Al-A'raf Ayat 72
فَاَنْجَيْنٰهُ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ مِّنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَمَا كَانُوْا مُؤْمِنِيْنَ ࣖ ( الأعراف: ٧٢ )
Fa'anjaynāhu Wa Al-Ladhīna Ma`ahu Biraĥmatin Minnā Wa Qaţa`nā Dābira Al-Ladhīna Kadhdhabū Bi'āyātinā Wa Mā Kānū Mu'uminīna. (al-ʾAʿrāf 7:72)
Artinya:
Maka Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya dengan rahmat Kami dan Kami musnahkan sampai ke akar-akarnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka bukanlah orang-orang beriman. (QS. [7] Al-A'raf : 72)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Maka tatkala telah datang ketentuan Allah, Kami selamatkan dia, yakni Nabi Hud, dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat dan pertolongan Kami dan Kami musnahkan sampai ke akar-akarnya tanpa ada sisa orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dengan angin kencang dan sangat dingin yang menghempaskan mereka sehingga mati tersungkur. Mereka tidak terlihat sama sekali, hanya kelihatan bekas-bekas tempat tinggal mereka (Lihat: Surah al-Ahqaf/46: 25). Mereka dibinasakan karena bukanlah termasuk orang-orang beriman.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Setelah kaum Hud menentang dan menuntut azab yang dijanjikan maka datanglah azab Allah menimpa mereka dan Allah menyelamatkan Hud beserta orang-orang yang beriman dari pada azab tersebut.
Azab itu berupa angin dahsyat yang sangat dingin yang membinasakan kaum 'Ad, karena mereka mendustakan kebesaran Allah bahkan mengingkari utusan-utusan-Nya. Mereka dilenyapkan dari muka bumi ini dengan angin yang menghancurkan segala sesuatu, sebagaimana tersebut dalam firman Allah:
Yang menghancurkan segala sesuatu dengan perintah Tuhannya, sehingga mereka (kaum 'Ad) menjadi tidak tampak lagi (di bumi) kecuali hanya (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah Kami memberi balasan kepada kaum yang berdosa. (al-Ahqaf/46: 25)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Allah Swt telah menyebutkan gambaran tentang pembinasaan mereka di berbagai ayat dari Al-Qur'an, yang intinya menyebutkan bahwa Allah mengirimkan kepada mereka angin besar yang sangat dingin. Tidak ada sesuatu pun yang diterjang angin ini, melainkan pasti hancur berserakan, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Adapun kaum 'Ad, maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus, maka kamu lihat kaum 'Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). Maka kamu tidak melihat seorang pun yang tinggal di antara mereka. (Al Haaqqah:6-8)
Setelah mereka membangkang dan durhaka kepada Nabi-Nya, maka Allah membinasakan mereka dengan angin yang sangat dingin. Angin tersebut dapat menerbangkan seseorang dari mereka, lalu menjatuhkannya dengan kepala di bawah sehingga kepalanya hancur dan terpisah dari tubuhnya. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
seakan-akan mereka tunggul-tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). (Al Haaqqah:7)
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa mereka mendiami negeri Yaman, tepatnya di suatu daerah yang terletak di antara Amman dan Hadramaut. Tetapi sekalipun demikian, mereka berhasil menyebar ke seluruh penjuru bumi dan dapat mengalahkan penduduknya berkat kekuatan yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Mereka adalah orang-orang yang menyembah berhala, bukan menyembah Allah. Kemudian Allah mengutus kepada mereka Nabi Hud a.s. yang nasabnya berasal dari kalangan menengah mereka dan berkedudukan' terhormat di kalangan mereka.
Maka Nabi Hud a.s. memerintahkan kepada mereka agar mengesakan Allah, jangan menjadikan bersama-Nya tuhan-tuhan selain Dia, dan jangan menganiaya manusia lagi. Tetapi mereka menolak seruannya, bahkan mendustakannya. Mereka mengatakan, "Siapakah yang lebih kuat dari kami?'
