As-Sajdah Ayat 17
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّآ اُخْفِيَ لَهُمْ مِّنْ قُرَّةِ اَعْيُنٍۚ جَزَاۤءًۢ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ( السجدة: ١٧ )
Falā Ta`lamu Nafsun Mā 'Ukhfiya Lahum Min Qurrati 'A`yunin Jazā'an Bimā Kānū Ya`malūna. (as-Sajdah 32:17)
Artinya:
Maka tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyenangkan hati sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan. (QS. [32] As-Sajdah : 17)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Maka atas ibadah itu kelak di hari kiamat mereka berhak memperoleh surga yang tidak seorang pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu bermacam nikmat yang menyenangkan hati, sebagai balasan terhadap apa yang mereka kerjakan di dunia berupa amal saleh.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini menerangkan bahwa seseorang tidak dapat mengetahui betapa besar kebahagiaan dan kesenangan yang akan diberikan Allah kepadanya di akhirat nanti, dan betapa enak dan nyamannya tinggal di dalam surga itu. Semua itu adalah balasan perbuatan baik yang telah dikerjakan selama hidup di dunia.
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dan imam-imam hadis yang lain dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda:
Allah berfirman, "Aku telah menyediakan untuk hamba-hamba-Ku yang saleh apa yang belum pernah mata melihatnya, belum pernah telinga mendengarnya dan belum pernah tergores di dalam hati manusia, kecuali apa yang telah Aku kemukakan kepadamu. Bacalah, jika kamu menghendakinya "Fala talamu nafs . . . sampai akhir."
Diriwayatkan oleh al-Firyabi, Ibnu Abi Syaibah, Ibnu Jarir ath-thabari, ath-thabrani, al-hakim dan dinyatakan sebagai hadis sahih dari Ibnu Mas'ud, ia berkata, "Sesungguhnya termaktub dalam Taurat bahwa Allah menjanjikan kepada orang-orang yang jauh lambung mereka dari tempat tidurnya, apa yang belum dilihat mata, belum didengar telinga, belum tergores dalam hati manusia. Malaikat yang dekat kepada Tuhan tidak mengetahuinya demikian pula para rasul yang diutusnya. Sesungguhnya itu terdapat pula di dalam Al-Qur'an, sebagaimana tersebut dalam ayat ini."
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikannya untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata. (As Sajdah:17), hingga akhir ayat.
Al Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah r.a. yang telah menceritakan hadis berikut dari Rasulullah Saw.: Allah Swt. berfirman (dalam hadis Qudsi), "Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdelik dalam hati seorang manusia pun.” Abu Hurairah mengatakan, "Bacalah oleh kalian jika kalian suka firman Allah Swt. berikut, yaitu: 'Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata.' (As Sajdah:17)
Al Bukhari mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Abuz Zanad, dari Al-A'raj, dari Abu Hurairah yang menyebutkan hadis yang semisal.
Dan dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa dikatakan kepada Sufyan, "Nikmat apakah itu?"
Imam Muslim dan Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui hadis Sufyan ibnu Uyaynah dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Kemudian Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Nasr, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Al-A'masy, telah menceritakan kepada kami Abu Saleh, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Allah Swt. berfirman (dalam hadis Qudsi), "Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh pahala simpanan yang belum pernah dilihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik dalam hati seorang manusia pun, karena semua yang pernah diperlihatkan kepada kalian adalah kecil (tiada artinya).” Kemudian Nabi Saw. membacakan firman-Nya: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk nya, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As Sajdah:17)
Abu Mu'awiyah telah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari Abu Saleh, bahwa Abu Hurairah membaca firman-Nya dengan bacaan berikut, "Qurratu a'yunin (dengan lafaz jamak pada lafaz qurrat), yang artinya berbagai macam nikmat yang menyedapkan pandangan mata.
Ditinjau dari segi jalurnya hadis ini diriwayatkan oleh Imam Bukhari secara tunggal.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma'mar, dari Hamman ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa berikut ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah dari Rasulullah Saw., yaitu: Sesungguhnya Allah berfirman, "Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh pahala yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik di hati seorang manusia pun.”
