Al-Muddassir Ayat 31
وَمَا جَعَلْنَآ اَصْحٰبَ النَّارِ اِلَّا مَلٰۤىِٕكَةً ۖوَّمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ اِلَّا فِتْنَةً لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوْاۙ لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ وَيَزْدَادَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِيْمَانًا وَّلَا يَرْتَابَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ وَالْمُؤْمِنُوْنَۙ وَلِيَقُوْلَ الَّذِيْنَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ مَّرَضٌ وَّالْكٰفِرُوْنَ مَاذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِهٰذَا مَثَلًاۗ كَذٰلِكَ يُضِلُّ اللّٰهُ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَمَا يَعْلَمُ جُنُوْدَ رَبِّكَ اِلَّا هُوَۗ وَمَا هِيَ اِلَّا ذِكْرٰى لِلْبَشَرِ ࣖ ( المدثر: ٣١ )
Wa Mā Ja`alnā 'Aşĥāba An-Nāri 'Illā Malā'ikatan Wa Mā Ja`alnā `Iddatahum 'Illā Fitnatan Lilladhīna Kafarū Liyastayqina Al-Ladhīna 'Ūtū Al-Kitāba Wa Yazdāda Al-Ladhīna 'Āmanū 'Īmānāan Wa Lā Yartāba Al-Ladhīna 'Ūtū Al-Kitāba Wa Al-Mu'uminūna Wa Liyaqūla Al-Ladhīna Fī Qulūbihim Marađun Wa Al-Kāfirūna Mādhā 'Arāda Allāhu Bihadhā Mathalāan Kadhālika Yuđillu Allāhu Man Yashā'u Wa Yahdī Man Yashā'u Wa Mā Ya`lamu Junūda Rabbika 'Illā Huwa Wa Mā Hiya 'Illā Dhikraá Lilbashari. (al-Muddathir 74:31)
Artinya:
Dan yang Kami jadikan penjaga neraka itu hanya dari malaikat; dan Kami menentukan bilangan mereka itu hanya sebagai cobaan bagi orang-orang kafir, agar orang-orang yang diberi kitab menjadi yakin, agar orang yang beriman bertambah imannya, agar orang-orang yang diberi kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu; dan agar orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (berkata), “Apakah yang dikehendaki Allah dengan (bilangan) ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang Dia kehendaki. Dan tidak ada yang mengetahui bala tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri. Dan Saqar itu tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia. (QS. [74] Al-Muddassir : 31)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Mendengar penjaga saqar ada sembilan belas, mereka menduga sembilan belas orang, kaum musyrik dengan angkuhnya menyatakan akan mengalahkan sembilan belas penjaga tersebut. Dan yang Kami jadikan penjaga neraka itu hanya dari malaikat yang sangat kuat lagi kasar serta patuh kepada Allah, dan Kami menentukan bilangan mereka yang sembilan belas itu hanya sebagai cobaan yang dapat menyebabkan kesesatan bagi orang-orang kafir yang menganggap sepele jumlah tersebut, di sisi lain agar orang-orang yang diberi kitab menjadi yakin karena bilangan tersebut sesuai dengan apa yang termaktub dalam kitab suci mereka, dan agar orang yang beriman bertambah imannya, agar orang-orang yang diberi kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu. dan agar orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir berkata,, “Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang Dia kehendaki. Dan tidak ada yang mengetahui bala tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri. Dan Saqar itu tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pada permulaan ayat ini, Allah menegaskan bahwa petugas yang diangkat oleh Allah untuk mengurus urusan neraka dan memberikan siksaan kepada penghuninya adalah para malaikat. Mereka diberi kepercayaan mengatur dan mengawasinya. Mereka adalah makhluk Allah yang hebat dan perkasa serta bertindak atas perintah-Nya. Mereka bukan manusia dan bukan pula jin, sebab yang disiksa di sana adalah kedua makhluk itu. Andaikata penjaga neraka itu dari jenis manusia atau jin, tentu mereka akan kasihan dan lemah lembut kepada makhluk yang sejenis dengan mereka.
Adapun jumlah mereka yang sedikit itu (19 malaikat) dibandingkan dengan begitu luas neraka yang tiada bertepi yang harus diawasi serta puluhan miliar jin dan manusia yang mengisinya, hanyalah sekadar ujian dan cobaan bagi golongan yang tidak percaya. Sehingga mereka berkata seenaknya bahwa mereka sanggup berkelahi dengan malaikat, seperti ucapan Ibnu Kaladah di atas. Allah dengan sengaja menyebutkan jumlah yang sedikit itu agar orang kafir itu semakin congkak, sehingga berlipat-ganda pula pembalasan yang harus mereka derita.
Fitnah (cobaan) yang dimaksudkan di sini tentulah karena jumlah mereka yang terlalu sedikit. Hal itu bagi orang yang tidak percaya akan menimbulkan tanda tanya, "Bagaimana pula malaikat yang tidak sampai 20 itu sanggup mengendalikan jutaan bahkan ribuan juta jin dan manusia yang menghuni neraka? Padahal kalau mereka menyadari, sesungguhnya malaikat itu hanyalah sekadar alat belaka (atribut) yang bekerja atas perintah dan kekuasaan Allah. Biar pun hanya dua atau tiga malaikat, akan tetapi kalau Zat Yang Mahakuasa di belakangnya, pasti pekerjaan itu berjalan lancar.
