Fussilat Ayat 51
وَاِذَآ اَنْعَمْنَا عَلَى الْاِنْسَانِ اَعْرَضَ وَنَاٰ بِجَانِبِهٖۚ وَاِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ فَذُوْ دُعَاۤءٍ عَرِيْضٍ ( فصلت: ٥١ )
Wa 'Idhā 'An`amnā `Alaá Al-'Insāni 'A`rađa Wa Na'á Bijānibihi Wa 'Idhā Massahu Ash-Sharru Fadhū Du`ā'in `Arīđin. (Fuṣṣilat 41:51)
Artinya:
Dan apabila Kami berikan nikmat kepada manusia, dia berpaling dan menjauhkan diri (dengan sombong); tetapi apabila ditimpa malapetaka maka dia banyak berdoa. (QS. [41] Fussilat : 51)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan demikian pula halnya apabila Kami berikan nikmat dan berbagai kebajikan kepada manusia, dia berpaling dari Kami dengan mengingkari nikmat-nikmat itu dan menjauhkan diri dari ajaran-ajaran Kami dengan sombong. Akan tetapi, apabila ditimpa malapetaka sebagai peringatan atas keingkaran dan kesombongan mereka, maka dia banyak berdoa dengan doa yang panjang.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini menerangkan bahwa sifat tidak baik manusia yang lain ialah, jika mereka diberi rahmat dan karunia, mereka asyik dengan rahmat dan karunia itu, mereka terlalu senang dan bahagia sehingga mereka lupa akan sumber rahmat dan karunia itu. Bahkan kadang-kadang mereka bertindak lebih jauh dari itu. Mereka menggunakan rahmat dan karunia itu untuk menantang dan menghancurkan agama Allah: mereka membuat kerusakan di bumi, memutuskan silaturrahim dengan manusia yang lain yang diperintahkan Allah untuk menghubungkannya. Mereka merasa telah menjadi orang yang berkuasa sehingga orang lain yang berada di bawah kekuasaannya wajib hormat dan mengabdi kepadanya. Mereka telah lupa bahwa mereka adalah manusia yang harus bertindak sesuai dengan kodratnya, yaitu hanya dapat hidup dengan pertolongan manusia yang lain serta pertolongan Yang Maha Menolong yaitu Allah.
Sebaliknya, jika mereka ditimpa musibah atau malapetaka, mereka kembali mengingat Allah. Mereka berdoa kepada Allah dalam keadaan berbaring, duduk, berdiri, berjalan, dan dalam keadaan bagaimana pun. Bahkan mereka berjanji dan bersumpah dengan menyebut nama-Nya jika mereka dihindarkan dari musibah dan malapetaka itu, mereka menjadi orang-orang yang beriman. Sejalan dengan ayat ini, firman Allah:
Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia kembali (ke jalan yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang yang melampaui batas apa yang mereka kerjakan. (Yunus/10: 12)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan:
Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri. (Fushshilat: 51)
Yaitu berpaling dari ketaatan, dan sombong tidak mau menuruti perintah-perintah Allah Swt. Seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Maka dia berpaling (dari iman) bersama tentaranya. (Adz-Dzariyat: 39)
Firman Allah Swt.:
tetapi apabila ia ditimpa malapetaka, maka ia banyak berdoa. (Fushshilat: 51)
Yakni memperpanjang doanya hanya karena meminta sesuatu. Dengan kata lain, dia mengucapkan doa yang panjang, padahal makna dari doanya sedikit. Sedangkan kebalikannya ialah doa yang ringkas, tetapi padat isinya. Dalam ayat lain disebutkan oleh firman-Nya:
Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk, atau berdiri. Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu darinya, dia (kembali) melalui Galaunya yang sesat) seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. (Yunus: 12), hingga akhir ayat.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan apabila Kami berikan nikmat kepada manusia) yang dimaksud adalah jenis manusia (ia berpaling) tidak mau bersyukur (dan menjauhkan diri) yakni memutarkan badannya seraya menyombongkan diri; menurut suatu qiraat lafal Na-aa dibaca dengan didahulukan huruf Hamzahnya (tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa) banyak permintaannya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Orang seperti itu tidak mau bersyukur saat diberi kesenangan, bahkan malah menjauhi agama Kami. Sebaliknya, apabila ditimpa musibah, ia akan banyak berdoa.
6 Tafsir as-Saadi
"Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka, maka dia menjadi putus asa lagi putus ha-rapan. Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, 'Ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa Hari Kiamat itu akan datang. Dan jika aku dikembalikan kepada Rabbku, maka sesung-guhnya aku akan memperoleh kebaikan di sisiNya.' Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras. Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia di-timpa malapetaka, maka ia banyak berdoa." (Fushshilat: 49-51).
