Az-Zariyat Ayat 37
وَتَرَكْنَا فِيْهَآ اٰيَةً لِّلَّذِيْنَ يَخَافُوْنَ الْعَذَابَ الْاَلِيْمَۗ ( الذاريات: ٣٧ )
Wa Taraknā Fīhā 'Āyatan Lilladhīna Yakhāfūna Al-`Adhāba Al-'Alīma. (aḏ-Ḏāriyāt 51:37)
Artinya:
Dan Kami tinggalkan padanya (negeri itu) suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada azab yang pedih. (QS. [51] Az-Zariyat : 37)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Kami turunkan azab sebagai peringatan bagi mereka yang ingkar, dan Kami telah tinggalkan pula padanya, yaitu negeri Nabi Lut, suatu tanda yang sangat jelas tentang kebesaran dan kekuasaan Kami. Kami menjadikannya pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada azab yang pedih.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pada ayat ini Allah swt menerangkan, bahwa peristiwa penghancuran kaum Lut hendaknya dijadikan peringatan bagi orangorang yang takut kepada Allah, dan bekas-bekas peristiwa itu dapat dilihat tanda-tandanya yaitu tumpukan batu-batu tempat diturunkan azab yang telah amblas (masuk ke dalam bumi) dan berbentuk sebuah danau yaitu danau Tabariyah (laut mati). Ayat ini mengandung isyarat, bahwa jika pada sebuah kota terdapat unsur kekafiran dan kefasikan yang sudah merajalela, maka jumlah orang Mukmin yang sedikit tidak dapat menghalang-halangi datangnya azab, dan bila mayoritas penduduknya terdiri dari umat yang saleh, maka mereka dapat terpelihara dari azab, walaupun terdapat di dalamnya beberapa orang yang durhaka kepada Tuhan.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih. (Adz-Dzariyat: 37)
Yakni Kami jadikan negeri itu sebagai pelajaran bagi yang lainnya tentang azab, pembalasan, dan batu dari tanah yang keras yang Kami timpakan kepada mereka; dan Kami jadikan bekas tempat mereka danau yang airnya berbau busuk lagi kotor. Hal ini akan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman.
bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih. (Adz-Dzariyat: 37)
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan Kami tinggalkan pada negeri itu) sesudah semua orang-orang kafir dibinasakan (suatu tanda) yakni tanda yang menunjukkan bahwa mereka telah dibinasakan (bagi orang-orang yang takut kepada siksa yang pedih) hingga hal itu dijadikan sebagai peringatan buat mereka, supaya mereka tidak melakukan perbuatan yang sama.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Kami tinggalkan di negeri itu tanda kehancuran penduduknya agar orang-orang yang takut akan siksa pedih dapat menjadikannya pelajaran.
6 Tafsir as-Saadi
"Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad) cerita tentang tamu Ibrahim (yakni malaikat-malaikat) yang dimuliakan. (Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan, 'Salaman,' Ibrahim menjawab, 'Salamun' (kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal. Maka dia pergi dengan diam-diam me-nemui keluarganya, kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar), lalu dihidangkannya kepada mereka. Ibrahim ber-kata, 'Silahkan kamu makan.' (Tetapi mereka tidak mau makan) karena itu Ibrahim merasa takut kepada mereka. Mereka berkata, 'Janganlah kamu takut,' dan mereka memberi kabar gembira kepa-danya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (Ishak). Kemu-dian istrinya datang memekik (tercengang) lalu menepuk mukanya sendiri seraya berkata, '(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul.' Mereka berkata, 'Demikianlah Rabbmu menfirmankan.' Sesungguhnya Dia-lah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengeta-hui. Ibrahim bertanya, 'Apakah urusanmu hai para utusan.' Mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa (kaum Luth), agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah (yang keras), yang ditandai di sisi Rabbmu untuk (membina-sakan) orang-orang yang melampaui batas.' Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri. Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut pada siksa yang pedih'." (Adz-Dzariyat: 24-37).
(24) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ هَلۡ أَتَىٰكَ ﴿ "Sudahkah sampai kepadamu (Muhammad)," artinya, bukankah telah datang kepadamu ﴾ حَدِيثُ ضَيۡفِ إِبۡرَٰهِيمَ ٱلۡمُكۡرَمِينَ ﴿ "cerita tentang tamu Ibrahim (yakni malaikat-malaikat) yang dimuliakan," cerita mereka itu aneh dan ajaib, mereka adalah para malaikat yang diutus Allah سبحانه وتعالى untuk membinasakan kaum Nabi Luth عليه السلام, mereka diperintahkan untuk menemui Ibrahim dalam wujud para tamu.