Sebaliknya untuk orang yang telah diturunkan kitab (kaum Yahudi dan Nasrani) keterangan ayat ini seharusnya menambahkan keyakinan mereka akan kebenaran yang diucapkan oleh Nabi Muhammad. Sebab, jumlah yang 19 itu sesuai dengan keterangan yang mereka peroleh dalam kitab-kitab suci mereka (Taurat dan Injil). Allah sekaligus menegaskan bahwa antara kitab-kitab suci yang telah diturunkan-Nya itu tidak mungkin ada pertentangan satu sama lain. Orang beriman pasti akan bertambah yakin dengan keimanannya, sebab mereka melihat bagaimana orang ahli kitab membenarkan dan mengakui ayat Al-Qur'an, karena sesuai isinya dengan Taurat dan Injil.
Dengan demikian, orang-orang beriman dan golongan ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) yang bersifat jujur tidak meragukan lagi pengertian kalimat 19 malaikat itu. Mereka (ahli kitab) juga tidak ragu lagi bagaimana hakikat iman seorang muslim, bahkan mereka diharapkan pula dapat menjelaskan hal demikian kepada orang yang masih ragu-ragu, seperti kepada golongan munafik dan lain-lain.
Di sini disebutkan tentang ahli kitab dan munafik, padahal ayatnya diturunkan di Mekah, dan orang ahli Kitab dan munafik baru muncul setelah Rasulullah saw berada di Medinah. Oleh karena itu, ayat ini harus dipandang sebagai berita gaib yang pasti akan terjadi yang disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad. Menceritakan yang masih gaib atau belum terwujud termasuk salah satu bentuk mukjizat Nabi seperti disebutkan dalam kitab-kitab hadis.
Bagi orang-orang yang tidak percaya kepada kebenaran yang dibawa Nabi saw akan mempertanyakan kembali soal malaikat yang 19 itu. Apa sesungguhnya yang dikehendaki Allah dengan menyebutkan bilangan terlalu sedikit ini, dan kenapa tidak disebutkan 20 saja? Karena kebiasaan yang berlaku menyebut contoh/misal selalu menggunakan bilangan genap, maka perumpamaan Allah ini dipandang ganjil.
Lalu Allah menjelaskan, "Demikianlah Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dari golongan munafik dan musyrik yang selalu mempersoalkan jumlah bilangan malaikat itu. Akan tetapi, Dia pula yang memberikan petunjuk ke jalan yang benar bagi orang yang dikehendaki-Nya sehingga mereka paham dengan maksud ayat ini.
Dari keterangan ini jelaslah bagi kita bahwa perbedaan pendapat di kalangan manusia bahkan antara orang muslim adalah wajar, dan itu merupakan sunatullah. Hanya orang yang mendapat bimbingan akan memperoleh hakikat yang sebenarnya dari masalah yang dipersoalkan.
Allah kembali menegaskan kekuasaan-Nya bahwa hanya Dia yang tahu hakikat malaikat yang diperintahkan untuk mengawasi orang-orang kafir di neraka. Hanya Dia saja yang mengerti bagaimana sesungguhnya malaikat yang bertugas itu. Tidak ada seorang pun manusia yang mengerti hikmah menjadikan jumlah 19 itu. Ada yang menerangkan bahwa ayat ini turun sebagai jawaban dari ucapan Abu Jahal ketika mendengar ayat tentang penjaga neraka 19 orang itu, "Tahukah engkau bahwa Tuhan Muhammad itu cuma 19 malaikat saja penolong-Nya?" Yang jelas 19 malaikat itu dibantu oleh tentara Allah yang lain yang banyaknya tiada yang tahu melainkan Dia saja.
Ayat ini menegaskan bahwa neraka Saqar yang disertai dengan gambaran seperti diturunkan ayat di atas, merupakan peringatan bagi sekalian manusia.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka. (Al-Muddatstsir: 31)
As-hab arti bahasanya para pemilik, dan makna yang dimaksud adalah para penjaga neraka.
melainkan dari malaikat. (Al-Muddatstsir: 31)
Yakni terdiri dari para malaikat Zabaniyah (jura siksa) yang kasar lagi keras, yang demikian itu merupakan jawaban terhadap orang-orang musyrik Quraisy, ketika diceritakan kepada mereka bilangan para penjaga neraka. Maka Abu Jahal berkata, "Hai golongan orang-orang Quraisy, tidakkah setiap sepuluh orang dari kalian mampu mengalahkan seseorang dari mereka, maka pastilah kamu dapat mengalahkan mereka?" Maka Allah Swt. berfirman: Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu, melainkan dari malaikat. (Al-Muddatstsir: 31) Yaitu kasar penampilannya, mereka tidak dapat dilawan dan tidak terkalahkan.