Tetapi ada segolongan orang dari mereka yang mengikuti Nabi Hud a.s., hanya jumlahnya sedikit dan mereka menyembunyikan keimanannya. Setelah kaum ‘Ad bertambah durhaka terhadap Allah dan mendustakan Nabi-Nya serta banyak menimbulkan kerusakan di muka bumi, dengan berlaku sewenang-wenang padanya dan meninggalkan jejak-jejak mereka di setiap tanah tinggi tempat-tempat bermainnya tanpa ada gunanya, maka Nabi Hud a.s. berkata kepada mereka yang disitir oleh firman-Nya:
Apakah kalian mendirikan pada tiap-tiap tanah tinggi bangunan untuk bermain-main, dan kalian membuat benteng-benteng dengan maksud supaya kalian kekal (di dunia)? Dan apabila kalian menyiksa, maka kalian menyiksa sebagai orang-orang kejam dan bengis. Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku. (Asy Syu'ara:128-131)
Tetapi mereka menjawab, seperti yang disebutkan di dalam ayat-ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
Kaum 'Ad berkata "Hai Hud. kamu tidak mendatangkan kepada kami suatu bukti yang nyata, dan kami sekali-kali tidak akan meninggalkan sembahan-sembahan kami karena perkataanmu, dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kamu. Kami tidak mengatakan melainkan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan keburukan kepadamu.” (Huud:53-54)
Yang dimaksud dengan su' atau keburukan ialah penyakit gila.
Hud menjawab, "Sesungguhnya aku bersaksi kepada Allah dan saksikanlah oleh kamu sekalian bahwa sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian persekutukan dari selain-Nya, sebab itu jalankanlah tipu daya kalian semuanya terhadapku dan janganlah kalian memberi tangguh kepadaku. Sesungguhnya aku bertawakal kepada Allah Tuhanku dan Tuhan kalian. Tidak ada suatu binatang melata pun melainkan Dialah yang memegang ubun-ubunnya. Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus.” (Huud:54-56)
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa setelah mereka membangkang, tidak mau beriman dan hanya tetap kepada kekufurannya, maka Allah menahan hujan dari mereka selama tiga tahun —menurut apa yang didugakan oleh mereka (para perawinya)— sehingga keadaan tersebut membuat mereka benar-benar parah. Konon di zaman itu apabila orang-orang mengalami musim paceklik yang parah, dan mereka memohon kepada Allah agar dibebaskan dari paceklik, maka sesungguhnya mereka hanya mendoa kepada-Nya di tempat suci-Nya, yaitu di tempat bait-Nya.
Tempat tersebut di masa itu telah dikenal, sedangkan di tempat itu terdapat para penghuninya dari golongan amatiq (raksasa). Mereka adalah keturunan dari ‘Amliq Ibnu Lawuz ibnu Sam ibnu Nuh. Pemimpin mereka saat itu adalah seorang lelaki yang bernama Mu'awiyah ibnu Bakar. Sedangkan ibunya berasal dari kaum ‘Ad yang dikenal dengan nama Jahlazah, anak perempuan Al-Khubairi.
Ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya, bahwa lalu kaum 'Ad mengirimkan suatu delegasi yang jumlahnya kurang lebih tujuh puluh orang menuju tanah suci, untuk meminta istisqa (hujan) di tanah suci buat kaumnya.
Mereka bersua dengan Mu'awiyah ibnu Bakar di luar kota Mekah, lalu mereka tinggal di rumahnya selama satu bulan. Selama itu mereka mabuk-mabukan dan mendengarkan nyanyian yang didendangkan oleh dua orang penyanyi wanita Mu'awiyah.
Qil berkata, "Saya memilih awan yang hitam ini, karena sesungguhnya awan hitam ini banyak mengandung air." Maka dijawablah oleh seruan itu, "Ternyata kamu memilih awan yang mengandung debu yang membinasakan." Maka tidak ada seorang pun dan tidak ada seorang tua pun dari kaum 'Ad serta tidak ada seorang anak pun dari mereka melainkan binasa saat itu, kecuali Bani Wuzyah Al-Muhannada.