(25) ﴾ إِذۡ دَخَلُواْ عَلَيۡهِ فَقَالُواْ سَلَٰمٗاۖ قَالَ ﴿ "(Ingatlah) ketika mereka masuk ke tempatnya lalu mengucapkan, 'Salaman,' Ibrahim menjawab" mereka, ﴾ سَلَٰمٞ ﴿ "Salamun," atas kalian. ﴾ قَوۡمٞ مُّنكَرُونَ ﴿ "(Kamu) adalah orang-orang yang tidak dikenal." Artinya, kalian adalah orang-orang yang tidak di-kenal, aku ingin kalian mengenalkan diri kalian kepadaku. Ibrahim belum mengenalnya kecuali setelah itu.
(26) Karena itu, Ibrahim pergi diam-diam ﴾ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِۦ ﴿ "mene-mui keluarganya," yakni menyelinap pergi dengan segera secara diam-diam menemui keluarganya agar menghidangkan jamuan tamu ﴾ فَجَآءَ بِعِجۡلٖ سَمِينٖ ﴿ "kemudian dibawanya daging anak sapi gemuk (yang dibakar)."
(27) ﴾ فَقَرَّبَهُۥٓ إِلَيۡهِمۡ ﴿ "Lalu dihidangkannya kepada mereka," yakni, Nabi Ibrahim عليه السلام menawarkan mereka supaya makan, ﴾ قَالَ أَلَا تَأۡكُلُونَ ﴿ "Ibrahim berkata, 'Silahkan kamu makan'."
(28) ﴾ فَأَوۡجَسَ مِنۡهُمۡ خِيفَةٗۖ ﴿ "(Tetapi mereka tidak mau makan) karena itu Ibrahim merasa takut kepada mereka." Ketika tangan mereka tidak dapat mencapai jamuan makanan, ﴾ قَالُواْ لَا تَخَفۡۖ ﴿ "mereka berkata, 'Ja-nganlah kamu takut'." Para malaikat itu memberitahukan maksud kedatangannya, ﴾ وَبَشَّرُوهُ بِغُلَٰمٍ عَلِيمٖ ﴿ "dan mereka memberi kabar gembira kepadanya dengan (kelahiran) seorang anak yang alim (berilmu)," yaitu Ishak عليه السلام.
(29) Ketika istrinya mendengar berita gembira itu, ﴾ أَقْبَلَتْ﴿ "Ia datang," dengan penuh gembira, sambil ﴾ فِي صَرَّةٖ ﴿ "memekik," yakni, berteriak keras, ﴾ فَصَكَّتۡ وَجۡهَهَا ﴿ "lalu menepuk mukanya sendiri." Ini merupakan kebiasaan yang lazim dilakukan kaum wanita ketika merasa bahagia atau lainnya, baik berupa perkataan, maupun tin-dakan yang berbeda-beda berdasarkan watak dan adat, ﴾ وَقَالَتۡ عَجُوزٌ عَقِيمٞ ﴿ "seraya berkata, '(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul'." Artinya, bagaimana aku bisa akan punya anak sedangkan aku sudah tua, aku sudah berusia lanjut di mana wanita tidak bisa me-lahirkan dalam usia ini, di samping itu aku juga mandul, rahimku sama sekali tidak bisa dipakai untuk melahirkan. Ini adalah dua penghalang di mana masing-masing dari keduanya menghalangi seseorang untuk punya anak. Istri Ibrahim عليه السلام menyebutkan peng-halang ketiga sebagaimana yang disebutkan dalam surat Hud,
﴾ وَهَٰذَا بَعۡلِي شَيۡخًاۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَيۡءٌ عَجِيبٞ 72 ﴿
"Dan ini suamiku dalam keadaan yang sudah tua pula. Sesungguh-nya ini benar-benar suatu yang sangat aneh." (Hud: 72).
(30) ﴾ قَالُواْ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِۖ ﴿ "Mereka berkata, 'Demikianlah Rabbmu menfirmankan'." Artinya, Allah سبحانه وتعالى lah yang menentukan hal itu dan pasti akan mewujudkannya, tidak ada takdir Allah سبحانه وتعالى yang aneh. ﴾ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡحَكِيمُ ٱلۡعَلِيمُ ﴿ "Sesungguhnya Dia-lah Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui." Allah yang meletakkan segala sesuatu di tem-patnya masing-masing, ilmuNya meliputi segala sesuatu, karena itu terimalah kebijaksanaanNya dan bersyukurlah atas nikmatNya.