Menurut suatu pendapat, ada seseorang dari mereka yang dikenal dengan sebutan Abul Asydin, yang nama aslinya Kaldah ibnu Usaid ibnu Khalaf. Ia berkata, "Hai golongan orang-orang Quraisy, serahkanlah dua orang dari para penjaga neraka itu kepadaku, sedangkan yang sisanya yaitu tujuh belas orang kuserahkan kepada kalian untuk menanganinya." Ia katakan demikian karena merasa yakin dengan kekuatan dirinya yang hebat. Tersebutlah bahwa kekuatan yang dimilikinya menurut kisah mereka sangat hebat, dia berdiri di atas hamparan kulit sapi, lalu kulit sapi itu ditarik oleh sepuluh orang untuk mereka ambil dari bawah telapak kakinya. Ternyata kulit sapi itu robek, sedangkan si Kaldah tidak bergeming sedikit pun dari tempat pijakannya.
As-Suhaili mengatakan bahwa si Kaldahlah yang pernah menantang Rasulullah Saw. untuk bergulat, dan ia mengatakan, "Jika engkau mengalahkan aku, maka aku akan beriman kepadamu." Maka Nabi Saw. memenuhi tantangannya dan ternyata beliau dapat membantingnya berkali-kali, tetapi Kaldah tidak juga mau beriman. Dan As-Suhaili mengatakan bahwa Ibnu Ishaq menisbatkan kisah pergulatan ini kepada Rukanah ibnu Abdu Yazid ibnu Hasyim ibnul Muttalib. Menurut saya, tidak ada pertentangan di antara apa yang disebutkan oleh keduanya karena barangkali keduanya terjadi; dan hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir. (Al-Muddatstsir: 31)
Yakni sesungguhnya Kami sebutkan bilangan mereka sembilan belas hanyalah untuk menguji manusia.
supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin. (Al-Muddatstsir: 31)
Yaitu agar mereka mengetahui bahwa Rasul ini adalah benar dan mengatakan hal yang sesuai dengan apa yang ada pada mereka dari kitab-kitab samawi yang diturunkan kepada para nabi sebelumnya.
Firman Allah Swt.:
dan supaya orang yang beriman bertambah imannya. (Al-Muddatstsir: 31)
Yakni di samping iman yang telah ada pada mereka melalui apa yang mereka saksikan sendiri, bahwa berita yang disampaikan oleh Nabi mereka adalah benar.
dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin ita tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit. (Al-Muddatstsir: 31)
Maksudnya, orang-orang munafik.
dan orang-orang kafir (mengatakan), 'Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?” (Al-Muddatstsir: 31)
Mereka mengatakan, "Apakah hikmah yang terkandung di balik penyebutan bilangan tersebut?"
Allah Swt. berfirman:
Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Muddatstsir: 31)
Yakni dengan adanya cobaan dan ujian seperti ini, maka akan bertambah kuatlah iman di dalam hati sebagian kaum dan akan bertambah goyahlah keimanan pada sebagian yang lainnya. Hanya pada Allah-lah terdapat hikmah yang tiada taranya dan alasan yang mematikan hujah lawan.
Firman Allah Swt:
Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (Al-Muddatstsir: 31)
Tiada seorang pun yang mengetahui jumlah mereka dan berapa banyaknya mereka kecuali hanya Allah sendiri, supaya tidak ada orang yang mempunyai dugaan bahwa mereka berjumlah sembilan belas malaikat saja. Sebagaimana yang dikatakan oleh segolongan orang-orang yang sesat dari kalangan para failasuf Yunani dan orang-orang yang serupa dengan mereka dari kalangan penganut kedua agama (Yahudi dan Nasrani). Ketika mereka mendengar ayat ini, maka mereka bermaksud menakwilkannya dengan pengertian sepuluh akal dan sembilan jiwa, yang hal ini merupakan buat-buatan mereka sendiri, tetapi mereka tidak mampu membuktikan kebenaran dari hipotesisnya. Mereka hanya memahami permulaan dari ayat ini, tetapi kafir dengan bagian terakhirnya, yaitu firman Allah Swt. Yang mengatakan: Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (Al-Muddatstsir: 31)
Di dalam hadis Isra yang diriwayatkan di dalam kitab Sahihain dan kitab hadis lainnya telah disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda sehubungan dengan gambaran tentang Baitul Ma'mur yang ada di langit lapis ketujuh:
Dan ternyata Baitul Ma'mur itu setiap harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat yang tidak kembali lagi kepadanya untuk selama-lamanya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Ibrahim ibnu Muhajir, dari Mujahid, dari Muwarraq, dari Abu Zar yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Sesungguhnya aku telah melihat apa yang tidak kamu lihat dan aku telah mendengar apa yang tidak kamu dengar. Langit berderak dan sepantasnya bagi langit berderak karena tiada suatu tempat pun darinya selebar empat buah jari melainkan padanya terdapat malaikat yang sedang sujud. Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian benar-benar sedikit tertawa dan banyak menangis, dan tidak mau bersenang-senang dengan wanita di atas peraduan, dan niscaya kamu akan keluar ke lempat-tempat yang tinggi untuk meminta tolong dan berseru kepada Allah Swt. Maka Abu Zar memberikan komentarnya, "Demi Allah, (setelah mendengar hadis ini) ia benar-benar menginginkan seandainya dirinya berupa pohon yang dicabut (yakni makhluk yang tidak bernyawa)."
Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah telah meriwayatkannya melalui hadis Israil. Dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib, dan hal yang sama telah diriwayatkan dari Abu Zar secara mauquf.
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain ibnu Arafah Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Urwah ibnu Marwan Ar-Ruqqi, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Amr, dari Abdul Karim ibnu Malik, dari Ata ibnu Abu Rabah, dari Jabir ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Tiada suatu tempat pun, baik selebar telapak kaki, atau selebar sejengkal, atau selebar telapak tangan di langit yang ketujuh, melainkan padanya terdapat malaikat yang sedang berdiri atau malaikat yang sedang sujud atau malaikat yang sedang rukuk. Dan apabila hari kiamat terjadi, mereka semuanya mengatakan, "Mahasuci Engkau, kami tidak menyembah-Mu dengan penyembahan yang sebenar-benarnya, hanya saja kami tidak pernah mempersekutukan Engkau dengan sesuatu pun."
Muhammad ibnu Nasr Al-Marwazi di dalam Kitabus salat-nya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Zurarah, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab, dari Ata, dari Sa'id, dari Qatadah, dari Safwan ibnu Muharriz, dari Hakim ibnu Hizam yang mengatakan bahwa ketika Rasulullah Saw. ada bersama para sahabatnya, tiba-tiba beliau bertanya, "Apakah kalian mendengar apa yang kudengar?" Mereka menjawab, "Kami tidak mendengar sesuatu pun." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Aku mendengar suara langit berderak, dan tidaklah langit dicela bila berderak, karena tiada sejengkal tempat pun padanya melainkan ada malaikat yang sedang rukuk atau sedang sujud.
Kemudian ia meriwayatkannya dari Muhammad ibnu Adam, dari Abu Mu'awiyah, dari Al-A'masy, dari Abud Duha, dari Masruq, dari Ibnu Mas'ud. Ia telah mengatakan, "'Sesungguhnya di antara lapisan-lapisan langit terdapat suatu lapisan yang tiada tempat barang sejengkal pun padanya melainkan terdapat kening malaikat (yang sedang sujud) atau kedua telapak kakinya (yang sedang berdiri)." Kemudian Ibnu Mas'ud membaca firman-Nya: Dan sesungguhnya kami benar-benar bersaf-saf (dalam menunaikan perintah Allah). Dan sesungguhnya kami benar-benar bertasbih (kepada Allah). (Ash-Shaffat: 165-166)
Kemudian ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Muhammad ibnu Ismail Al-Farawi, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Qudamah, dari Abdur Rahman, dari Abdullah ibnu Dinar, dari ayahnya, dari Abdullah ibnu Umar, bahwa Umar tiba, sedangkan salat telah didirikan, dan di situ terdapat tiga orang yang masih duduk, di antaranya adalah Abu Jahsy Al-Laisi. Maka Umar berkata kepada mereka, "Bangkitlah kalian dan salatlah bersama Rasulullah Saw.!" Maka bangkitlah dua orang dari mereka, sedangkan Abu Jahsy menolak dan tidak man berdiri, serta mengatakan, "Aku tidak mau berdiri sebelum datang kepadaku seorang lelaki yang tubuhnya lebih kuat daripada aku dan lebih keras pukulannya daripada aku, lalu dia mengalahkanku dan membenamkan mukaku ke dalam pasir." Umar melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia bertarung dengan Abu Jahsy dan mengalahkannya serta membenamkan mukanya ke pasir, tetapi tiba-tiba datanglah Usman ibnu Affan yang memisahku darinya. Umar keluar dalam keadaan marah hingga sampai ke tempat Rasulullah Saw., lalu beliau Saw. bertanya, "Mengapa engkau, hai Abu Hafs?" Umar menceritakan peristiwa yang baru dialaminya kepada Nabi Saw. Maka Nabi Saw. bersabda, "Jika Umar rela dan membelas kasihaninya, maka Allah pun demikian. Tetapi aku menginginkan seandainya saja engkau bawa ke hadapanku kepala si orang jahat itu." Maka Umar pun bangkit dan menuju ke tempat Abu Jahsy. Tetapi ketika baru beberapa Iangkah menjauh, Umar dipanggil kembali oleh Rasulullah Saw., dan beliau Saw. bersabda kepadanya: Duduklah kamu, aku akan menceritakan kepadamu bahwa Allah tidak membutuhkan salat Abu Jahsy, Allah Swt. Mahakaya daripada dia. Sesungguhnya di langit yang terdekat Allah memiliki malaikat-malaikat yang khusyuk beribadah kepada-Nya, mereka tidak