Menurut Ibnu Ishaq, Banil Wuzyah adalah suatu kabilah dari kaum 'Ad yang tinggal di Mekah, maka mereka tidak tertimpa azab yang menimpa kaumnya.
Muhammad ibnu Ishaq mengatakan bahwa Banil Wuzyah adalah orang-orang yang tersisa dari keturunan kaum 'Ad karena selamat dari azab itu, mereka disebut generasi terakhir dari kaum 'Ad.
Ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya, bahwa Allah lalu mengarak awan hitam itu —menurut kisah mereka— yaitu awan yang dipilih oleh Qil ibnu Anaz. Di dalam awan itu terkandung azab yang akan membinasakan kaum 'Ad. Awan itu muncul dari suatu lembah di tempat mereka yang dikenal dengan nama Lembah Mugis. Ketika mereka (kaum 'Ad) melihat awan hitam itu datang bergulung-gulung, mereka merasa gembira dan mengatakan, "Inilah awan yang akan membawa hujan kepada kita." Tetapi dijawab oleh Allah Swt. melalui firman-Nya:
Bukan, bahkan itulah azab yang kalian minta supaya disegerakan. yaitu angin yang mengandung azab yang pedih, yang menghancurkan segala sesuatu. (Al Ahqaaf:24-25)
Yakni yang membinasakan segala sesuatu yang dilewatinya.
Disebutkan bahwa orang yang mula-mula melihatnya dan mengenal bahwa apa yang dikandungnya itu merupakan angin puting beliung, menurut yang dikisahkan para perawinya, ialah seorang wanita 'Ad yang dikenal dengan sebutan Mumid.
Setelah Mumid melihat dengan jelas apa yang terkandung di dalam awan tersebut, ia menjerit dan pingsan. Ketika ia sadar, kaumnya bertanya, "Hai Mumid, apakah yang telah engkau lihat?" Mumid menjawab, "Saya melihat angin yang di dalamnya terdapat semisal api digiring oleh banyak kaum laki-laki yang menuntunnya dari depan."
Maka Allah menimpakan angin itu kepada mereka, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya: selama tujuh malam dan delapan hari terus-menerus. (Al Haaqqah:7)
Al-husumah artinya terus-menerus, tiada henti-hentinya.
Maka tidak ada seorang pun dari kaum 'Ad melainkan binasa. Sedangkan Nabi Hud a.s. menurut kisah yang sampai kepadaku (Ibnu Ishaq) bersama orang-orang yang beriman berlindung di dalam sebuah tempat perlindungan, tidak ada sesuatu pun yang menimpa dia bersama para pengikutnya, melainkan hal-hal yang menyegarkan dan mengenakkan. Sesungguhnya angin puting beliung itu menimpa perkampungan kaum 'Ad, lalu menerbangkannya di antara langit dan bumi, kemudian menghancurkan mereka ke daerah berbatuan.
Muhammad ibnu Ishaq melanjutkan kisahnya ini secara panjang lebar hingga selesai, tetapi konteks yang diketengahkannya garib, hanya di dalamnya terkandung banyak faedah yang dapat disimpulkan darinya.
