Al-Ma'idah Ayat 102
قَدْ سَاَلَهَا قَوْمٌ مِّنْ قَبْلِكُمْ ثُمَّ اَصْبَحُوْا بِهَا كٰفِرِيْنَ ( المائدة: ١٠٢ )
Qad Sa'alahā Qawmun Min Qablikum Thumma 'Aşbaĥū Bihā Kāfirīna. (al-Māʾidah 5:102)
Artinya:
Sesungguhnya sebelum kamu telah ada segolongan manusia yang menanyakan hal-hal serupa itu (kepada nabi mereka), kemudian mereka menjadi kafir. (QS. [5] Al-Ma'idah : 102)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Wahai orang-orang beriman, sesungguhnya suatu kaum sebelum kamu, yaitu kaum Yahudi umat Nabi Musa, sungguh telah memohon kepada Nabi Musa agar bisa melihat Allah dengan nyata, tetapi setelah permohonan itu dipenuhi, mereka tidak sanggup melihat-Nya dan pingsan. Kemudian mereka menjadi kafir setelah Allah memberikan bukti bahwa mereka tidak akan pernah sanggup melihat Allah.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini mengingatkan kaum Muslimin, bahwa banyak bertanya mengenai masalah-masalah hukum agama seperti yang mereka lakukan itu, telah pernah terjadi pada bangsa-bangsa terdahulu, akan tetapi setelah mereka diberi jawaban dan penjelasan, mereka tidak mau melaksanakannya, bahkan mereka membelakanginya, karena mereka anggap terlalu berat. Kemudian mereka mengingkari hukum-hukum tersebut, atau mereka mengatakan bahwa hukum-hukum tersebut tidak datang dari Allah. Bagaimana pun juga, semuanya adalah merupakan kekafiran, yang patut dikenakan azab, baik di dunia maupun di akhrat.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Yakni masalah-masalah yang dilarang itu pernah ditanyakan oleh segolongan kaum dari kalangan orang-orang sebelum kalian, lalu pertanyaan mereka dijawab, tetapi mereka tidak mempercayainya, karena itu mereka menjadi kafir, yakni ingkar kepadanya. Dengan kata lain, dijelaskan kepada mereka apa yang mereka pertanyakan, tetapi pada akhirnya mereka tidak mengambil manfaat dari jawaban itu, karena pertanyaan yang mereka ajukan bukan untuk meminta petunjuk, melainkan pertanyaan yang mengandung ejekan dan keingkaran mereka.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa Rasulullah Saw. menyerukan kepada orang-orang pengumuman berikut. Untuk itu beliau bersabda:
Hai kaum, telah diwajibkan atas kalian ibadah haji. Lalu ada seseorang lelaki dari kalangan Bani Asad berkata, "Wahai Rasulullah, apakah untuk setiap tahun?" Mendengar pertanyaan itu Rasulullah Saw. sangat marah, lalu beliau bersabda: Demi Tuhan Yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaannya, seandainya kukatakan ya, niscaya diwajibkan, dan seandainya diwajibkan, niscaya kalian tidak akan mampu, dan kalau demikian kalian menjadi kafir. Maka biarkanlah aku dengan apa yang aku tinggalkan untuk kalian, apabila aku memerintahkan kalian untuk melakukan sesuatu, maka kerjakanlah. Dan apabila aku larang kalian dari sesuatu, maka berhentilah kalian dari (melakukan)nya.
Lalu turunlah ayat ini.