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan hadis ini di dalam kitab sahihnya masing-masing, melalui riwayat Abdur Razzaq.
Imam Ahmad mengatakan bahwa Imam Turmuzi di dalam kitab tafsirnya dan Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui hadis Abdur Rahim ibnu Sulaiman, dari Muhammad ibnu Amr, dari Abu Salamah, dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah Saw. dengan lafaz yang semisal. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Hammad ibnu Salamah telah meriwayatkan dari Sabit ibnu Abu Rafi', dari Abu Hurairah r.a. yang menurut Hammad Abu Hurairah menerima hadis ini dari Nabi Saw., bahwa Nabi Saw. telah bersabda: Barang siapa yang masuk surga akan hidup senang dan tidak akan sengsara, pakaiannya tidak akan rusak, dan usia mudanya tidak akan lenyap. Di dalam surga terdapat nikmat yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik dalam hati seorang manusia pun.
Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Hammad ibnu Salamah dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Harun, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Abu Sakhr, Abu Hazim pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah mendengar Sahl ibnu Sa'd As Sa'idi r.a. mengatakan bahwa ia pernah menyaksikan Rasulullah Saw. berada di suatu majelis sedang menggambarkan tentang nikmat surga, hingga selesai. Pada penghujung hadisnya disebutkan: Di dalam surga terdapat nikmat yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik oleh hati seorang manusia pun. Kemudian Nabi Saw. membaca firman-Nya: Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya. (As Sajdah:16) sampai dengan firman-Nya: sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan. (As Sajdah:17)
Imam Muslim mengetengahkannya di dalam kitab sahihnya melalui Harun ibnu Ma'ruf dan Harun ibnu Sa'id, keduanya dari Ibnu Wahb dengan sanad yang sama.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Abbas ibnu AbuTalib, telah menceritakan kepada kami Ma'la ibnu Asad, telah menceritakan kepada kami Salam ibnu Abu Muti', dari Qatadah, dari Aqabah ibnu Abdul Gafir, dari Abu Sa'id Al-Khudri, dari Rasulullah Saw. yang menceritakan hadis ini dari Tuhannya: Allah berfirman, "Aku telah menyediakan bagi hamba-hamba-Ku yang saleh pahala (nikmat) yang belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik dalam hati seorang manusia pun.”
Mereka tidak mengetengahkannya.
Imam Muslim telah meriwayatkan pula di dalam kitab sahihnya, bahwa telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar dan lain-lainnya, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepada kami Mutarrif ibnu Tarif dan Abdul Malik ibnu Sa'id, keduanya mendengar Asy-Sya'bi menceritakan hadis berikut dari Al-Mugirah ibnu Syu'bah. Asy-Sya'bi mengatakan, ia mendengar Al-Mugirah mengucapkan hadis ini di atas mimbar, bahwa ia me-rafa'-kannya sampai kepada Nabi Saw. yang telah bersabda: bahwa Musa a.s. pernah bertanya kepada Tuhannya, "Ya Tuhanku, bagaimanakah ahli surga yang paling rendah kedudukannya?" Allah Swt. menjawab, "Seorang lelaki yang datang sesudah ahli surga dimasukkan ke dalam surga. Lalu dikatakan kepadanya, 'Masuklah ke dalam surga!' Lelaki itu bertanya, 'Bagaimanakah, ya Tuhanku, sedangkan semua orang telah menempati kedudukannya dan telah mengambil bagiannya masing-masing?' Maka dikatakan kepadanya, 'Relakah kamu bila kamu mendapat bagian sebagaimana salah seorang raja dari raja-raja dunia?' Lelaki itu menjawab, 'Saya rela, ya Tuhanku.' Maka dikatakan, 'Engkau mendapat hal itu dan yang semisal dengannya sebanyak tiga kali.' Dan pada yang kelima kalinya lelaki itu berkata, 'Saya puas, ya Tuhanku.' Maka Allah Swt. berfirman, 'Engkau mendapatkan hal itu dan sepuluh kali lipatnya sebagai tambahannya, selain itu kamu mendapat segala sesuatu yang diinginkan oleh dirimu dan yang menyedapkan pandangan matamu.' Lelaki itu berkata, 'Saya puas, ya Tuhanku'." Musa bertanya lagi, "Ya Tuhanku, bagaimanakah dengan ahli surga yang paling tinggi kedudukannya?" Allah Swt. menjawab, "Mereka adalah orang-orang yang Aku kehendaki, Aku menanam kemuliaan mereka dengan tangan-Ku sendiri, lalu Aku lak padanya. Maka tiada mata yang melihatnya, tiada telinga yang mendengarnya, dan tiada hati seorang manusia pun yang memikirkannya." Al-Mugirah ibnu Syu'bah mengatakan bahwa hal yang membenarkan hadis ini di dalam Kitabullah ialah firman Allah Swt.: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata. (As Sajdah:17), hingga akhir ayat.
Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui Ibnu Umar, dan ia mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih. Imam Turmuzi mengatakan, sebagian dari mereka ada yang meriwayatkannya dari Asy-Sya'bi, dari Al-Mugirah, tetapi Al-Mugirah tidak me-rafa'-kannya. Dan pendapat yang mengatakan Al-Mugirah me-rafa'-kannya adalah lebih sahih.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnul Mada'ini, telah menceritakan kepada kami Abu Badr ibnu Syuja' ibnul Walid, telah menceritakan kepada kami Ziad ibnu Khaisamah, dari Muhammad ibnu Jahadah, dari Amir ibnu Abdul Wahid yang mengatakan bahwa telah sampai kepadanya suatu hadis yang menceritakan bahwa seorang lelaki dari ahli surga tinggal di tempatnya (di dalam surga) selama tujuh puluh tahun. Kemudian ia menoleh, tiba-tiba ia menjumpai seorang wanita yang paling cantik di antara semua wanita yang ada, lalu wanita (bidadari) itu berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku datang kepadamu dengan tujuan agar aku mendapat bagian darimu." Lelaki itu bertanya, "Siapakah engkau?" Wanita itu menjawab, "Aku termasuk nikmat tambahan." Maka lelaki itu tinggal bersamanya selama tujuh puluh tahun. Kemudian ia menoleh lagi, tiba-tiba bersua dengan seorang wanita yang jauh lebih cantik daripada yang sebelumnya. Wanita itu berkata kepadanya, "Sesungguhnya aku datang kepadamu agar mendapat bagian darimu." Lelaki itu bertanya, "Siapakah kamu?" Maka wanita itu menjawab bahwa dirinya adalah apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata. (As Sajdah:17)
Ibnu Lahi'ah mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ata ibnu Dinar, dari Sa'id ibnu Jubair yang telah menceritakan bahwa para malaikat mengunjungi ahli surga setiap hari menurut kadar waktu hari dunia sebanyak tiga kali. Mereka datang dengan membawa hadiah-hadiah dari Allah, yaitu dari surga ' Adn yang tidak terdapat di dalam surga mereka. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata. (As Sajdah:17) Dan para malaikat itu memberitahukan kepada mereka bahwa Allah rida kepada mereka.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syahl ibnu Musa Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Muslim, dari Safwan ibnu Amr, dari Abul Yaman Al-Hauzani atau lainnya yang telah mengatakan bahwa surga itu terdiri dari seratus derajat (tingkatan). Derajat yang pertama ialah perak, buminya dari perak, rumah-rumah (gedung-gedungnya) dari perak, wadah-wadahannya dari perak, dan tanahnya dari misik. Derajat yang kedua adalah emas, buminya dari emas, gedung-gedung tempat tinggalnya dari emas, wadah-wadahannya dari emas, dan tanahnya dari minyak kesturi (misik). Derajat yang ketiga ialah dari mutiara, buminya dari mutiara, gedung-gedungnya dari mutiara, wadah-wadahannya dari mutiara, dan tanahnya dari mutiara. Sedangkan derajat yang sembilan puluh tujuhnya belum pernah terlihat oleh mata, belum pernah terdengar oleh telinga, dan belum pernah terdetik oleh hati seorang manusia pun. Kemudian ia membaca firman-Nya: Seorang pun tidak mengetahui apa yahg disembunyikan untuk mereka. (As Sajdah:17), hingga akhir ayat.