Allah Swt. telah berfirman:
Dan tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami, dan Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari azab yang berat. (Huud:58)
Memang telah disebutkan di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya hal yang berdekatan pengertiannya dengan kisah yang diutarakan oleh Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar tadi.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Hubab, telah menceritakan kepadaku Abul Munzir Salam ibnu Sulaiman An-Nahwi, telah menceritakan kepada kami Asim ibnu Abun Nujud, dari Abu Wail, dari Al-HariS Al-Bakri yang menceritakan bahwa ia berangkat untuk mengadukan perkara kepada Rasulullah Saw. tentang Al-Ala ibnul Hadrami. Aku (Al-Haris) melewati Rabzah, ternyata aku bersua dengan seorang nenek tua dari Bani Tamim yang tidak dapat melanjutkan perjalanannya. Nenek itu berkata, "Hai hamba Allah, sesungguhnya saya mempunyai suatu keperluan dengan Rasulullah, maka sudilah kiranya engkau membawa saya menghadap kepadanya." Saya membawa nenek itu sampai di Madinah, dan saya menjumpai masjid penuh sesak, lalu saya melihat bendera hitam berkibar dan sahabat Bilal menyandang pedangnya berdiri di hadapan Rasulullah Saw. Saya bertanya, "Apakah gerangan yang terjadi dengan orang banyak ini?" Mereka (yang ditanya) menjawab, "Beliau Saw. hendak mengirimkan Amr ibnul As (bersama pasukannya) ke suatu daerah." Maka saya duduk, lalu masuk ke dalam rumahnya atau ke dalam kemahnya dan meminta izin agar diperkenankan masuk, kemudian saya diberi izin untuk masuk menemuinya. Saya masuk dan mengucapkan salam penghormatan, lalu beliau Saw. bertanya, "Apakah antara kamu dan Bani Tamim terdapat suatu masalah?" Saya menjawab, "Ya, dan saya beroleh kemenangan atas mereka. Kemudian saya bersua dengan seorang nenek tua dari kalangan Bani Tamim yang tidak dapat melanjutkan perjalanannya. Nenek itu meminta kepada saya untuk membawanya sampai ke hadapanmu, sekarang dia berada di pintu." Nenek tua itu pun diizinkan masuk. Saya berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya jika engkau setuju membuat batas antara kami dan Bani Tamim, jadikanlah Dahna sebagai batasannya." Dengan serta merta si nenek tua itu menjadi panas dan bergejolak, lalu ia berkata, "Wahai Rasulullah, apakah yang hendak dilakukan oleh orang yang meminta kepadamu dengan paksa ini?" Saya berkata, "Sesungguhnya perumpamaanku sama dengan apa yang dikatakan oleh orang-orang terdahulu, 'Orang yang meminta belasungkawa kepadaku ternyata membawa sendiri kematiannya.' Saya telah membawa nenek ini tanpa menyadari bahwa dia mempunyai rasa permusuhan terhadap diri saya. Saya berlindung kepada Allah bila diri saya ini seperti delegasi kaum 'Ad." Rasulullah Saw. bertanya kepadaku, "Apakah yang dimaksud dengan delegasi kaum 'Ad?" Padahal Rasulullah Saw. lebih mengetahuinya, tetapi hanya meminta ketegasan dariku. Saya bercerita, bahwa sesungguhnya dahulu kaum 'Ad mengalami musim paceklik yang sangat parah. Lalu mereka mengirimkan suatu delegasinya yang dipimpin oleh seseorang dari mereka yang dikenal dengan nama Qil. Qil bersua dengan Mu'awiyah ibnu Bakar, lalu ia tinggal padanya selama satu bulan, ia menghabiskan hari-harinya dengan minum khamr dan mendengar nyanyian dari dua orang penyanyi. Setelah satu bulan tinggal, maka Qil berangkat ke Bukit Mahrah, lalu ia berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa saya bukan datang kepada yang sakit, lalu saya mengobatinya, juga bukan kepada tawanan, lalu saya menebusnya. Ya Allah, siramilahkaum 'Ad selagi Engkau masih memberi mereka air." Maka lewatlah kepadanya berbagai kumpulan awan hitam, lalu diserukan kepadanya, "Pilihlah mana yang kamu suka!" Maka Qil mengisyaratkan kepada awan yang paling hitam, lalu diserukan kepadanya, "Ambillah awan yang mengandung debu ini yang tidak akan menyisakan seorang pun dari kaum 'Ad." Al-Haris mengatakan, "Tidak ada yang sampai kepadaku berita yang menyatakan bahwa Allah mengirimkan angin kepada mereka kecuali sekadar apa yang dimasukkan ke dalam cincinku ini (yakni tidak banyak) hingga mereka binasa." Abu Wail mengatakan bahwa Al-Haris benar. Sesudah peristiwa itu istilah "Janganlah kamu seperti delegasi kaum ‘Ad" menjadi tenar. Tersebutlah bahwa lelaki dan wanita itu apabila mengirimkan utusannya (delegasinya) selalu berpesan kepada mereka, "Janganlah kamu seperti delegasi kaum "Ad."
