dan katakanlah, "Ya Rabbku! Tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan") tentang Alquran, sehingga setiap kali diturunkan kepadanya Alquran, makin bertambah ilmu pengetahuannya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Allah berada di atas segala prasangka, Mahasuci dari sifat serupa dengan makhluk-Nya, Maharaja yang dibutuhkan oleh para penguasa dan rakyat jelata. Ketuhanan dan keagungan-Nya mahabenar. Jangan tergesa-gesa, Muhammad, membaca al-Qur'ân sebelum malaikat menyampaikannya dengan sempurna kepadamu. Katakan, "Ya Tuhan, tambahlah ilmuku melalui al-Qur'ân dan pemahaman maknanya."
6 Tafsir as-Saadi
"Maka Mahatinggi Allah Raja Yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca al-Qur`an sebelum wahyu-nya disampaikan (secara sempurna) kepadamu, dan katakanlah, 'Ya Rabbku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan'." (Thaha: 114).
(114) Ketika allah تعالى menyebutkan keputusan pembalasan-Nya pada para hambaNya dan ketetapan perintah agamaNya yang Allah turunkan di dalam KitabNya, -realita ini termasuk bagian dari implikasi kekuasaanNya-, Allah berfirman, ﴾ فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ﴿ "Maka Mahatinggi Allah," maksudnya Mahabesar, berada di ketinggian, suci dari segala kekurangan dan kerusakan. ﴾ ٱلۡمَلِكُ ﴿ "Raja," yang kepemilikan kerajaan menjadi ciriNya, dan semua makhluk adalah budak-budakNya. Ketetapan hukum-hukum kekuasaan qadari maupun syar'iNya berlaku pada mereka. ﴾ ٱلۡحَقُّۗ ﴿ "Yang sebenar-benarnya," maksudnya wujudNya, kerajaanNya, dan kesempurna-anNya benar-benar haq. Sifat-sifat kesempurnaan tidaklah hakiki kecuali bagi Dzat Yang Memiliki keagungan. Termasuk hal itu adalah kepemilikan kekuasaan. Sesungguhnya selainNya dari kalangan makhluk, walaupun mempunyai kekuasaan pada waktu-waktu tertentu yang meliputi sebagian aspek, akan tetapi kekuasa-annya adalah kekuasaan yang pendek, batil lagi akan sirna. Adapun (kekuasaan) Allah, maka akan terus eksis dan tidak musnah, karena Dia Raja, Yang Mahahidup, Maha menangani yang lain lagi Maha-agung. ﴾ وَلَا تَعۡجَلۡ بِٱلۡقُرۡءَانِ مِن قَبۡلِ أَن يُقۡضَىٰٓ إِلَيۡكَ وَحۡيُهُۥۖ ﴿ "Dan janganlah kamu tergesa-gesa membaca al-Qur`an sebelum wahyunya disampaikan (secara sempurna) kepadamu," maksudnya janganlah engkau bersegera untuk menangkap al-Qur`an ketika Jibril sedang membacakannya kepa-damu. Bersabarlah sampai dia menuntaskannya. Jika dia sudah selesai, maka bacalah. Sesungguhnya Allah telah menjamin pe-ngumpulannya bagimu di dadamu dan dalam bacaan al-Qur`anmu. Seperti yang difirmankan Allah تعالى,
﴾ لَا تُحَرِّكۡ بِهِۦ لِسَانَكَ لِتَعۡجَلَ بِهِۦٓ 16 إِنَّ عَلَيۡنَا جَمۡعَهُۥ وَقُرۡءَانَهُۥ 17 فَإِذَا قَرَأۡنَٰهُ فَٱتَّبِعۡ قُرۡءَانَهُۥ 18 ثُمَّ إِنَّ عَلَيۡنَا بَيَانَهُۥ 19 ﴿
"Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Qur`an karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tang-gungan Kamilah mengumpulkannya (di dalam dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kami-lah penjelasannya." (Al-Qiyamah: 16-19),
ketika ketergesaan dan kesegeraan beliau untuk menerima wahyu menunjukkan kecintaan beliau yang utuh kepada ilmu dan keantu-siasan untuk menguasainya, maka Allah memerintahkan beliau untuk meminta tambahan ilmu. Sesungguhnya ilmu itu baik, dan banyak kebaikan itu dituntut, kebaikan itu berasal dari Allah, dan jalan menuju ke sana adalah melalui ketekunan, kerinduan kepada ilmu, memohon dan meminta pertolongan kepadaNya serta duduk bersimpuh kepadaNya di setiap waktu.
Bisa diambil pelajaran dari ayat yang mulia ini, mengenai etika dalam menerima ilmu, bahwa orang yang mendengarkan ilmu seyogyanya perlahan-lahan dan bersabar, sampai pendikte dan pengajar selesai dari penjelasannya yang saling berkaitan. Jika ia sudah selesai darinya, pencari ilmu menanyakan(nya) bila dia punya pertanyaan. Janganlah dia bersegera bertanya dan memo-tong keterangan orang yang mengajar. Sesungguhnya sikap ini penyebab terhalangi (dari menguasai ilmu). Demikian juga orang yang ditanya, seharusnya ia meminta penjelasan lebih lanjut tentang pertanyaan penanya dan melacak maksudnya sebelum menjawab. Sesungguhnya sikap ini menjadi penyebab ketepatan dalam men-jawab dengan benar.