Saba' Ayat 50
قُلْ اِنْ ضَلَلْتُ فَاِنَّمَآ اَضِلُّ عَلٰى نَفْسِيْۚ وَاِنِ اهْتَدَيْتُ فَبِمَا يُوْحِيْٓ اِلَيَّ رَبِّيْۗ اِنَّهٗ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ ( سبإ: ٥٠ )
Qul 'In Đalaltu Fa'innamā 'Ađillu `Alaá Nafsī Wa 'In Ahtadaytu Fabimā Yūĥī 'Ilayya Rabbī 'Innahu Samī`un Qarībun. (Sabaʾ 34:50)
Artinya:
Katakanlah, “Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat untuk diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk maka itu disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha-dekat.” (QS. [34] Saba' : 50)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Katakanlah, “Jika seandainya aku sesat maka sesungguhnya aku sesat untuk diriku sendiri. Kemudaratan akibat kesesatan itu pasti akan menimpaku. Dan jika aku mendapat petunjuk maka itu disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Sungguh, Dia Maha Mendengar setiap perkataan, Mahadekat dengan orang yang memanggil-Nya dan berdoa kepada-Nya.”(Lihat juga: al-Baqarah/2: 186 dan Qàf/50: 16)
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Terakhir, Allah memerintahkan Nabi saw menyampaikan kepada kaum kafir bahwa seandainya ia salah, maka kesalahan itu dari dirinya sendiri. Tetapi bila ia benar, maka kebenaran itu diperolehnya dari Allah.
Ayat ini memperlihatkan tanggung jawab yang besar dari Nabi Muhammad. Beliau bertanggung jawab atas seluruh isi dakwah yang beliau sampaikan. Bila ia salah dalam ajaran-ajaran yang disampaikannya, maka ia akan mempertanggungjawabkan sendiri kesalahan itu, tidak akan membawa-bawa umatnya. Tetapi tidak mungkin apa yang beliau sampaikan itu salah, karena semuanya dari Allah, tidak ada yang beliau tambah-tambah atau kurangi. Oleh karena itu, tanggung jawab beliau itu adalah untuk menunjukkan bahwa yang beliau sampaikan itu sangat benar. Dengan demikian, orang-orang kafir itu tidak perlu meragukannya dan seyogyanya beriman.
Bila manusia beriman, maka Allah mendengarnya. Bila mereka menyembah-Nya, Ia mengetahui dan akan menerimanya. Bila hamba-Nya berdoa, maka doanya itu akan dikabulkan-Nya. Hal itu karena Ia Maha Mendengar, Ia juga sangat dekat dengan manusia. Bagaimana dekatnya Allah dengan manusia sehingga Ia mendengar bisikan hatinya dalam bentuk iman atau kafir dan mengabulkan doa orang yang berdoa, dilukiskan ayat berikut:
Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qaf/50: 16)
Dalam ayat lain Allah berfirman:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran. (al-Baqarah/2:186)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Katakanlah, "Jika aku sesat, maka sesungguhnya aku sesat atas kemudaratan diriku sendiri. Dan jika aku mendapat petunjuk, maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. (Saba':50)
Yakni kebaikan itu semuanya dari sisi Allah melalui apa yang diturunkan oleh-Nya berupa wahyu dan kebenaran yang jelas yang di dalamnya terkandung petunjuk, penjelasan, dan bimbingan. Dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya kemudaratan kesesatannya itu hanya akan menimpa dirinya sendiri karena ulahnya sendiri.
Abdullah ibnu Mas'ud r.a. ketika ditanya tentang suatu masalah yang berkaitan dengan Mufawwidah mengatakan, "Aku akan menjawab menurut pendapatku sendiri. Jika benar, berarti dari sisi Allah. Dan jika keliru, maka dari sisiku dan dari setan, sedangkan Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari pendapatku yang keliru itu." ,
Firman Allah Swt.:
Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mahadekat. (Saba':50)
Allah Maha mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, lagi Mahadekat yang karenanya Dia memperkenankan doa orang yang memohon kepada-Nya.
Sehubungan dengan hal ini Imam Nasai telah meriwayatkan sebuah hadis dari Abu Musa r.a. yang terdapat di dalam kitab Sahihain pula, disebutkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda (kepada para sahabatnya yang berzikir terlalu keras):
Sesungguhnya kalian berseru (berdoa) bukan kepada Tuhan yang tuli dan bukan pula kepada Tuhan yang gaib, sesungguhnya kalian sedang berdoa kepada Tuhan Yang Maha Mendengar, Mahadekat, lagi Maha Memperkenankan (doa).
4 Tafsir Al-Jalalain
(Katakanlah! "Jika aku sesat) dari kebenaran (maka sesungguhnya aku sesat atas kemudaratan diriku sendiri) yakni dosa kesesatanku ditanggung oleh diriku (dan jika aku mendapat petunjuk maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Rabbku kepadaku) berupa Alquran dan Hadis Hikmah. (Sesungguhnya Dia Maha Mendengar) Maha mengabulkan doa (lagi Maha Dekat.")