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh imam Ahmad di dalam kitab musnadnya. Imam Turmuzi meriwayatkannya dari Abdu ibnu Humaid, dari Zaid ibnul Hubab dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal.
Imam Nasai meriwayatkannya melalui hadis Salam ibnu Abul Munzir, dari Asim (yaitu Ibnu Bandalah). Melalui jalur ini pula Ibnu Majah meriwayatkannya dari Abu Wail, dari Al-Haris ibnu Hisan Al-Bakri dengan lafaz yang semisal.
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Abu Kuraih, dari Zaid ibnu Hubab, tetapi di dalam sanadnya disebutkan dari Al-Haris ibnu Yazid Al-Bakri, lalu ia menceritakannya. Ibnu Jarir meriwayatkannya pula dari Abu Kuraib, dari Abu Bakar ibnu Ayyasy, dari Asim Al-Haris ibnu Hisan, kemudian iamengetengahkannya. Ibnu Jarir mengatakan bahwa dia tidak melihat nama Abu Wail dalam salinannya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Maka Kami selamatkan dia) Hud (beserta orang-orang yang bersamanya) dari kalangan orang-orang yang beriman (dengan rahmat yang besar dari Kami dan Kami tumpas) kaumnya itu (orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami) Kami habiskan mereka dengan akar-akarnya (dan tiadalah mereka orang-orang yang beriman) diathafkan kepada lafal kadzdzabuu.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Lalu Kami selamatkan Hûd dan pengikut-pengikutnya yang beriman dengan kasih sayang Kami. Dan Kami turunkan kepada orang-orang kafir sesuatu yang memusnahkan mereka sehingga tidak ada yang tersisa sedikit pun. Mereka tidak termasuk kelompok orang-orang yang beriman.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Ad saudara me-reka, Hud. Ia berkata, 'Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu (yang berhak disembah) selainNya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepadaNya?' Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata, 'Sesungguhnya kami benar-benar me-mandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta.' Hud berkata, 'Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun, tetapi aku ini adalah utusan dari Rabb semesta alam'." (Al-A'raf: 65-67).
"'Aku menyampaikan amanat-amanat Rabbku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu.' Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringa-tan dari Rabbmu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peringatan kepadamu. Dan ingatlah oleh kamu seka-lian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan Rabb telah me-lebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Mereka berkata, 'Apakah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami? Maka datang-kanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu terma-suk orang-orang yang benar." (Al-A'raf: 68-70).
"Ia berkata, 'Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Rabbmu.' Apakah kamu sekalian hendak ber-bantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu dan nenekmu menamakannya, padahal Allah sekali-kali tidak menu-runkan hujjah untuk itu. Maka tunggulah (azab itu), sesungguh-nya aku juga termasuk orang yang menunggu bersama kamu. Maka Kami selamatkan Hud beserta orang-orang yang bersamanya de-ngan rahmat yang besar dari Kami, dan Kami tumpas orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan tiadalah mereka orang-orang yang beriman." (Al-A'raf: 71-72).