pernah mengangkat kepalanya sampai hari kiamat terjadi. Dan apabila hari kiamat terjadi, barulah mereka mengangkat kepalanya, kemudian mereka mengatakan, "Wahai Tuhan kami, kami tidak menyembah Engkau dengan penyembahan yang sebenar-benarnya.” Dan pada langit yang kedua Allah mempunyai malaikat-malaikat yang selalu sujud, mereka tidak pernah mengangkat kepalanya sebelum hari kiamat terjadi. Dan apabila hari kiamat terjadi, mereka baru mengangkat kepalanya, lalu berkata, "Mahasuci Engkau, Tuhan kami; kami tidak menyembah Engkau dengan penyembahan yang sebenar-benarnya." Maka Umar bertanya, "Wahai Rasulullah, doa apakah yang mereka ucapkan?" Rasulullah Saw. menjawab: Adapun malaikat penduduk langit yang terdekat, mereka mengucapkan, "Mahasuci Tuhan Yang memiliki Kerajaan bumi dan Kerajaan langit.” Adapun yang diucapkan oleh penduduk langit yang kedua ialah, "Mahasuci Tuhan Yang memiliki Keagungan dan Keperkasaan." Adapun penduduk langit yang ketiga, mereka mengatakan, "Mahasuci Tuhan Yang Hidup Kekal, Yang tidak akan mati.” Maka bacalah pula olehmu, hai Umar, dalam salatmu. Umar bertanya, "Wahai Rasulullah, lalu bagaimanakah dengan doa-doa yang telah engkau ajarkan kepadaku untuk mengucapkannya dalam salatku?" Rasulullah Saw. menjawab, "Sesekali ucapkanlah doa ini, dan pada kesempatan lain ucapkan doa itu!" Tersebutlah bahwa doa yang telah diajarkan oleh Rasulullah Saw. kepadanya ialah: Aku berlindung kepada sifat pemaaf-Mu dari siksaan-Mu, dan aku berlindung kepada rida-Mu dari murka-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab-Mu, Mahaagung Zat-Mu.
Hadis ini garib sekali, bahkan boleh dikatakan munkar dan sangat parah predikat munkar-nya.
Ishaq Al-Farawi diambil riwayatnya oleh Imam Bukhari. Ibnu Hayyan menyebutkan di dalam golongan perawi yang berpredikat siqah, tetapi Abu Daud, An-Nasai, Al-Uqaili, dan Ad-Daruqutni menilainya lemah. Abu Hatim Ar-Razi mengatakan tentangnya, bahwa dia adalah seorang yang sangat jujur, hanya saja menjadi tuna netra; barangkali dia menulis kitabnya dengan mengimlakannya, sedangkan yang menulisnya orang lain, tetapi semua kitabnya sahih. Tetapi di lain waktu Abu Hatim Ar-Razi mengatakan bahwa dia adalah orang yang mudtarib, dan mengenai gurunya yang bernama Abdul Malik ibnu Qudamah masih dibicarakan oleh Abu Qatadah Al-Jumahi. Tetapi anehnya yang dilakukan oleh Imam Muhammad ibnu Nasr, mengapa dia meriwayatkan darinya tanpa membicarakan perihalnya, tidak pula memperkenalkan tentang keadaannya, dan tidak pula menyinggung kelemahan sebagian perawinya. Hanya saja dia telah meriwayatkannya melalui jalur lain dari Sa'id ibnu Jubair secara mursal dengan lafaz yang semisal, juga melalui jalur lain dari Al-Hasan Al-Basri secara mursal dengan lafaz yang mendekatinya.
Kemudian Muhammad ibnu Nasr mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Qahzaz, telah menceritakan kepada kami An-Nadr, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Mansuryang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Addi ibnu Artah mengatakan dalam khotbahnya di atas mimbar Mada'in, bahwa ia pernah mendengar seseorang dari sahabat Rasulullah Saw. menceritakan hadis berikut dari Rasulullah Saw. Yang telah bersabda: Sesungguhnya Allah mempunyai malaikat-malaikat yang sendi-sendi tubuhnya bergetar karena takut kepada-Nya, tiada setetes air mata pun yang dikeluarkan oleh seseorang dari mereka melainkan jatuh mengenai malaikat lainnya yang sedang salat. Dan sesungguhnya di antara mereka terdapat malaikat-malaikat yang selalu sujud sejak Allah menciptakan langit dan bumi, mereka tidak pernah mengangkat kepalanya dan tidak akan mereka angkal kepalanya sampai hari kiamat. Dan sesungguhnya di antara mereka terdapat malaikat-malaikat yang sedang rukuk dan tidak pernah mengangkat kepalanya sejak Allah menciptakan langit dan bumi, dan mereka tidak akan mengangkat kepalanya sampai hari kiamat. Apabila mereka mengangkat kepalanya, mereka memandang ke arah Zat Allah Swt., lalu berkata, "Mahasuci Engkau, kami tidak menyembah Engkau dengan penyembahan yang sebenar-benarnya.”
Sanad hadis ini tidak mengandung cela.