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari Al-Hakam ibnu Aban, dari Gatrif, dari Jabir ibnu Zaid, dari Ibnu Abbas, dari Nabi Saw., dari Malaikat Jibril a.s. yang telah menceritakan bahwa kelak didatangkan amal-amal kebaikan seseorang hamba dan juga amal-amal buruknya, sebagian darinya dikurangi oleh sebagian yang lain. Dan apabila masih tersisa suatu amal kebaikan, maka Allah meluaskan baginya tempat di surga.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa ia menemui Bazdad, dan ternyata dia menceritakan hadis yang semisal. Ibnu Jarir melanjutkan kisahnya, bahwa ia bertanya, "Maka dikemanakankah kebaikan itu?" Ia menjawab dengan membacakan firman-Nya: Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka. (Al Ahqaaf:16), hingga akhir ayat. Aku (Ibnu Jarir) bertanya, "Bagaimanakah dengan firman-Nya: 'Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata' (As Sajdah:17) Bazdad menjawab, "Seorang hamba yang beramal kebaikan secara sembunyi-sembunyi demi karena Allah, tiada seorang manusia pun yang mengetahuinya, maka Allah menyimpan baginya kelak di hari kiamat bermacam-macam nikmat yang menyedapkan pandangan mata (bidadari-bidadari)."
4 Tafsir Al-Jalalain
(Seorang pun tidak mengetahui apa yang disembunyikan) apa yang tersembunyi (bagi mereka yaitu berupa bermacam-macam nikmat yang menyedapkan pandangan mata) yakni nikmat-nikmat surga yang menyenangkan hati mereka. Menurut suatu qiraat lafal ukhfiya dibaca ukhfii, artinya apa yang Aku sembunyikan (sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan).
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Seseorang tidak akan dapat mengetahui banyaknya nikmat besar yang Allah sediakan dan simpan untuk mereka, yang dapat menyedapkan pandangan mereka, sebagai balasan atas ketaatan dan perbuatan yang mereka lakukan.
6 Tafsir as-Saadi
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami, adalah orang-orang yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat (kami), niscaya mereka menyungkur sujud dan bertasbih serta memuji Rabbnya, sedang mereka tidak menyombongkan diri. Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya, sedang mereka berdoa kepada Rabbnya dengan rasa takut dan harap, dan mereka me-nafkahkan sebagian dari rizki yang Kami berikan kepada mereka. Tidak satu jiwa pun mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu sesuatu yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap amal yang telah mereka kerjakan." (As-Sajdah: 15-17).
(15) Ketika Allah سبحانه وتعالى menjelaskan (keadaan) orang-orang kafir terhadap ayat-ayatNya dan azab yang telah Dia siapkan untuk mereka, maka Dia menjelaskan tentang orang-orang yang beriman kepadanya, ciri mereka, dan pahala yang telah disediakan untuk mereka, seraya berfirman, ﴾ إِنَّمَا يُؤۡمِنُ بِـَٔايَٰتِنَا ﴿ "Sesungguhnya orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Kami," yakni dengan iman yang hakiki, yaitu orang yang mempunyai tanda-tanda keimanan, dan mereka adalah ﴾ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِّرُواْ ﴿ "orang-orang yang apabila diperingatkan," de-ngan ayat-ayat Rabb (Allah), lalu dibacakan kepada mereka ayat-ayat al-Qur`an, dan mereka dihadapkan kepada nasihat-nasihat para utusan Allah serta diajak untuk menghayatinya, maka mereka menyimaknya lalu menerimanya dan mereka tunduk, s e r t a ﴾ خَرُّواْۤ سُجَّدٗاۤ ﴿ "mereka menyungkur sujud," maksudnya, patuh kepadanya dengan tunduk mengingat Allah dan gembira karena bisa menge-nalNya.