(65)(وَ) "Dan" Kami telah mengutus ﴾ إِلَىٰ عَادٍ ﴿ "kepada kaum 'Ad" yang pertama, yang ada di bumi Yaman, ﴾ أَخَاهُمۡ ﴿ "saudara me-reka", dari nasab ﴾ هُودٗاۚ ﴿ "Hud عليه السلام", menyeru mereka kepada tauhid, melarang mereka dari syirik, dan berbuat semena-mena di muka bumi. Dia berkata kepada mereka, ﴾ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُۥٓۚ أَفَلَا تَتَّقُونَ ﴿ "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada tuhan bagimu (yang berhak disembah) selainNya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?" Apakah kamu tidak takut dari azab dan siksaNya jika kamu tetap memegang apa yang kamu pegang.
(66) Tetapi mereka tidak tunduk dan menyambut baik ﴾ قَالَ ٱلۡمَلَأُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَوۡمِهِۦٓ ﴿ "Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata", membantah ajakannya dan mencela pendapatnya, ﴾ إِنَّا لَنَرَىٰكَ فِي سَفَاهَةٖ وَإِنَّا لَنَظُنُّكَ مِنَ ٱلۡكَٰذِبِينَ ﴿ "Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk orang-orang yang berdusta." Yakni kami tidak melihatmu melainkan orang yang bodoh dan tidak berakal. Menurut kami ka-mu termasuk orang-orang yang berdusta. Hakikat kebenaran bagi mereka telah terbalik dan kebodohan telah menguasai mereka, di mana mereka menuduh Nabi mereka dengan kriteria yang justru merekalah yang memilikinya, sementara dia adalah orang yang pa-ling jauh darinya. Mereka itulah pendusta sebenarnya. Kebodohan mana yang lebih besar daripada orang yang menyambut kebenaran paling benar dengan penolakan dan pengingkaran, dan menyom-bongkan diri kepada para pembimbing dan para pemberi nasihat. Hati dan fisik mereka tunduk kepada setan yang durhaka, meletak-kan ibadah tidak pada tempatnya. Dia menyembah pohon dan batu yang tidak berguna sedikit pun. Adakah dusta yang lebih berat da-ripada orang yang menisbatkan perkara-perkara ini kepada Allah?
(67) ﴾ قَالَ يَٰقَوۡمِ لَيۡسَ بِي سَفَاهَةٞ ﴿ "Hud berkata, 'Hai kaumku, tidak ada padaku kekurangan akal sedikit pun'." Justru dia adalah seorang Rasul yang membimbing lagi lurus. ﴾ وَلَٰكِنِّي رَسُولٞ مِّن رَّبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ﴿ "Tetapi aku ini adalah utusan dari Rabb semesta alam."
(68) ﴾ أُبَلِّغُكُمۡ رِسَٰلَٰتِ رَبِّي وَأَنَا۠ لَكُمۡ نَاصِحٌ أَمِينٌ ﴿ "Aku menyampaikan amanat-amanat Rabbku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang ter-percaya bagimu." Yakni wajib atasmu menyambut itu dengan penuh penerimaan dan ketundukan serta ketaatan kepada Rabb para hamba.