Firman Allah Swt.:
Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia. (Al-Muddatstsir: 31)
Mujahid dan yang lain mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan tiadalah Saqar itu. (Al-Muddatstsir: 31) Yakni neraka yang telah digambarkan di atas. Melainkan peringatan bagi manusia. (Al-Muddatstsir: 31)
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan malaikat) yakni mereka tidak akan dapat dilawan, tidak sebagaimana yang diduga oleh orang-orang kafir (dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka) yang sembilan belas itu (melainkan untuk jadi cobaan) atau membawa kepada kesesatan (bagi orang-orang kafir) seumpamanya mereka mengatakan, mengapa jumlah malaikat-malaikat penjaga neraka itu hanya sembilan belas? (supaya menjadi yakin) menjadi tambah jelas (orang-orang yang diberi Alkitab) artinya, supaya orang-orang Yahudi yakin akan kebenaran Nabi saw. yang telah menyatakan bahwa jumlah mereka sembilan belas malaikat, dan ini sesuai dengan keterangan yang terdapat di dalam kitab mereka (dan supaya orang-orang yang beriman bertambah) yaitu, orang-orang yang beriman dari kalangan ahli kitab (imannya) kepercayaannya, karena apa yang dijelaskan oleh Nabi saw. itu sesuai dan cocok dengan keterangan yang terdapat di dalam Kitab mereka (dan supaya orang-orang yang diberi Alkitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu) yaitu orang-orang yang beriman bukan dari kalangan mereka; tentang bilangan malaikat-malaikat penjaga neraka itu (dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit) berupa keragu-raguan; mereka berada di Madinah (dan orang-orang kafir mengatakan) yaitu orang-orang kafir Mekah: ("Apakah yang dikehendaki Allah dengan hal ini) yakni bilangan ini (sebagai suatu perumpamaan?") mereka menamakannya sebagai perumpamaan, karena hal itu amat aneh didengar oleh mereka. Lafal Matsalan berkedudukan sebagai Haal atau kata keterangan keadaan. (Demikianlah) sebagaimana disesatkan-Nya orang yang tidak mempercayai bilangan ini, dan diberi-Nya petunjuk orang yang percaya kepada-Nya (Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu) yaitu malaikat-malaikat tentang kekuatan dan kemampuan mereka (melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain) neraka itu (hanyalah peringatan bagi manusia.)
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Kami tidak menjadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat. Kami pun tidak menjadikan jumlah penjaga neraka sebanyak sembilan belas malaikat melainkan untuk menguji orang-orang kafir, agar orang-orang yang diberi al-Kitab meyakini bahwa apa yang dikatakan al-Qur'ân mengenai penjaga neraka jahanam adalah benar dari sisi Allah sebagaimana terdapat dalam kitab-kitab suci mereka. Demikian juga, agar para pengikut Muhammad semakin bertambah imannya, dan mereka yang telah diberikan al-Kitab beserta orang-orang Mukmin tidak lagi meragukan kebenaran hal ini. Sebaliknya, orang-orang munafik dan orang-orang kafir akan bertanya-tanya, "Perumpamaan apakah yang Allah inginkan dari jumlah yang aneh ini?" Sesuai dengan kadar kesesatan atau petunjuk seperti disebutkan di atas, Allah akan membuat sesat orang-orang kafir dan memberi petunjuk kepada orang-orang Mukmin. Demikian banyaknya balatentara Allah sehingga tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia yang Mahasuci dan Mahaagung. Neraka Saqar tidak lain hanyalah suatu peringatan kepada manusia dan ancaman yang menakutkan bagi mereka.
6 Tafsir as-Saadi
"Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian. Dan Aku jadikan baginya harta benda yang banyak, dan anak-anak yang selalu bersama dia, dan Kula-pangkan baginya (rizki dan kekuasaan) dengan selapang-lapang-nya, kemudian dia ingin sekali supaya Aku menambahnya. Sekali-kali tidak (akan Aku tambah), karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (al-Qur`an). Aku akan membebaninya mendaki pendakian yang memayahkan. Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkannya), maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan, kemudian celakalah dia! Bagai-manakah dia menetapkan, kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermasam muka dan merengut, kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata, '(Al-Qur`an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.' Aku akan memasukkannya ke dalam Saqar. Tahukah kamu apa (Neraka) Saqar itu. Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia. Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga). Dan tiada Kami jadikan pen-jaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami men-jadikan bilangan mereka itu melainkan untuk menjadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi al-Kitab yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi al-Kitab dan orang-orang Mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan), 'Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai perumpamaan.' Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manu-sia." (Al-Muddatstsir: 11-31).
(11-30) Ayat-ayat ini turun berkenaan dengan al-Walid bin al-Mughirah yang sengit menentang kebenaran,[128] yang menantang Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya dengan peperangan dan menyelisihi. Allah سبحانه وتعالى amat mencelanya dengan celaan yang tidak pernah dialamatkan pada yang lain. Ini adalah balasan bagi semua orang yang menen-tang dan mencampakkan kebenaran. Orang seperti ini pasti men-dapatkan kehinaan di dunia dan siksaan akhirat jauh lebih meng-hinakan.
Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ ذَرۡنِي وَمَنۡ خَلَقۡتُ وَحِيدٗا ﴿ "Biarkanlah Aku bertindak terhadap orang yang Aku telah menciptakannya sendirian," yakni, yang Aku ciptakan sendirian tanpa harta, keluarga, dan lainnya yang senantiasa Aku jaga dan Aku beri. Aku jadikan, ﴾ لَهُۥ مَالٗا مَّمۡدُودٗا ﴿ "bagi-nya harta benda yang banyak," yakni harta yang berlimpah, ﴾ وَ﴿ "dan," Aku jadikan untuknya ﴾ بَنِينَ ﴿ "anak-anak," yakni anak-anak lelaki, ﴾ شُهُودٗا ﴿ "yang selalu bersama dia," yaitu selalu ada bersamanya. Dengan anak-anak itu ia bersenang-senang, dengan mereka juga ia meme-nuhi kebutuhan-kebutuhannya dan mendapatkan pertolongan, ﴾ وَمَهَّدتُّ لَهُۥ تَمۡهِيدٗا ﴿ "dan Ku-lapangkan baginya (rizki dan kekuasaan) dengan selapang-lapangnya," yakni, Aku berikan padanya dunia dan sebab-sebabnya ketika semua keinginannya terpenuhi dan semua yang dikehendaki diperoleh. ﴾ ثُمَّ ﴿ "Kemudian," dengan berbagai nikmat dan pemberian ini, ﴾ يَطۡمَعُ أَنۡ أَزِيدَ ﴿ "dia ingin sekali supaya Aku menam-bahnya," yakni ia ingin untuk mendapatkan nikmat akhirat sebagai-mana ia mendapatkan kenikmatan dunia. ﴾ كـَلَّآۖ ﴿ "Sekali-kali tidak (akan Aku tambah)," yakni, tidak seperti yang ia dambakan, tapi se-baliknya justru berseberangan dengan apa yang diinginkan.
Hal itu ﴾ إِنَّهُۥ كَانَ لِأٓيَٰتِنَا عَنِيدٗا ﴿ "karena sesungguhnya dia menentang ayat-ayat Kami (al-Qur`an)." Ia mengetahui (kebenaran)nya, tapi kemu-dian mengingkarinya. Ayat-ayat mengajaknya pada kebenaran tapi ia tidak mau tunduk padanya. Ia tidak cukup hanya berpaling dari ayat-ayat al-Qur`an, tapi ia memeranginya dan berusaha untuk membatalkannya. Karena itulah Allah سبحانه وتعالى berfirman tentangnya, ﴾ إِنَّهُۥ فَكَّرَ ﴿ "Sesungguhnya dia telah memikirkan," dalam dirinya, ﴾ وَقَدَّرَ ﴿ "dan menetapkan (apa yang ditetapkannya)," apa yang di pikirannya agar bisa mengucapkan perkataan yang membatalkan al-Qur`an, ﴾ فَقُتِلَ كَيۡفَ قَدَّرَ 19 ثُمَّ قُتِلَ كَيۡفَ قَدَّرَ 20 ﴿ "maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan, kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan," karena ia memikirkan suatu hal yang berada di luar kemampuan-nya dan berharap bisa mendapatkan sesuatu yang tidak bisa dida-patkan oleh dia sendiri dan orang-orang sepertinya. ﴾ ثُمَّ نَظَرَ ﴿ "Kemu-dian dia memikirkan" perkataannya. ﴾ ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ ﴿ "Sesudah itu dia ber-masam muka dan merengut," pada wajah dan penampilan luarnya sebagai sikap lari dari kebenaran dan membencinya. ﴾ ثُمَّ أَدۡبَرَ وَٱسۡتَكۡبَرَ ﴿ "Kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri," sebagai akibat dari usaha pikiran, tindakan, dan perkataannya. ﴾ فَقَالَ إِنۡ هَٰذَآ إِلَّا سِحۡرٞ يُؤۡثَرُ 24 إِنۡ هَٰذَآ إِلَّا قَوۡلُ ٱلۡبَشَرِ 25 ﴿ "Lalu dia berkata, '(al-Qur`an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan manusia'," yakni, bukan Firman Allah, tapi perkataan manusia. Di samping itu bukan perkataan manusia terbaik tapi perkataan orang-orang buruk dan keji yang diucapkan oleh pendusta lagi penyihir. Celakalah dia, alangkah jauhnya dia dari kebenaran dan alangkah dekatnya dia dengan kerugian dan kecelakaan. Bagaimana terlintas di otak dan terbayang oleh nurani siapa pun orang yang menyatakan Firman paling luhur dan agung, Firman Rabb Yang Mahamulia, Luhur dan Agung menyerupai perkataan makhluk-makhluk yang miskin dan serba kurang? Atau bagaimanakah si pendusta lagi pembangkang ini berani mengung-kapkan sifat seperti itu pada Firman Allah سبحانه وتعالى? Tidak ada yang ber-hak dia dapatkan melainkan azab yang dahsyat. Karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ سَأُصۡلِيهِ سَقَرَ 26 وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا سَقَرُ 27 لَا تُبۡقِي وَلَا تَذَرُ 28 ﴿ "Aku akan mema-sukkannya ke dalam Saqar, tahukah kamu apa (Neraka) Saqar itu, Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan," yakni, tidak meninggal-kan kedahsyatan maupun orang yang disiksa sedikit pun kecuali pasti mengenainya, ﴾ لَوَّاحَةٞ لِّلۡبَشَرِ ﴿ "(Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia," membakar mereka dalam siksaan dan membuat mereka gemetar karena amat panas. ﴾ عَلَيۡهَا تِسۡعَةَ عَشَرَ ﴿ "Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga)," dari kalangan malaikat yang menjaganya. Mereka kejam dan bengis. Mereka tidak mendurhakai Allah سبحانه وتعالى ter-hadap apa yang diperintahkan dan mereka melakukan apa yang diperintahkan.
