At-Tagabun Ayat 13
اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۗ وَعَلَى اللّٰهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُوْنَ ( التغابن: ١٣ )
Allāhu Lā 'Ilāha 'Illā Huwa Wa `Alaá Allāhi Falyatawakkali Al-Mu'uminūna. (at-Taghābun 64:13)
Artinya:
(Dialah) Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakal kepada Allah. (QS. [64] At-Tagabun : 13)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Yaitu ajaran bahwa sesungguhnya Dialah Allah, tidak ada tuhan selain Dia yang menciptakan makhluk dan mengaturnya. Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakal kepada Allah dalam segala keadaan.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Allah menjelaskan bahwa Dialah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia. Maka hendaklah kita semua mengesakan-Nya, berbakti kepada-Nya dengan ikhlas, dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
(Dialah) Tuhan timur dan barat, tidak ada tuhan selain Dia, maka jadikanlah Dia sebagai pelindung. (al-Muzzammil/73: 9)
Dan dijelaskan pula dalam ayat lain:
Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. (an-Nisa'/4: 36)
Karena Allah adalah Maha Pencipta dan Maha Pemberi rezeki. Kepada Allah-lah orang-orang mukmin itu hendaknya bertawakal. Firman Allah:
Dan bertawakallah kamu hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang beriman. (al-Ma'idah/5: 23)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Kemudian Allah Swt. memberitakan bahwa Dia adalah Maha Esa, bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
(Dialah) Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakal kepada Allah saja. (At-Taghabun: 13)
Bagian pertama dari ayat ini merupakan kalimat berita yang memberitakan tentang keesaan Allah, tetapi makna yang dimaksud ialah kalimat perintah yakni 'esakanlah penyembahan itu hanya bagi-Nya, dan ikhlaskanlah ketaatan itu hanya kepada-Nya, kemudian bertawakallah kamu kepada-Nya (bagian terakhir dari ayat ini)'. Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
(Dialah) Tuhan masyriq dan magrib (timur dan barat), tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka jadikanlah Dia sebagai pelindung. (Al-Muzzammil: 9)
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dialah Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Dan hendaklah orang-orang mukmin bertawakal kepada Allah saja).
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Allah, tidak ada yang pantas disembah kecuali Dia. Hanya kepada-Nyalah orang-orang Mukmin hendaknya bertawakal dalam segala urusan.
6 Tafsir as-Saadi
"Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, jika kamu berpaling, maka sesungguh-nya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. (Dia-lah) Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. Dan hendaklah orang-orang yang Muk-min bertawakal kepada Allah saja." (At-Taghabun: 11-13).
(11) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ ﴿ "Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah." Ini berlaku secara umum untuk berbagai musibah yang menimpa diri, harta, anak, orang-orang tercinta, dan lainnya. Semua yang menimpa manusia berdasarkan Qadha` dan Qadar Allah سبحانه وتعالى. Allah سبحانه وتعالى telah mengetahui hal itu sebelumnya, penaNya telah menulis semua takdir dan ketentuan. Dengan pena itu, kehendak dan hik-mahNya berlaku. Namun yang amat penting adalah apakah ma-nusia menunaikan tugasnya dalam hal Qadha` dan Qadar ataukah tidak? Jika ia menunaikannya, maka ia akan mendapatkan pahala yang besar dan indah, baik di dunia maupun di akhirat. Jika per-caya bahwa semua yang menimpanya berasal dari sisi Allah سبحانه وتعالى, merelakannya, dan menyerahkan masalahnya, maka Allah سبحانه وتعالى akan menunjukkan hatinya sehingga ia akan merasa tenang dan tidak gentar ketika tertimpa berbagai musibah, tidak seperti yang terjadi pada orang yang hatinya tidak diberi petunjuk oleh Allah سبحانه وتعالى. Allah سبحانه وتعالى memberikan keteguhan pada orang yang hatinya diberi petun-juk ketika musibah datang serta bersikap sabar. Dengan demikian, ia mendapatkan pahala besar di samping pahala besar yang disim-pan Allah سبحانه وتعالى pada Hari Pembalasan kelak. Ini sejalan dengan Firman Allah سبحانه وتعالى,
﴾ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ 10 ﴿
"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicu-kupkan pahala mereka tanpa batas." (Az-Zumar: 10).