(49) Ini adalah informasi tentang tabiat manusia sebagai-mana adanya, tidak mempunyai kesabaran dan ketangguhan da-lam melakukan kebaikan maupun mencegah diri dari keburukan kecuali orang dipindahkan oleh Allah dari kondisi ini ke tingkat kesempurnaan, seraya berfirman, ﴾ لَّا يَسۡـَٔمُ ٱلۡإِنسَٰنُ مِن دُعَآءِ ٱلۡخَيۡرِ ﴿ "Manusia tidak jemu memohon kebaikan," maksudnya, manusia tidak bosan berdoa kepada Allah untuk meminta kekayaan, harta, anak, dan berbagai tuntutan duniawi lainnya, dan ia terus melakukan itu, ia tidak pernah merasa puas dengan yang sedikit maupun dengan yang banyak darinya. Sekalipun ia telah memperoleh kekayaan dunia secukupnya, ia akan terus mencari untuk menambah.
﴾ وَإِن مَّسَّهُ ٱلشَّرُّ ﴿ "Dan jika mereka ditimpa malapetaka," maksud-nya, sesuatu yang tidak disukai, seperti penyakit, kefakiran dan berbagai cobaan lainnya, ﴾ فَيَـُٔوسٞ قَنُوطٞ ﴿ "maka dia menjadi putus asa lagi putus harapan." Maksudnya, ia berputus asa dari rahmat Allah سبحانه وتعالى, dan ia mengira bahwa cobaan itulah yang menentukan kebina-saannya, dan ia merasa terganggu dengan datangnya berbagai sebab yang tidak seperti apa yang ia suka dan ia cari.
Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih. Orang-orang yang beriman apabila dikaruniai kebaikan, kenikmatan dan apa-apa yang disukai maka mereka bersyukur kepada Allah سبحانه وتعالى, dan mereka khawatir kalau karunia-karunia Allah itu menjadi istidraj dan imhal (baca: azab yang ditimpakan secara perlahan. Pent). Dan jika mereka ditimpa suatu musibah pada diri, harta benda, atau pada anak-anak mereka, maka mereka sabar dan berharap akan karunia Rabbnya; mereka tidak berputus asa.
(50) Kemudian Allah berfirman, ﴾ وَلَئِنۡ أَذَقۡنَٰهُ ﴿ "Dan jika Kami merasakan kepadanya," maksudnya, kepada manusia yang tidak pernah bosan memohon kebaikan tersebut, dan apabila ia ditimpa keburukan lalu berputus asa, ﴾ رَحۡمَةٗ مِّنَّا ﴿ "sesuatu rahmat dari Kami," yakni, setelah keburukan yang menimpanya itu, yaitu dengan disembuhkan dari sakitnya, atau Allah berikan kekayaan padanya dari kefakirannya, maka ia tidak bersyukur kepada Allah سبحانه وتعالى. Ia congkak dan semena-mena dan berkata, ﴾ هَٰذَا لِي ﴿ "Ini adalah hakku." Artinya, ia datang kepadaku karena aku memang pantas dan ber-hak mendapatkannya, ﴾ وَمَآ أَظُنُّ ٱلسَّاعَةَ قَآئِمَةٗ ﴿ "dan aku tidak yakin bahwa Hari Kiamat itu akan datang." Ini adalah sikap ingkarnya terhadap kebangkitan dan sikap kufurnya terhadap nikmat dan rahmat yang Allah berikan kepadanya untuk ia nikmati. ﴾ وَلَئِن رُّجِعۡتُ إِلَىٰ رَبِّيٓ إِنَّ لِي عِندَهُۥ لَلۡحُسۡنَىٰۚ ﴿ "Dan jika aku dikembalikan kepada Rabbku, maka sesungguhnya aku akan memperoleh kebaikan di sisiNya." Maksudnya, andai pun kiamat itu pasti dan aku akan dikembalikan kepada Allah, maka aku pasti memperoleh yang terbaik di sisiNya. Sebagaimana kenik-matan telah aku raih di dunia, maka sedemikian pula akan aku peroleh di akhirat nanti!
Ini benar-benar merupakan kelancangan dan perkataan ter-hadap Allah tanpa dasar ilmu. Maka dari itu Allah mengancamnya dengan FirmanNya, ﴾ فَلَنُنَبِّئَنَّ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِمَا عَمِلُواْ وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنۡ عَذَابٍ غَلِيظٖ ﴿ "Maka Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab yang keras," yakni, yang sangat dahsyat sekali.
(51) ﴾ وَإِذَآ أَنۡعَمۡنَا عَلَى ٱلۡإِنسَٰنِ ﴿ "Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia," berupa kesehatan, rizki, atau lainnya ﴾ أَعۡرَضَ ﴿ "ia berpaling" dari Rabbnya dan dari mensyukuriNya, ﴾ وَنَـَٔا ﴿ "dan men-jauhkan diri," maksudnya, menghindarkan diri ﴾ بِجَانِبِهِۦ ﴿ "di samping-Nya," dengan sikap takjub dan sombong. ﴾ وَإِذَا مَسَّهُ ٱلشَّرُّ ﴿ "Tetapi apabila ia ditimpa malapetaka," maksudnya, penyakit, kefakiran atau lainnya, ﴾ فَذُو دُعَآءٍ ﴿ "maka ia banyak berdoa," sangat sering sekali berdoa karena tidak mempunyai kesabaran.
Tidak ada kesabaran saat ditimpa kesusahan dan tidak ada syukur saat mendapat kelapangan, kecuali orang yang diberi hida-yah oleh Allah dan diberi karuniaNya.