(31) ﴾ وَمَا جَعَلۡنَآ أَصۡحَٰبَ ٱلنَّارِ إِلَّا مَلَٰٓئِكَةٗۖ ﴿ "Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat," karena mereka kokoh dan kuat, ﴾ وَمَا جَعَلۡنَا عِدَّتَهُمۡ إِلَّا فِتۡنَةٗ لِّلَّذِينَ كَفَرُواْ ﴿ "dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk menjadi cobaan bagi orang-orang kafir." Kemung-kinan yang dimaksudkan adalah kecuali untuk menyiksa mereka di akhirat dan untuk menambahkan azab mereka. Azab juga disebut fitnah sebagaimana Allah سبحانه وتعالى berfirman,
﴾ يَوۡمَ هُمۡ عَلَى ٱلنَّارِ يُفۡتَنُونَ 13 ﴿
"Pada hari mereka difitnah (disiksa) di atas neraka." (Adz-Dzariyat: 13).
Kemungkinan lain yang dimaksudkan adalah sesungguhnya berita yang Kami sampaikan kepadamu tentang jumlah mereka itu tidak lain supaya Kami mengetahui siapa yang membenarkan dan siapa yang mendustakan. Hal ini ditunjukkan oleh ayat selan-jutnya, ﴾ لِيَسۡتَيۡقِنَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ وَيَزۡدَادَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِيمَٰنٗا وَلَا يَرۡتَابَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡمُؤۡمِنُونَ ﴿ "Supaya orang-orang yang diberi al-Kitab yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi al-Kitab dan orang-orang Mukmin itu tidak ragu-ragu," yakni, agar keraguan hilang dari mereka. Tujuan-tujuan agung ini diperhatikan oleh mereka yang berakal. Tujuan-tujuan yang dimaksudkan adalah usaha untuk yakin dan bertambah iman di setiap waktu dan dalam berba-gai permasalahan-permasalahan Agama dan menangkal keraguan dan dugaan-dugaan keliru yang menghadang kebenaran, menjadi-kan wahyu yang diturunkan Allah سبحانه وتعالى pada RasulNya sebagai pe-wujud tujuan-tujuan agung ini dan untuk membedakan manakah orang-orang yang benar dan orang-orang yang berdusta. Karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَلِيَقُولَ ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ ﴿ "Dan supaya berkata orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit," yakni, ragu, syubhat dan nifak, ﴾ وَٱلۡكَٰفِرُونَ مَاذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلٗاۚ ﴿ "dan orang-orang kafir (mengatakan), 'Apa-kah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai perumpamaan'." Perkataan ini diucapkan karena ragu dan kekufuran mereka ter-hadap tanda-tanda kebesaran Allah سبحانه وتعالى. keduanya adalah petunjuk Allah سبحانه وتعالى bagi siapa saja yang diberi hidayah oleh Allah سبحانه وتعالى dan sebagai kesesatan bagi siapa saja yang disesatkan Allah سبحانه وتعالى. Karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ كَذَٰلِكَ يُضِلُّ ٱللَّهُ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِي مَن يَشَآءُۚ ﴿ "Demikianlah Allah menyesatkan orang-orang yang dikehendakiNya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendakiNya." Maka siapa pun yang diberi pe-tunjuk oleh Allah سبحانه وتعالى, Allah سبحانه وتعالى menjadikan wahyu yang diturunkan pada RasulNya sebagai rahmat untuknya serta sebagai penambah keimanan dan agamanya. Dan siapa pun yang disesatkan Allah سبحانه وتعالى, Allah سبحانه وتعالى menjadikan wahyu yang diturunkan pada RasulNya sebagai penambah penderitaan baginya, sebagai kegamangan dan kegelapan baginya.
Berita yang diwahyukan Allah سبحانه وتعالى kepada RasulNya wajib diterima, karena ﴾ وَمَا يَعۡلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَۚ ﴿ "tidak ada yang mengetahui tentara Rabbmu melainkan Dia sendiri," dari kalangan malaikat dan lainnya. Karena kalian tidak mengetahui tentaraNya dan kalian diberitahu mengenai itu oleh Dzat Yang Maha Mengetahui lagi Melihat, kalian harus membenarkan beritaNya tanpa ragu. ﴾ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكۡرَىٰ لِلۡبَشَرِ ﴿ "Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia," yakni, dan ti-daklah nasihat dan peringatan ini dimaksudkan untuk kesia-siaan dan main-main, tapi dimaksudkan sebagai peringatan bagi manu-sia terhadap apa pun yang berguna bagi mereka sehingga mereka melaksanakannya dan sebagai peringatan terhadap apa pun yang membahayakan mereka sehingga mereka tinggalkan.