Taha Ayat 41
وَاصْطَنَعْتُكَ لِنَفْسِيْۚ ( طه: ٤١ )
Wa Aşţana`tuka Linafsī. (Ṭāʾ Hāʾ 20:41)
Artinya:
dan Aku telah memilihmu (menjadi rasul) untuk diri-Ku. (QS. [20] Taha : 41)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan ketahuilah, wahai Nabi Musa, sungguh Aku telah memilihmu, memeliharamu, dan mempersiapkanmu untuk diri-Ku. Aku jadikan engkau nabi dan rasul-Ku untuk menyampaikan risalah-Ku kepada umatmu.”
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Karunia kedelapan ialah, Allah telah menjatuhkan pilihan kepada Musa menjadi rasul, menegakkan hujjah atas kebenaran yang dibawanya, memimpin umat manusia bertauhid mengesakan Allah dan sebagai perantara antara Khalik dan makhluk-Nya, menyampaikan agama-Nya yang lurus, yang membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
...dan Aku telah memilihmu untuk diri-Ku.
Yakni Aku telah mengangkat dan memilihmu menjadi seorang rasul menurut apa yang Kukehendaki dan apa yang Kusukai.
Imam Bukhari sehubungan dengan tafsir ayat ini mengatakan:
telah menceritakan kepada kami As-Silt ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Mahdi ibnu Maimun, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Adam bersua dengan Musa. Musa berkata, "Engkaulah orang yang menyengsarakan manusia dan yang menyebabkan mereka dikeluarkan dari surga.” Adam menjawab, "Engkaulah orang yang dipilih oleh Allah untuk membawa risalah-Nya dan memilihmu untuk diri-Nya (dekat dengan-Nya) serta menurunkan kepadamu kitab Taurat." Musa berkata, "Ya.” Adam berkata, "Aku telah menjumpai hal itu telah tercatat (di Lauh Mahfuz) untukku sebelum Allah menciptakan aku.” Musa menjawab, "Ya.” Akhirnya Adam dapat mengalahkan Musa dalam debatnya.
Hadis diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan Aku telah memilihmu) telah menjadikanmu sebagai orang yang terpilih (untuk diri-Ku) untuk mengemban risalah.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Kami telah memilihmu untuk diberi wahyu dan menyampaikan risalah-Ku.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan sungguh Kami telah memberi nikmat kepadamu pada kali yang lain, yaitu ketika Kami mengilhamkan kepada ibumu suatu yang diilhamkan, yaitu, 'Letakkanlah dia (Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah dia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu akan membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Fir'aun) musuhKu dan musuhnya; Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dariKu; dan supaya kamu diasuh di bawah (pengawasan) MataKu. (Yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu dia berkata kepada (keluarga Fir'aun), 'Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeli-haranya?' Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. Dan kamu pernah membu-nuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan, dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan; maka kamu tinggal beberapa tahun di antara penduduk Madyan, kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan hai Musa, dan Aku telah memilihmu untuk diriKu'." (Thaha: 37-41).
(37-39) Setelah menyebutkan karuniaNya yang tercurah-kan kepada hamba dan RasulNya, Musa bin Imran dalam bentuk penguasaan agama, menerima wahyu dan risalah serta menjawab permohonannya, Allah mengingatkan kenikmatanNya yang ter-limpahkan kepadanya pada masa pertumbuhan fisik dan perkem-bangan tahapan-tahapannya.
Allah berfirman, ﴾ وَلَقَدۡ مَنَنَّا عَلَيۡكَ مَرَّةً أُخۡرَىٰٓ 37 ﴿ "Dan sesungguhnya Kami telah memberi nikmat kepadamu pada kali yang lain," saat itu Kami mengilhamkan ibumu untuk meletakkanmu ke dalam sebuah peti (untuk dihanyutkan ke sungai) pada saat engkau masih berada di masa persusuan lantaran takut kepada Fir'aun. Karena ia (Fir'aun) menitahkan penyembelihan anak laki-laki Bani Isra`il. Maka si ibu menyembunyikannya, dan benar-benar mengkhawatirkan (keadaan)-nya. Ia pun meletakkannya di peti itu, selanjutnya, mengapungkan-nya di sungai, yaitu sisi sungai Nil Mesir. Allah memerintahkan sungai itu agar melontarkannya ke tepian dan mengondisikannya agar diambil oleh orang yang paling bengis permusuhannya kepada Allah dan Musa. Ia (Musa) tumbuh berkembang di tengah anak-anaknya. Menjadi buah hati bagi orang yang melihatnya.
Karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَأَلۡقَيۡتُ عَلَيۡكَ مَحَبَّةٗ مِّنِّي ﴿ "dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dariKu." Setiap orang yang melihat beliau, langsung menyukainya. ﴾ وَلِتُصۡنَعَ عَلَىٰ عَيۡنِيٓ 39 ﴿ "Dan supaya kamu diasuh di bawah (pengawasan) MataKu," maksudnya engkau tumbuh di bawah pengawasan, penjagaan, dan pemeliha-raanKu. Manakah pengawasan dan jaminan yang lebih agung dan lebih sempurna daripada perlindungan Dzat Yang Mahabaik, Maha Penyayang dan Mahakuasa untuk mendistribusikan kemaslahatan-kemaslahatan bagi hambaNya dan menyingkirkan bahaya-bahaya dariNya? Tidaklah beliau melewati satu kondisi ke kondisi berikut-nya melainkan pasti Allah-lah yang mengatur semua urusan itu untuk kebaikan Musa.