Allah melarang mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan semisal dengan apa yang pernah diminta oleh orang-orang Nasrani (kepada nabi mereka), yaitu mengenai Maidah (hidangan dari langit), kemudian pada akhirnya mereka ingkar kepadanya (yakni tidak mensyukurinya). Maka Allah melarang hal tersebut dan berfirman, "Janganlah kalian menanyakan (kepada nabi kalian) hal-hal yang jika diturunkan wahyu Al-Qur'an mengenainya akhirnya memberatkan kalian dan kalian akan menjadi susah karenanya. Tetapi sebaiknya kalian sabar menunggu, karena apabila diturunkan lagi wahyu Al-Qur’an, niscaya akan dijelaskan kepada kalian semua hal yang masih dipertanyakan kalian itu." Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan (kepada nabi kalian) hal-hal yang jika diterangkan kepada kalian niscaya menyusahkan kalian, dan jika kalian menanyakannya di waktu Al-Qur'an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepada kalian. (Al Maidah:101) Ibnu Abbas mengatakan bahwa ketika ayat mengenai ibadah haji diturunkan, Nabi Saw. mempermaklumatkan kepada orang-orang melalui sabdanya:
Hai manusia, sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kalian melakukan ibadah haji. Maka berhajilah kalian! Lalu mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah hanya sekali ataukah setiap tahun?" Rasulullah Saw. menjawab melalui sabdanya: Tidak, tetapi hanya sekali. Seandainya kukatakan setiap tahun, niscaya diwajibkan, dan seandainya diwajibkan, niscaya kalian mengingkarinya. Kemudian Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menanyakan (kepada nabi kalian) banyak hal. (Al Maidah:101) sampai dengan firman-Nya: Kemudian mereka tidak percaya kepadanya. (Al Maidah:102)
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir.
Khasif telah meriwayatkan dari Mujahid dan Ibnu Abbas mengenai firman Allah Swt. yang mengatakan: Janganlah kalian menanyakan (kepada nabi kalian) banyak hal (Al Maidah:101) Bahwa yang dimaksud ialah mengenai bahirah, wasilah, saibah, dan ham. Ibnu Abbas mengatakan, "Tidakkah kamu melihat bahwa sesudahnya Allah berfirman: Allah sekali-kali tidak pernah mensyariatkan adanya bahirah '(Al Maidah:103)." dan tidak disebutkan hal-hal lainnya.
Menurut Ikrimah, sesungguhnya mereka pada mulanya menanyakan tentang berbagai ayat, lalu mereka dilarang mengajukannya, dan disebutkan oleh firman-Nya:
Sesungguhnya telah ada segolongan manusia sebelum kalian menanyakan hal-hal yang serupa itu (kepada nabi mereka), kemudian mereka tidak percaya kepadanya.
Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir. Yang dimaksud dengan "ayat-ayat" oleh Ikrimah ialah mukjizat-mukjizat, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy yang meminta" kepada Nabi Saw. agar beliau mengalirkan sungai-sungai buat mereka dan menjadikan Bukit Safa sebagai emas (mengubahnya menjadi emas) buat mereka, dan permintaan lainnya. Seperti yang pernah diminta oleh orang-orang Yahudi agar diturunkan kepada mereka sebuah kitab dari langit, padahal Allah Swt. telah berfirman:
Dan sekali-kali tidak ada yang menghalang-halangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Samud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. Dan Kami tidak memberi tanda-tanda itu melainkan untuk menakuti. (Al Israa':59)
Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan segala kesungguhan, bahwa sungguh jika datang kepada mereka sesuatu mukjizat, pastilah mereka beriman kepada-Nya. Katakanlah, "Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu hanya berada di sisi Allah.”Dan apakah yang memberitahukan kepadamu bahwa apabila mukjizat datang mereka tidak akan beriman. Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (Al-Qur'an) pada permulaannya, dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya yang sangat. Kalau sekiranya Kami turunkan malaikat kepada mereka, dan orang-orang yang telah mati berbicara dengan mereka dan Kami kumpulkan (pula) segala sesuatu ke hadapan mereka, niscaya mereka tidak akan beriman, kecuali jika Allah menghendaki, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Al An'am:109-111)
4 Tafsir Al-Jalalain
(Sesungguhnya telah menanyakan hal itu) artinya hal-hal serupa itu (suatu kaum sebelum kamu) kepada nabi-nabi mereka, maka mereka diberi penjelasan tentang hukum-hukumnya (kemudian jadilah mereka) mereka menjadi (tidak percaya kepadanya) karena mereka tidak mengamalkannya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Telah ada segolongan orang sebelum kalian yang menanyakan masalah-masalah yang rumit seperti ini. Kemudian, setelah mereka dibebankan berbagai kewajiban itu melalui para nabi, mereka merasa berat melaksanakannya. Mereka pun berpaling darinya dan menjadi ingkar. Allah melarang kalian seperti itu, karena Dia menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan, di samping karena Dia hanya membebankan manusia sesuai kemampuannya.