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Katakanlah kepada mereka, "Jika aku menyalahi kebenaran, maka kerugian akan menimpa diriku sendiri. Jika aku mendapatkan petunjuk, hal itu karena adanya petunjuk Tuhanku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar segala ucapanku dan ucapan kalian. Dia pun Mahadekat dengan diriku dan diri kalian."
6 Tafsir as-Saadi
"Katakanlah, 'Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu satu hal saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad), tidak ada penyakit gila sedikit pun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras.' Katakanlah, 'Upah apa pun yang aku minta kepadamu, maka itu untuk kamu. Upahku hanyalah dari Allah, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.' Katakanlah, 'Sesungguhnya Rabbku mewahyukan kebe-naran. Dia Maha Mengetahui segala yang ghaib.' Katakanlah, 'Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak pula akan mengulangi.' Katakanlah, 'Jika aku sesat maka sesungguhnya aku sesat atas kemudaratan diriku sendiri; dan jika aku mendapat petunjuk, maka itu adalah disebabkan apa yang diwahyukan Rabbku kepadaku. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Mahadekat." (Saba`: 46-50).
(46) Maksudnya, ﴾ قُلۡ ﴿ "katakanlah" wahai Rasul, kepada mereka yang mendustakan lagi keras kepala yang bersikap meno-lak kebenaran dan mendustakannya serta mencela orang yang membawanya, ﴾ إِنَّمَآ أَعِظُكُم بِوَٰحِدَةٍۖ ﴿ "Sesungguhnya aku hendak memper-ingatkan kepadamu satu hal saja," maksudnya satu masalah saja yang akan aku pesankan kepada kalian dan aku nasihatkan agar kalian menjalaninya. Yaitu jalan pertengahan, aku tidak mengajak kalian untuk mengikuti perkataanku dan tidak mengajak untuk mening-galkan perkataan kalian tanpa ada sebabnya yang jelas. Yaitu ﴾ أَن تَقُومُواْ لِلَّهِ مَثۡنَىٰ وَفُرَٰدَىٰ ﴿ "supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau sendiri-sendiri," maksudnya, supaya kalian bangkit dengan semangat dan giat serta dengan tujuan mengikuti yang benar dan ikhlas kepada Allah, saling mencari dan saling merenung secara bersama-sama dan sendiri-sendiri. Masing-masing berdialog dengan jiwanya dalam hal ini. Apabila kalian telah menghadap kepada Allah berdua-dua atau sendiri-sendiri, maka kalian telah menggunakan akal pikiran kalian sendiri, kalian telah menghargai-nya dan kalian telah menghayati (merenungkan) keadaan dan kondisi Rasul kalian, apakah dia seorang gila yang memiliki sifat-sifat, perbuatan-perbuatan gila dari perkataannya atau seorang Nabi nan jujur yang memberikan peringatan kepada kalian tentang sesuatu yang membahayakan kalian berupa azab yang sangat dahsyat yang ada di hadapan kalian?
Kalau saja mereka menerima dan melaksanakan nasihat ini, tentu mereka akan mengetahui lebih jelas daripada selain mereka bahwa Rasulullah a ini bukanlah seorang gila, karena perilakunya tidak seperti perilaku orang-orang gila dalam pengamatan, per-hatian dan pandangan mereka. Malah perilakunya adalah perilaku yang terbaik, gerak-geriknya adalah gerak-gerik yang paling mulia, dan dia merupakan manusia yang paling sempurna budi pekerti dan ketenangannya, kerendahan hati dan kewibawaannya, dia tidak lain adalah lelaki yang paling matang akalnya.
Kemudian apabila mereka mengamati perkataannya yang sangat fasih dan kata-katanya yang sangat manis dan kalimat-kalimatnya yang memenuhi hati dengan rasa aman dan keimanan, menyucikan jiwa dan membersihkan hati, memotivasi untuk ber-akhlak mulia, memberikan rangsangan untuk berbudi pekerti nan luhur serta mencegah perilaku buruk (akhlak tidak terpuji) lagi rendahan. Ketika dia berbicara, niscaya perhatian mata terarah kepadanya sebagai bentuk segan dan menghormati serta memulia-kan. Lalu apakah orang yang seperti ini sama dengan ketidaksa-daran orang-orang gila, keburukan perilaku dan perkataan mereka sama dengan keadaan dan kondisi mereka?
Siapa saja yang memperhatikan kondisi dan perihal beliau, sedangkan maksudnya adalah mencari tahu, apakah dia seorang Rasul atau bukan? Apakah dia mengamati sendiri-sendiri atau bersama orang lain, maka pasti dia akan memastikan bahwa dia adalah Rasulullah sejati dan NabiNya yang sesungguhnya; apalagi orang-orang yang dijadikan lawan bicara, yang Muhammad a itu sendiri sahabat mereka, adalah orang-orang yang mengetahui keadaan dan perihalnya dari A sampai Z-nya.