(40) Di antara bukti baiknya pengaturan Allah, adalah bahwa Musa ketika terjatuh di tangan musuhnya, maka ibu beliau sangat mengalami kegundahan. Hatinya kosong. Hampir saja ber-bicara tentangnya, seandainya Allah tidak meneguhkan sang ibu dan memantapkan hatinya.
Dalam kondisi ini, Allah menghalang-halangi wanita-wanita yang ingin menyusui Musa. Ia tidak mau menerima susuan wanita mana pun, supaya tempat kembalinya adalah ibunya (sendiri) se-hingga dia bisa menyusuinya. Ia pun berada di sisi sang ibu, hingga (ibunya) menjadi tenang, tentram dan suka cita. Mereka mulai menawarkan beberapa wanita yang ingin menyusui Musa. Akan tetapi dia tidak mau menerima (susuan) satu tetek pun. Kemudian saudara perempuan Musa datang menawarkan, ﴾ هَلۡ أَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ مَن يَكۡفُلُهُۥۖ ﴿ "Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya," kepada sebuah keluarga yang akan menanganinya untuk meng-gantikan kalian, mereka sungguh-sungguh akan memperhatikan-nya. ﴾ فَرَجَعۡنَٰكَ إِلَىٰٓ أُمِّكَ كَيۡ تَقَرَّ عَيۡنُهَا وَلَا تَحۡزَنَۚ وَقَتَلۡتَ نَفۡسٗا ﴿ "Maka Kami mengembali-kanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. Dan kamu pernah membunuh seorang manusia," yaitu orang Qibthi. Ketika beliau memasuki perkotaan pada waktu orang-orang terlena, beliau menjumpai dua orang lelaki bertikai. Salah satunya berasal dari sukunya. Sementara itu, yang lain berasal dari suku yang memu-suhi, suku Qibthi, maka lelaki yang berasal dari kaumnya meminta pertolongan untuk menghadapi lawannya. Musa memukulnya, dan seketika itu langsung menewaskannya. Beliau berdoa kepada Allah dan memohon ampunan (dari tindakan tadi). Maka Allah mengampuninya. Setelah itu, beliau melarikan diri, tatkala mene-rima berita bahwa orang-orang mencarinya untuk membunuhnya.
﴾ فَنَجَّيۡنَٰكَ مِنَ ٱلۡغَمِّ ﴿ "Kami selamatkan kamu dari kesusahan," dari hukuman dosa dan pembunuhan. ﴾ وَفَتَنَّٰكَ فُتُونٗاۚ ﴿ "Dan Kami telah men-cobamu dengan beberapa cobaan," Kami telah menguji dan menderamu dengan musibah. Lalu Kami melihatmu dalam keadaan istiqamah (konsisten) di seluruh keadaan. Atau Kami telah memindah-min-dahkan dirimu dalam seluruh kondisi dan tahapan hidup sampai engkau meraih keberhasilan. ﴾ فَلَبِثۡتَ سِنِينَ فِيٓ أَهۡلِ مَدۡيَنَ ﴿ "Maka kamu tinggal beberapa tahun di antara penduduk Madyan," saat melarikan diri dari kejaran Fir'aun dan pasukannya, yang berupaya membunuhmu. Setelah itu, engkau berjalan menuju Madyan dan sampai ke tempat itu dan menikah (dengan wanita) di sana. Engkau menetap di sana selama sepuluh tahun atau delapan tahun.
﴾ ثُمَّ جِئۡتَ عَلَىٰ قَدَرٖ يَٰمُوسَىٰ 40 ﴿ "Kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan hai Musa," maksudnya kemudian engkau tiba de-ngan kedatangan yang bukan kebetulan terjadi, tanpa disengaja atau pengaturan (dari Kami). Bahkan kehadiranmu itu bermula dari ketentuan takdir dan kelembutan Kami. Hal ini menunjukkan kesempurnaan perhatian Allah terhadap KalimNya (orang yang diajak bicara secara langsung), Musa عليه السلام.
(41) Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ وَٱصۡطَنَعۡتُكَ لِنَفۡسِي 41 ﴿ "Dan Aku telah memilihmu untuk diriKu," maksudnya Aku telah mencurah-kan segala perbuatan, kenikmatan, kebaikan fasilitas dan pemeli-haraanKu kepadamu. Tujuannya, agar engkau menjadi insan yang tercinta dan istimewa bagiKu, mencapai tingkatan dalam anugerah ini, yang tidak dapat digapai oleh orang lain dari makhlukKu kecuali sedikit dari mereka.
Apabila ada orang yang mencintai, ingin mengistimewakan kekasihnya dari kalangan manusia, menginginkannya meraih kesempurnaan setinggi-tingginya, maka dia rela mengerahkan segenap kemampuan yang dimiliki dan mengusahakan semaksimal mungkin untuk merealisasikan kehendak tersebut, lalu bagaimana pandanganmu tentang usaha-usaha Rabb yang Mahakuasa (atas segala sesuatu) lagi Mahamulia?! Apa yang ada di benakmu tentang (tindakan-tindakan) Dzat yang menginginkan seseorang (untuk dipilih) bagi diriNya sendiri dan memilihnya dari makhluk-makh-lukNya?