(69) ﴾ أَوَعَجِبۡتُمۡ أَن جَآءَكُمۡ ذِكۡرٞ مِّن رَّبِّكُمۡ عَلَىٰ رَجُلٖ مِّنكُمۡ لِيُنذِرَكُمۡۚ ﴿ "Apakah kamu (tidak percaya) dan heran bahwa datang kepadamu peringatan dari Rabb-mu yang dibawa oleh seorang laki-laki di antaramu untuk memberi peri-ngatan kepadamu?" Yakni bagaimana kamu merasa heran terhadap suatu perkara yang tidak perlu diherankan, yaitu bahwa Allah me-ngutus seorang laki-laki kepadamu, kamu mengenalnya, dia meng-ingatkanmu dengan apa yang baik bagimu, mendorongmu kepada yang bermanfaat bagimu, lalu kamu pun heran seperti herannya para pengingkar. ﴾ وَٱذۡكُرُوٓاْ إِذۡ جَعَلَكُمۡ خُلَفَآءَ مِنۢ بَعۡدِ قَوۡمِ نُوحٖ ﴿ "Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai pengganti-peng-ganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh." Yakni bersyukur dan pujilah Rabbmu karena Dia telah menempatkanmu di muka bumi dan menjadikanmu sebagai penerus umat-umat yang telah binasa yang mendustakan para rasul, lalu Allah membinasakan mereka, dan menyisakanmu untuk mengetahui bagaimana kamu beramal. Waspadalah jangan sampai kamu mendustakan seperti mereka mendustakan, akibatnya adalah apa yang menimpa mereka akan menimpamu. (وَ) " Dan" ingatlah nikmat Allah kepadamu yang Dia khususkan kepadamu yaitu ﴾ ز َ ا د َ ك ُ م ْ فِي ٱلۡخَلۡقِ بَصۜۡطَةٗۖ ﴿ "Rabb telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum Nuh itu)." Dalam urusan kekuatan, ukuran tubuh dan kekuatan tenaga. ﴾ فَٱذۡكُرُوٓاْ ءَالَآءَ ٱللَّهِ ﴿ "Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah", yang luas dan karunia-Nya yang berulang-ulang, ﴾ لَعَلَّكُمۡ ﴿ "supaya kamu" jika kamu meng-ingatnya dengan mensyukurinya dan menunaikan haknya ﴾ تُفۡلِحُونَ ﴿ "mendapat keberuntungan." Yakni kamu beruntung meraih yang di-inginkan dan selamat dari yang ditakutkan.
(70) Selanjutnya Hud menasihati dan mengingatkan serta memerintahkan mereka kepada tauhid, dia menjelaskan siapa di-rinya, bahwa dia adalah pemberi nasihat yang dipercaya. Dia mem-peringatkan mereka agar waspada terhadap azab Allah kepada mereka seperti yang telah Dia timpakan kepada orang-orang se-belum mereka. Dia mengingatkan mereka dengan nikmat-nikmat Allah dan pelimpahan rizki kepada mereka, tetapi mereka tidak merespon dan tidak tunduk. Mereka menjawab dengan penuh ke-heranan terhadap dakwahnya dan menyatakan bahwa mustahil mereka akan menaatinya. ﴾ أَجِئۡتَنَا لِنَعۡبُدَ ٱللَّهَ وَحۡدَهُۥ وَنَذَرَ مَا كَانَ يَعۡبُدُ ءَابَآؤُنَا ﴿ "Apa-kah kamu datang kepada kami, agar kami hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan apa yang biasa disembah oleh bapak-bapak kami?" Se-moga Allah memperburuk mereka, mereka menjadikan perkara yang merupakan kewajiban paling wajib dan perkara paling sem-purna termasuk perkara-perkara yang dengannya mereka memper-tentangkannya dengan apa yang dianut oleh nenek moyang mereka. Mereka mendahulukan kesyirikan dan penyembahan berhala yang dianut oleh nenek moyang mereka daripada tauhid kepada Allah semata yang tiada sekutu bagiNya yang didakwahkan oleh para rasul.
Dan mereka berkata, ﴾ فَأۡتِنَا بِمَا تَعِدُنَآ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ ﴿ "Maka da-tangkanlah azab yang kamu ancamkan kepada kami jika kamu termasuk orang-orang yang benar." Ini adalah tantangan dari mereka agar di-timpakan azab atas mereka.