﴾ وَسَبَّحُواْ بِحَمۡدِ رَبِّهِمۡ وَهُمۡ لَا يَسۡتَكۡبِرُونَ۩ ﴿ "Dan bertasbih serta memuji Rabb-nya, sedang mereka tidak menyombongkan diri," tidak dengan hati mereka dan tidak pula dengan jasad mereka lalu enggan untuk tunduk kepada ayat-ayatNya. Bahkan mereka merendahkan diri terhadapnya, dan mereka menghadapinya dengan menerimanya, berserah diri dan meresponnya dengan lapang hati dan berserah diri. Mereka berupaya dengannya untuk meraih keridhaan Allah, Rabb yang Maha Penyayang, dan mereka menjadikannya sebagai pedoman menuju jalan yang lurus.
(16) ﴾ تَتَجَافَىٰ جُنُوبُهُمۡ عَنِ ٱلۡمَضَاجِعِ ﴿ "Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya," maksudnya, punggung mereka jauh dan tidak betah dari tempat tidurnya yang empuk, beralih kepada sesuatu yang lebih lezat darinya dan lebih mereka cintai, yaitu shalat di keheningan malam dan bermunajat kepada Allah سبحانه وتعالى. Maka dari itu Dia berfir-man, ﴾ يَدۡعُونَ رَبَّهُمۡ ﴿ "Sedang mereka berdoa kepada Rabbnya," maksudnya, dalam mencari kebaikan agama dan dunia mereka, dan dalam menolak segala sesuatu yang bisa membahayakan keduanya,﴾ خَوۡفٗا وَطَمَعٗا ﴿ "dengan rasa takut dan harap." Maksudnya, dengan memadu-kan antara dua sifat (rasa); takut kalau amal ibadah mereka ditolak dan sangat berharap agar diterima; takut akan azab Allah dan sangat mengharapkan pahalaNya, ﴾ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ ﴿ "dan dari sebagian apa yang Kami berikan kepada mereka," yaitu rizki yang sedikit atau banyak, ﴾ يُنفِقُونَ ﴿ "mereka menafkahkan." Di sini tidak disebutkan batasan nafkahnya dan tidak pula orang yang dinafkahi agar me-nunjukkan kepada makna umum (luas). Jadi masuk di dalamnya nafkah wajib, seperti zakat, membayar kaffarat, nafkah untuk istri dan kerabat dekat, dan nafkah yang dianjurkan dalam jalan-jalan kebaikan. Nafkah dan ihsan dalam bentuk harta itu baik secara mutlak, sama saja apakah jatuh kepada orang fakir atau orang kaya, kepada kerabat dekat atau kerabat jauh. Akan tetapi pahalanya tentu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kegunaannya. Inilah perbuatan (amal) mereka.
(17) Adapun balasan untuk mereka, Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ فَلَا تَعۡلَمُ نَفۡسٞ ﴿ "Tidak satu jiwa pun mengetahui," termasuk di dalamnya seluruh jiwa manusia, karena bentuk kata (nafs) di sini "nakirah" dalam kontek negatif (nafi). Maksudnya, maka tidak seorang pun yang tahu ﴾ مَّآ أُخۡفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعۡيُنٖ ﴿ "apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu yang menyedapkan pandangan mata," berupa kebaikan yang berlimpah, kenikmatan yang tercurah, kebahagiaan, kesenangan, kelezatan dan kesukaan, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah سبحانه وتعالى melalui lisan RasulNya,
أَعْدَدْتُ لِعِبَادِيَ الصَّالِحِيْنَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ.
"Aku telah menyediakan untuk hamba-hambaKu yang shalih apa-apa yang tidak pernah dilihat mata, tidak pula didengar telinga dan tidak pula terlintas dalam hati manusia."[53]
Sebagaimana mereka shalat di keheningan malam dalam ber-doa, dan mereka menyembunyikan amal, maka Allah membalas mereka dengan balasan dari jenis amal mereka, dan Dia menyem-bunyikan pula pahala untuk mereka. Maka dari itu Dia berfirman, ﴾ جَزَآءَۢ بِمَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ﴿ "Sebagai balasan terhadap amal yang telah mereka ker-jakan."