(31) ﴾ قَالَ فَمَا خَطۡبُكُمۡ أَيُّهَا ٱلۡمُرۡسَلُونَ ﴿ "Ibrahim bertanya, 'Apakah urusan-mu hai para utusan'." Yakni Nabi Ibrahim bertanya kepada mereka, "Apa keperluan kalian wahai para utusan, dan apa yang kalian inginkan?" Karena Nabi Ibrahim merasa bahwa para tamunya itu adalah utusan yang diutus oleh Allah سبحانه وتعالى untuk suatu keperluan penting.
(32) ﴾ قَالُوٓاْ إِنَّآ أُرۡسِلۡنَآ إِلَىٰ قَوۡمٖ مُّجۡرِمِينَ ﴿ "Mereka menjawab, 'Sesungguhnya kami diutus kepada kaum yang berdosa'," yakni, kaum Nabi Luth, me-reka berbuat dosa dengan menyekutukan Allah سبحانه وتعالى, mendustakan rasul mereka, melakukan perbuatan keji yang belum pernah dila-kukan seorang pun dari seluruh alam.
(33-34) ﴾ لِنُرۡسِلَ عَلَيۡهِمۡ حِجَارَةٗ مِّن طِينٖ 33 مُّسَوَّمَةً عِندَ رَبِّكَ لِلۡمُسۡرِفِينَ 34 ﴿ "Agar kami timpakan kepada mereka batu-batu dari tanah (yang keras), yang ditandai di sisi Rabbmu untuk (membinasakan) orang-orang yang melampaui batas," yakni, masing-masing batu diberi tanda berupa nama orang yang ditimpakan padanya, karena mereka telah berlebih-lebihan dan melampaui batas, kemudian Ibrahim mendebat tamunya ten-tang kaum Nabi Luth عليه السلام agar Allah سبحانه وتعالى menolak azab dari mereka, dikatakan kepadanya,
﴾ يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُ أَعۡرِضۡ عَنۡ هَٰذَآۖ إِنَّهُۥ قَدۡ جَآءَ أَمۡرُ رَبِّكَۖ وَإِنَّهُمۡ ءَاتِيهِمۡ عَذَابٌ غَيۡرُ مَرۡدُودٖ 76 ﴿
"Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini, sesungguhnya telah datang ketetapan Rabbmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak." (Hud: 76).
(35-36) ﴾ فَأَخۡرَجۡنَا مَن كَانَ فِيهَا مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ 35 فَمَا وَجَدۡنَا فِيهَا غَيۡرَ بَيۡتٖ مِّنَ ٱلۡمُسۡلِمِينَ 36 ﴿ "Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri," yakni rumah keluarga Nabi Luth عليه السلام kecuali istrinya karena termasuk orang-orang yang akan dibinasakan.
(37) ﴾ وَتَرَكۡنَا فِيهَآ ءَايَةٗ لِّلَّذِينَ يَخَافُونَ ٱلۡعَذَابَ ٱلۡأَلِيمَ ﴿ "Dan Kami tinggalkan pada negeri itu suatu tanda bagi orang-orang yang takut pada siksa yang pedih," agar mereka dapat mengambil pelajaran dan mengetahui bahwa siksaan Allah سبحانه وتعالى, sangat dahsyat dan sesungguhnya semua rasul-Nya adalah orang-orang yang benar lagi dibenarkan.
PASAL
Di dalam kisah ini terdapat beberapa hikmah dan hukum: Pertama, di antara hikmah kisah yang dituturkan Allah سبحانه وتعالى kepada para hambaNya tentang orang-orang baik dan orang-orang keji, adalah agar para hamba bisa mengambil pelajaran dari mereka dan sampai di manakah kondisi mereka.
Kedua, keutamaan Nabi Ibrahim عليه السلام, kekasih Allah سبحانه وتعالى, di mana Allah سبحانه وتعالى memulai kisah kaum Nabi Luth عليه السلام dengan kisah Nabi Ibrahim عليه السلام, yang menunjukkan perhatian Allah سبحانه وتعالى terhadap kondisinya.
Ketiga, anjuran menjamu tamu. Menjamu tamu termasuk salah satu sunnah Nabi Ibrahim عليه السلام, kekasih Allah سبحانه وتعالى, di mana Allah سبحانه وتعالى memerintahkan Nabi Muhammad a dan umatnya untuk mengikuti Agama Ibrahim عليه السلام. Kisah yang disebutkan Allah سبحانه وتعالى dalam topik ini adalah sebagai pujian dan sanjungan untuk Nabi Ibrahim عليه السلام.
