At-Taubah Ayat 22
خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗاِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗٓ اَجْرٌ عَظِيْمٌ ( التوبة: ٢٢ )
Khālidīna Fīhā 'Abadāan 'Inna Allāha `Indahu 'Ajrun `Ažīmun. (at-Tawbah 9:22)
Artinya:
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sungguh, di sisi Allah terdapat pahala yang besar. (QS. [9] At-Taubah : 22)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Lebih ditegaskan lagi bahwa mereka kekal di dalamnya selama-lamanya dan tidak akan dikeluarkan dari padanya. Sungguh, di sisi Allah terdapat pahala yang besar.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Di ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang yang memperoleh karunia tersebut akan tetap tinggal di surga untuk selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah telah tersedia pahala yang sangat besar bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, terutama bagi orang-orang yang beriman, hijrah, dan berjihad dengan harta dan jiwa raganya.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Tafsir ayat ini tidak diterangkan secara terpisah pada kitab aslinya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Mereka kekal) menjadi kata keterangan dari lafal yang muqaddarah/tidak disebutkan (di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.)
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Mereka kekal di dalam surga itu dan tidak akan berpindah. Sesungguhnya di sisi Allah terdapat balasan yang besar dan pahala yang banyak.
6 Tafsir as-Saadi
"Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan Haji dan mengurus Masjidil Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah, dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zhalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah, dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Rabb mereka menggembirakan mereka dengan mem-berikan rahmat daripadaNya, keridhaan dan Surga, mereka mem-peroleh di dalamnya kesenangan yang kekal. Mereka kekal di da-lamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." (At-Taubah: 19-22).
(19) Manakala terjadi perbedaan pandangan di antara se-bagian kaum Muslimin, atau di antara sebagian kaum Muslimin dengan sebagian kaum musyrikin tentang mana yang lebih utama antara memakmurkan Masjidil Haram dengan membangunnya, shalat dan ibadah di dalamnya serta memberi minum kepada ja-maah haji, dengan iman kepada Allah dan jihad di jalanNya, maka Allah تعالى memberitahukan adanya perbedaan di antara keduanya. Dia berfirman, ﴾ أَجَعَلۡتُمۡ سِقَايَةَ ٱلۡحَآجِّ ﴿ "Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji." Yakni memberi mereka minum dari air zam-zam, sebagaimana sudah diketahui bahwa jika nama ini disebut secara mutlak maka maksudnya adalah itu, ﴾ وَعِمَارَةَ ٱلۡمَسۡجِدِ ٱلۡحَرَامِ كَمَنۡ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلۡيَوۡمِ ٱلۡأٓخِرِ وَجَٰهَدَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ لَا يَسۡتَوُۥنَ عِندَ ٱللَّهِۗ ﴿ "dan mengurus Masjidil Haram, kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah", jihad dan iman kepada Allah lebih utama dengan banyak derajat daripada memakmurkan Masjidil Haram dan memberi minum air zam-zam kepada jamaah, karena iman adalah dasar agama, dengannya amal ibadah diterima dan sifat-sifat menjadi suci bersih. Adapun jihad di jalan Allah, maka ia adalah puncak tertinggi agama Islam, yang dengannya agama Islam terjaga dan tersebar luas, dan dengannya kebenaran dimenangkan dan kebatilan dicampakkan. Adapun memakmurkan Masjidil Ha-ram dan memberi minum untuk jamaah, walaupun ia adalah amal shalih, akan tetapi ia bergantung kepada iman, dan tidak terdapat padanya kemaslahatan seperti yang ada pada iman dan jihad di jalanNya, oleh karena itu Dia berfirman, ﴾ لَا يَسۡتَوُۥنَ عِندَ ٱللَّهِۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "Mereka tidak sama di sisi Allah, dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zhalim." Yakni orang-orang yang sifat mereka adalah kezhaliman, yang tidak layak menerima sedikit pun kebaikan, justru tidak ada yang layak bagi mereka kecuali keburukan.
(20) Kemudian Allah secara jelas menyatakan keutamaan seraya berfirman, ﴾ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ ﴿ "Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda", dengan berinfak untuk jihad dan menyiapkan mujahidin ﴾ وَأَنفُسِهِمۡ ﴿ "dan diri mereka", dengan keluar perang dengan jiwa, ﴾ أَعۡظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ ﴿ "adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah, dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan." Yakni tidak akan mendapatkan apa yang diharapkan dan tidak akan selamat dari yang ditakutkan kecuali orang yang memiliki sifat seperti mereka dan berakhlak dengan akhlak mereka.
(21) ﴾ يُبَشِّرُهُمۡ رَبُّهُم ﴿ "Rabb mereka menggembirakan mereka", sebagai rahmat, kemurahan, kebaikan, perhatian, dan kecintaan dariNya untuk mereka ﴾ بِرَحۡمَةٖ مِّنۡهُ ﴿ "dengan memberikan rahmat dari-padaNya." Dengannya Dia menghilangkan keburukan-keburukan dan menyampaikan kepada mereka semua kebaikan, ﴾ وَرِضۡوَٰنٖ ﴿ "ke-ridhaan" dariNya تعالى yang merupakan kenikmatan surga paling besar dan paling utama. Dia memberikan keridhaanNya, maka Dia tidak murka kepada mereka selamanya. ﴾ وَجَنَّٰتٖ لَّهُمۡ فِيهَا نَعِيمٞ مُّقِيمٌ ﴿ "Dan Surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal." Dari semua yang diinginkan oleh jiwa, yang dinikmati oleh mata yang tidak diketahui sifat dan kadarnya kecuali oleh Allah تعالى yang di antaranya adalah bahwa Allah menyediakan bagi para mujahidin di jalanNya seratus derajat, antara satu derajat dengan yang lainnya seperti antara langit dan bumi, seandainya semua makhluk berkum-pul dalam satu derajat surga niscaya satu derajat surga itu menca-kupi mereka.
(22) ﴾ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًاۚ ﴿ "Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya." Mereka tidak berpindah darinya dan tidak mau meninggalkannya. ﴾ إِنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥٓ أَجۡرٌ عَظِيمٞ ﴿ "Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar." Banyaknya karunia Allah, kebesaran dan kebaikanNya tidaklah mengherankan atas Dzat yang cukup berkata kepada sesuatu, de-ngan Kun fayakun (jadilah, maka jadilah ia).