Skip to main content

قَالُوْٓا ءَاِذَا مِتْنَا وَكُنَّا تُرَابًا وَّعِظَامًا ءَاِنَّا لَمَبْعُوْثُوْنَ  ( المؤمنون: ٨٢ )

qālū
قَالُوٓا۟
mereka berkata
a-idhā
أَءِذَا
apakah apabila
mit'nā
مِتْنَا
kami nanti
wakunnā
وَكُنَّا
dan kami adalah/menjadi
turāban
تُرَابًا
tanah/debu
waʿiẓāman
وَعِظَٰمًا
dan tulang
a-innā
أَءِنَّا
apakah sesungguhnya kami
lamabʿūthūna
لَمَبْعُوثُونَ
pasti dibangkitkan

Qālū 'A'idhā Mitnā Wa Kunnā Turābāan Wa `Ižāmāan 'A'innā Lamab`ūthūna. (al-Muʾminūn 23:82)

Artinya:

Mereka berkata, “Apakah betul, apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kami benar-benar akan dibangkitkan kembali? (QS. [23] Al-Mu'minun : 82)

1 Tafsir Ringkas Kemenag

Orang-orang kafir enggan memikirkan fenomena alam sebagai bukti kekuasaan Allah, bahkan mereka mengikuti jejak para pendurhaka terdahulu. Mereka mengingkari hari Kebangkitan dan mengucapkan perkataan yang serupa dengan apa yang diucapkan oleh orang-orang terdahulu seperti kaum Nabi Nuh, kaum ‘Ad, dan kaum-kaum sesudahnya. Mereka berkata untuk menolak adanya hari Kebangkitan, “Apakah betul, apabila kami telah mati dan telah menjadi tanah dan tulang belulang, kami benar-benar akan dibangkitkan kembali? Tidak! Itu tidak mungkin. Sungguh, yang demikian ini, yaitu ancaman dan siksa pada hari Kebangkitan, sudah dijanjikan kepada kami dan kepada nenek moyang kami dahulu oleh orang-orang yang mengaku rasul. Ini hanyalah mitos dan dongeng orang-orang terdahulu belaka!”