6 Tafsir as-Saadi
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanya-kan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu al-Qur`an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepa-damu. Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. Sungguh telah ada segolongan manusia sebelum kamu menanyakan hal-hal yang serupa itu (ke-pada Nabi mereka), kemudian mereka tidak percaya kepadanya." (Al-Ma`idah: 101-102).
(101) Allah melarang hamba-hambaNya yang beriman bertanya tentang perkara-perkara yang jika dijelaskan justru membawa keburukan dan kesedihan bagi mereka. Hal itu seperti pertanyaan sebagian kaum Muslimin kepada Rasulullah ﷺ tentang bapak-bapak mereka dan tentang keadaan mereka di surga atau di neraka.[59] Hal seperti ini seandainya dijelaskan kepada penanya tidak akan mendatangkan kebaikan. Juga seperti pertanyaan tentang perkara-perkara yang tidak terjadi, dan pertanyaan yang berakibat diturunkannya hukum-hukum yang berat dalam syariat yang menyusahkan umat. Juga seperti pertanyaan tentang sesuatu yang tidak berguna. Pertanyaan-pertanyaan ini dan yang semacamnya adalah dilarang. Adapun pertanyaan yang tidak berakibat apa pun dari yang telah disebutkan, maka ia diperintahkan. Sebagaimana Firman Allah,
﴾ فَسۡـَٔلُوٓاْ أَهۡلَ ٱلذِّكۡرِ إِن كُنتُمۡ لَا تَعۡلَمُونَ 7 ﴿
"Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui." (Al-Anbiya`: 7).
﴾ وَإِن تَسۡـَٔلُواْ عَنۡهَا حِينَ يُنَزَّلُ ٱلۡقُرۡءَانُ تُبۡدَ لَكُمۡ ﴿ "Dan jika kamu menanyakan di waktu al-Qur`an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepa-damu." Maksudnya, jika pertanyaanmu itu pas pada momennya, ketika al-Qur`an diturunkan kepadamu, dan kamu bertanya tentang ayat yang musykil atau hukum yang samar bagimu pada waktu di mana turunnya wahyu dari langit adalah sesuatu yang memungkinkan, ﴾ تُبۡدَ لَكُمۡ ﴿ "niscaya akan diterangkan kepadamu"; dije-laskan dan dipaparkan kepadamu. Maka diamlah terhadap masalah yang Allah diam padanya.
﴾ عَفَا ٱللَّهُ عَنۡهَاۗ ﴿ "Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu." Mak-sudnya, Allah diam karena memberi maaf kepada hamba-hamba-Nya, jadi semua yang Allah diamkan adalah termasuk yang Dia bolehkan dan maafkan.
﴾ وَٱللَّهُ غَفُورٌ حَلِيمٞ ﴿ "Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyan-tun," selalu memberi ampunan, dikenal dengan kebaikan dan ke-bijaksanaanNya. Carilah ampunan dan kebaikanNya. Mohonlah rahmat dan ridhaNya.
(102) Pertanyaan-pertanyaan ini di mana kamu dilarang darinya, ﴾ قَدۡ سَأَلَهَا قَوۡمٞ مِّن قَبۡلِكُمۡ ﴿ "sungguh telah ada segolongan manusia sebelum kamu yang menanyakan hal-hal serupa itu." Artinya, perta-nyaan yang mirip dan sejenis dengannya dengan pertanyaan yang didasari oleh pembangkangan bukan oleh sikap meminta petunjuk, manakala ia dijelaskan kepada mereka dan hadir kepada mereka, ﴾ أَصۡبَحُواْ بِهَا كَٰفِرِينَ ﴿ "mereka tidak percaya kepadanya," sebagaimana sabda Nabi dalam hadits yang shahih,
مَا نَهَيْتُكُمْ عَنْهُ فَاجْتَنِبُوْهُ وَمَا أَمَرْتُكُمْ بِهِ فَافْعَلُوْا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلَافُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ.
"Apa yang aku larang bagimu, maka jauhilah, apa yang aku perin-tahkan, maka lakukanlah semampumu, karena yang mencelakakan orang-orang sebelummu adalah banyaknya pertanyaan dan penyelisihan mereka terhadap nabi-nabi mereka."[60]