(47) Di sana ada penghalang lain bagi jiwa untuk mengikuti orang yang menyeru kepada al-haq (kebenaran), yaitu kalau ia (penyeru) memungut harta orang yang diharapkan menerima seruannya, dan mengambil imbalan atas dakwahnya. Maka Allah سبحانه وتعالى menjelaskan kebersihan RasulNya dari perkara seperti ini, seraya berfirman, ﴾ قُلۡ مَا سَأَلۡتُكُم مِّنۡ أَجۡرٖ ﴿ "Katakanlah, 'Upah apa pun yang aku minta kepadamu'," maksudnya, dalam rangka kalian mengikuti kebenaran, ﴾ فَهُوَ لَكُمۡۖ ﴿ "maka itu untuk kamu." Maka aku persaksikan bahwa upah itu, kalaupun aku minta, maka itu adalah untuk kalian.
﴾ إِنۡ أَجۡرِيَ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِۖ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ شَهِيدٞ ﴿ "Upahku hanyalah dari Allah, dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." IlmuNya meliputi apa yang aku serukan. Maka kalau aku berdusta, tentu Dia akan merenggutku dengan siksaanNya. Dan Dia juga menyaksikan perbuatan kalian, Dia akan menyimpannya untuk kalian, lalu Dia akan memberikan balasannya kepada kalian.
(48) Setelah Allah menjelaskan argumen-argumen yang membuktikan kebenaran al-haq dan kepalsuan kebatilan, maka Allah سبحانه وتعالى mengabarkan bahwa yang demikian ini adalah sunnahNya dan kebiasaanNya, yaitu memenangkan yang haq atas yang batil, lalu mengenyahkannya, hingga kebatilan binasa. Sebab Allah سبحانه وتعالى menjelaskan yang haq di dalam tema ini agar Dia menggunakan-nya untuk membantah perkataan-perkataan orang-orang yang mendustakan, hingga bisa dijadikan ibrah (pelajaran) bagi orang-orang yang mengambil pelajaran dan ayat (tanda) bagi orang-orang yang merenungkan. Sesungguhnya Anda bisa melihat bagaimana perkataan-perkataan orang-orang yang mendustakan itu menjadi redup (tumbang, binasa), kedustaan dan sikap keras kepala mereka terungkap, sedangkan yang haq menjadi nampak dan berkilau, dan kebatilan menjadi batal dan padam. Semua itu disebabkan penjelasan dari ﴾ عَلَّٰمُ ٱلۡغُيُوبِ ﴿ "Dzat Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib" yang mengetahui segala sesuatu yang tersimpan di dalam hati, berupa bisikan-bisikan buruk dan syubhat; dan Mengetahui lawannya dan menolaknya dengan hujjah, lalu Dia mengajarkan kepada hamba-hambaNya dan menjelaskannya kepada mereka.
(49) Maka dari itu Dia berfirman, ﴾ قُلۡ جَآءَ ٱلۡحَقُّ ﴿ "Katakanlah, 'Kebenaran telah datang'," maksudnya, kebenaran telah jelas, nampak dan menjadi laksana matahari, dan kekuatannya sudah jelas,﴾ وَمَا يُبۡدِئُ ٱلۡبَٰطِلُ وَمَا يُعِيدُ ﴿ "dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak pula akan mengulangi," maksudnya, ia menjadi redup dan keadaannya menjadi sirna serta hilang kekuatannya, maka ia tidak akan me-mulai dan tidak pula akan mengulangi.
(50) Setelah kebenaran menjadi jelas melalui seruan yang diserukan oleh Rasul, yang mana sebelumnya orang-orang yang mendustakannya menuduhnya sesat, maka Allah memberitakan kepada mereka tentang yang haq dan menjelaskannya kepada mereka dan menyingkap ketidakberdayaan mereka untuk menen-tangnya. Dan Allah memberitakan kepada mereka bahwa tuduhan sesat yang dialamatkan kepadanya (kepada rasul. Pent.) sama se-kali tidak membahayakan yang haq itu sedikit pun dan tidak pula bisa mencegah apa yang beliau bawa. Dan sesungguhnya, kalau beliau sesat (ini tidak mungkin, ini merupakan sikap merendahkan diri dalam berdebat), maka sesungguhnya kesesatannya hanya akan menimpa dirinya sendiri. Maksudnya, kesesatannya hanya terbatas menimpa dirinya, tidak berpengaruh kepada orang lain. ﴾ وَإِنِ ٱهۡتَدَيۡتُ ﴿ "Dan jika aku mendapat petunjuk," maka hal ini bukan dari diriku, bukan karena kemampuan atau kekuatanku. Sesung-guhnya petunjukku adalah karena sesuatu ﴾ يُوحِيٓ إِلَيَّ رَبِّيٓۚ ﴿ "yang di-wahyukan Rabbku kepadaku." Dia-lah sumber hidayahku, sebagai-mana Dia pulalah sumber hidayah bagi selainku. Sesungguhnya Rabbku Maha Mendengar semua perkataan dan semua suara. Dia Mahadekat dari orang yang berdoa kepadaNya, memohon dan beribadah kepadaNya.