Keempat, tamu harus dihormati dengan berbagai macam penghormatan, baik dengan perkataan maupun perbuatan, sebab Allah سبحانه وتعالى menggambarkan tamu-tamu Ibrahim عليه السلام sebagai orang-orang yang dimuliakan. Artinya, mereka dimuliakan oleh Ibrahim عليه السلام. Allah سبحانه وتعالى menggambarkan bagaimana jamuan yang dilakukan Nabi Ibrahim عليه السلام, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Dan para tamu Nabi Ibrahim عليه السلام juga dimuliakan di sisi Allah سبحانه وتعالى.
Kelima, rumah Nabi Ibrahim عليه السلام menjadi tempat persing-gahan tamu yang datang di malam hari, sebab para tamu Ibrahim عليه السلام itu langsung masuk tanpa izin, namun menempuh cara beradab dengan memulai salam, kemudian Nabi Ibrahim عليه السلام membalas salam mereka secara lengkap dan sempurna. Balasan salam yang disebutkan Ibrahim berbentuk jumlah ismiyyah yang menunjukkan keteguhan dan ketetapan.
Keenam, anjuran untuk mengenal orang yang datang atau ketika terjadi semacam interaksi dengan seseorang, karena hal itu memiliki banyak manfaat.
Ketujuh, sopan santun Nabi Ibrahim عليه السلام dan kelembutannya ketika berbicara, karena beliau berkata, "Kaum yang tidak dikenal," tidak berkata, "Aku tidak mengenal kalian," terdapat perbedaan jelas antara kedua kata tersebut.
Kedelapan, bersegera dalam menjamu tamu, sebab kebaikan yang paling utama adalah yang segera. Karena itulah Ibrahim عليه السلام segera menghidangkan jamuan makanan untuk para tamunya.
Kesembilan, hewan sembelihan yang sudah ada yang telah disiapkan untuk selain tamu sebelum tamu datang lalu disuguh-kan untuk tamu bukan suatu penghinaan sama sekali, namun hal itu sebagai salah satu bentuk memuliakan tamu sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim عليه السلام. Allah سبحانه وتعالى sendiri memberitahukan bahwa para tamunya adalah terhormat.
Kesepuluh, Ibrahim adalah orang yang menjamu tamunya meski dia adalah kekasih Allah Yang Maha Pengasih dan pemim-pin para orang yang menjamu tamu.
Kesebelas, Ibrahim menyuguhkan makanan di tempat yang dekat dengan para tamu, tidak diletakkan di tempat yang agak jauh dengan mengatakan, "Silahkan," atau "Datangilah," karena hal itu lebih mudah dan lebih baik.
Kedua belas, melayani tamu dengan perkataan yang lembut khususnya ketika menghidangkan makanan, seperti yang dilaku-kan Ibrahim عليه السلام yang menyuguhkan makanan dengan tutur kata yang lembut, "Apakah kalian tidak makan?" Bukan dengan tutur kata, "Makanlah," dan tutur kata lain yang lebih baik lagi, boleh meng-gunakan etika menawarkan makanan untuk tamu dengan kata, "Apakah kalian tidak makan?" "Apakah kalian tidak mempersilah-kan diri kalian?" "Kami mendapatkan kemuliaan dan kalian berbuat baik terhadap kami…" atau kata-kata yang lain.
Ketiga belas, orang yang merasa takut pada seseorang karena adanya suatu sebab, maka yang ditakuti itu harus menghilangkan perasaan takutnya dengan menyebutkan sesuatu yang bisa mem-berinya rasa aman dari rasa takut dan menentramkan kegelisahan-nya, sebagaimana yang dikatakan oleh para malaikat itu kepada Nabi Ibrahim ketika Nabi Ibrahim takut terhadap mereka, "Jangan takut," kemudian mereka memberitahukan kabar gembira yang menyenangkan setelah sebelumnya Nabi Ibrahim ketakutan.
Keempat belas, Sarah, istri Nabi Ibrahim عليه السلام, begitu gembira sehingga terjadilah apa yang terjadi, dengan memukul-mukul mukanya serta tingkah lakunya yang tidak seperti biasa.
Kelima belas, kemuliaan yang diberikan Allah سبحانه وتعالى kepada Nabi Ibrahim عليه السلام dan istri beliau berupa berita gembira akan lahir-nya seorang putra yang alim.