Dari sini dapat diketahui, bahwa orang yang tidak beriman kepada Allah سبحانه وتعالى pada saat tertimpa musibah karena tidak mema-hami takdir dan ketentuan Allah سبحانه وتعالى namun hanya terbatas pada sebab-sebabnya saja, maka ia telah dihinakan, dan Allah-pun me-nyerahkan urusannya itu pada dirinya sendiri. Apabila seorang hamba telah diserahkan pada dirinya sendiri padahal jiwa manusia itu hanya bisa berkeluh kesah dan bersedih, maka hal itu merupa-kan siksaan yang disegerakan bagi seorang hamba sebelum siksaan akhirat nanti karena tidak menunaikan kewajiban bersabar. Inilah yang berkaitan dengan Firman Allah تعالى, ﴾ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَهۡدِ قَلۡبَهُۥۚ ﴿ "Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya," yakni ketika tertimpa musibah. Adapun yang berkaitan dengan keumuman tekstual ayat, Allah سبحانه وتعالى membe-ritahukan bahwa setiap orang yang beriman (maksudnya, dengan keimanan sesuai yang diperintahkan yaitu beriman kepada Allah سبحانه وتعالى, malaikat, kitab, rasul, Hari Akhir, dan takdir, baik dan buruk-nya) dan membuktikan kebenaran imannya dengan menunaikan tuntutan-tuntutan serta kewajiban-kewajiban iman, faktor yang dilakukan oleh seorang hamba seperti ini merupakan faktor ter-besar hidayah Allah سبحانه وتعالى dalam perkataan, perbuatan, dan di segala halnya, dan juga dalam ilmu dan amalnya. Ini adalah balasan ter-baik yang diberikan Allah bagi orang-orang yang beriman. Seba-gaimana yang disebutkan dalam Firman Allah سبحانه وتعالى ketika memberi-tahukan bahwa Dia meneguhkan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan di akhirat. Asal mula keteguhan adalah keteguhan hati, kesabaran, dan keyakinannya ketika tertimpa berbagai musibah. Firman Allah سبحانه وتعالى yang dimaksud adalah,
﴾ يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱلۡقَوۡلِ ٱلثَّابِتِ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِۖ ﴿
"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat." (Ibra-him: 27).
Orang yang beriman adalah orang yang hatinya mendapatkan hidayah dan paling kuat ketika tertimpa berbagai musibah yang merisaukan. Hal itu dikarenakan keimanan yang tertanam pada diri mereka.
(12) Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَۚ ﴿ "Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul," maksudnya, dalam menunai-kan perintah dan menjauhi larangan keduanya. Karena menaati perintah Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya adalah pusat kebahagiaan dan tanda-tanda keberuntungan. ﴾ فَإِن تَوَلَّيۡتُمۡ ﴿ "Jika kamu berpaling," dari menaati Allah سبحانه وتعالى dan menaati Rasul, ﴾ فَإِنَّمَا عَلَىٰ رَسُولِنَا ٱلۡبَلَٰغُ ٱلۡمُبِينُ ﴿ "maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang." Maksudnya, menyampaikan apa yang diutus-kan untuk kalian secara jelas dan gamblang sehingga hujjah telah tegak untuk kalian. Rasul tidak berkuasa memberikan petunjuk pada kalian dan sama sekali tidak berkuasa menghisab amal kalian. Perhitungan amal kalian atas ketaatan kalian terhadap Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya, apakah kalian menunaikan hal itu atau tidak, sepenuh-nya dilakukan oleh Allah Yang Mengetahui yang ghaib dan yang nyata.
(13) ﴾ ٱللَّهُ ﴿ "(Dia-lah) Allah," Yang ﴾ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۚ ﴿ "tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Dia." Maksudnya, Dia-lah yang berhak disembah dan dituhankan. Semua sesembahan selainNya adalah batil. ﴾ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ﴿ "Dan hendaklah orang-orang yang Mukmin bertawakal kepada Allah saja." Maksudnya, hendaklah orang-orang yang beriman bergantung pada Allah سبحانه وتعالى dalam segala hal yang menimpa mereka dan apa pun yang ingin mereka laku-kan, karena tidak ada satu pun hal yang berlaku kecuali atas izin Allah سبحانه وتعالى dan tidak ada cara untuk itu kecuali dengan bergantung pada Allah سبحانه وتعالى. Ketergantungan seseorang terhadap Allah سبحانه وتعالى tidak berlaku secara sempurna hingga ia memperbaiki sangkaannya ter-hadap Rabbnya serta percaya sepenuh hati bahwa Allah-lah yang akan mencukupi urusan yang disandarkan padaNya. Ukuran lemah dan kuatnya tawakal seorang hamba ditentukan oleh kadar keimanannya.