(71) Hud عليه السلام berkata kepada mereka, ﴾ قَدۡ وَقَعَ عَلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُمۡ رِجۡسٞ وَغَضَبٌۖ ﴿ "Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab dan kemarahan dari Rabbmu." Yakni azab itu pasti terjadi, karena penyebab-penye-babnya telah terpenuhi dan waktu kebinasaan telah tiba. ﴾ أَتُجَٰدِلُونَنِي فِيٓ أَسۡمَآءٖ سَمَّيۡتُمُوهَآ أَنتُمۡ وَءَابَآؤُكُم ﴿ "Apakah kamu sekalian hendak berbantah de-nganku tentang nama-nama (berhala) yang kamu dan nenek moyangmu menamakannya", yakni, bagaimana kamu mendebat perkara-perkara yang tidak ada hakikatnya dan dalam perkara berhala yang kamu namakan sebagai tuhan padahal ia sama sekali tidak memiliki sifat ketuhanan. ﴾ مَّا نَزَّلَ ٱللَّهُ بِهَا مِن سُلۡطَٰنٖۚ ﴿ "Padahal Allah sekali-kali tidak me-nurunkan hujjah untuk itu." Seandainya berhala-berhala itu adalah benar, niscaya Allah akan menurunkan hujjah untuk itu. Tidak turunnya hujjah tentang hal itu adalah bukti kebatilannya, karena tidak ada perkara yang menjadi suatu tujuan –lebih-lebih perkara-perkara besar– kecuali Allah telah menjelaskan hujjah-hujjahNya yang memadahi dan ilmu yang tidak samar sedikit pun. ﴾ فَٱنتَظِرُوٓاْ ﴿ "Maka tunggulah (azab itu)", yang akan menimpamu yang telah aku janjikan kepadamu. ﴾ إِنِّي مَعَكُم مِّنَ ٱلۡمُنتَظِرِينَ ﴿ "Sesungguhnya aku juga termasuk orang yang menunggu bersama kamu." Meski kedua penung-guan itu tidaklah sama, menunggunya orang yang cemas terhadap turunnya azab dan menunggunya orang yang berharap pertolongan dan pahala dari Allah.
(72) Oleh karena itu Allah membedakan kedua golongan. Dia berfirman, ﴾ فَأَنجَيۡنَٰهُ ﴿ "Maka Kami selamatkan dia", yakni Hud, ﴾ وَٱلَّذِينَ ﴿ "beserta orang-orang" yang beriman bersamanya, ﴾ بِرَحۡمَةٖ مِّنَّا ﴿ "dengan rahmat yang besar dari Kami." Karena Dia-lah yang memberi mereka petunjuk kepada keimanan dan menjadikan iman mereka sebagai sebab mereka mendapatkan rahmat, maka Allah menyela-matkan mereka dengan RahmatNya, ﴾ وَقَطَعۡنَا دَابِرَ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِـَٔايَٰتِنَاۖ ﴿ "dan Kami tumpas orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami." Yakni kami binasakan mereka dengan azab yang keras yang tidak menyi-sakan seorang pun dari mereka. Allah mengirim kepada mereka angin yang membinasakan, angin itu tidak membiarkan sesuatu pun yang dilandanya, melainkan dijadikannya seperti serbuk.
Orang-orang yang telah ditegakkan hujjah atas mereka tetapi mereka tidak tunduk kepadanya, dan mereka diperintahkan agar beriman tetapi mereka tidak beriman, maka akibatnya adalah ke-binasaan, kehinaan, dan kesengsaraan.
﴾ وَأُتۡبِعُواْ فِي هَٰذِهِ ٱلدُّنۡيَا لَعۡنَةٗ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۗ أَلَآ إِنَّ عَادٗا كَفَرُواْ رَبَّهُمۡۗ أَلَا بُعۡدٗا لِّعَادٖ قَوۡمِ هُودٖ 60 ﴿
"Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di Hari Kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum 'Ad itu kafir kepada Rabb mereka. Ingatlah, kebinasaanlah bagi kaum 'Ad (yaitu) kaum Hud itu." (Hud: 60).
Dan di sini Allah berfirman, ﴾ وَقَطَعۡنَا دَابِرَ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِـَٔايَٰتِنَاۖ وَمَا كَانُواْ مُؤۡمِنِينَ ﴿ "Dan Kami tumpas orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan tiadalah mereka orang-orang yang beriman" sedikit pun, justru sifat mereka adalah pendustaan dan pengingkaran. Ciri mereka adalah kesombongan dan kerusakan.