Al-Balad Ayat 20
عَلَيْهِمْ نَارٌ مُّؤْصَدَةٌ ࣖ ( البلد: ٢٠ )
`Alayhim Nārun Mu'uşadatun. (al-Balad 90:20)
Artinya:
Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat. (QS. [90] Al-Balad : 20)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat dari semua sisinya. Tidak ada jalan keluar bagi mereka dari neraka itu dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk sekadar beristirahat dari siksanya.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Mereka yang ingkar tidak mau melaksanakan pekerjaan-pekerjaan besar dan sulit itu. Mereka disebut ashabul-masy'amah, yaitu golongan kiri. Tempat mereka adalah neraka yang tertutup rapat, sehingga neraka begitu luar biasa panasnya. Mereka itu tentu akan sangat menderita di dalamnya. Dengan demikian, ia menemukan kesulitan hidup yang tiada taranya di akhirat, tidak sebanding dengan kesulitan mengerjakan perbuat-perbuatan baik waktu di dunia.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
{أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْمَيْمَنَةِ}
Mereka adalah golongan kanan. (Al-Balad: 18)
Yaitu orang-orang yang memiliki sifat-sifat tersebut di atas adalah golongan kanan. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
{وَالَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا هُمْ أَصْحَابُ الْمَشْأَمَةِ}
Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri. (Al-Balad: 19)
Yakni termasuk golongan kiri.
{عَلَيْهِمْ نَارٌ مُؤْصَدَةٌ}
Mereka berada dalam neraka yang ditutup rapat. (Al-Balad: 20)
Mereka dimasukkan ke dalamnya, lalu ditutup rapat-rapat sehingga tidak ada jalan selamat bagi mereka dan tidak pula ada jalan keluar bagi mereka darinya.
Abu Hurairah, Ibnu Abbas, Ikrimah, Sa'id ibnu Jubair, Mujahid, Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi, Atiyyah Al-Aufi, Al-Hasan, Qatadah, dan As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makiia firman Allah Swt.: yang ditutup rapat. (Al-Balad: 20) Maksudnya, ditutup rapat; Ibnu Abbas mengatakan bahwa semua pintunya ditutup. Mujahid mengatakan bahwa asuddul bab dengan dialek Quraisy artinya aku menutup pintu. Hal ini kelak akan dijelaskan hadis yang menerangkannya dalam tafsir surat Al-Humazah.
Ad-Dahhak mengatakan bahwa firman-Nya: yang ditutup rapat. (Al-Balad: 20) Yakni diberi tembok di sekelilingnya, tidak ada jalan keluar darinya.
Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: yang ditutup rapat. (Al-Balad: 20) Yaitu tertutup rapat, sehingga tidak ada cahaya, tidak ada celah, dan tidak ada pula jalan keluar darinya untuk selama-lamanya.
Abu Imran Al-Juni mengatakan bahwa apabila hari kiamat terjadi, maka Allah Swt. memerintahkan kepada Malaikat Zabaniyah untuk menghimpunkan semua orang yang bertindak sewenang-wenang dan semua setan serta semua orang yang dahulunya ketika di dunia kejahatan-nya ditakuti oleh manusia. Lalu mereka diikat dengan rantai besi. Kemudian Allah memerintahkan (kepada malaikat-Nya) untuk memasukkan mereka ke dalam neraka Jahanam, setelah itu neraka Jahanam ditutup rapat-rapat menyekap mereka di dalamnya.
Abu Imran Al-Juni melanjutkan, bahwa maka demi Allah, telapak kaki mereka sama sekali tidak dapat menetap selama-lamanya. Dan demi Allah, mereka di dalam neraka Jahanam sama sekali tidak dapat melihat langit selama-lamanya. Dan demi Allah, kelopak mata mereka sama sekali tidak dapat dikatupkan dan tidak dapat merasakan tidur untuk selama-lamanya. Dan demi Allah, mereka di dalamnya sama sekali tidak pernah merasakan sejuknya minuman untuk selama-lamanya. Demikianiah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
4 Tafsir Al-Jalalain
(orang-orang kiri itu berada dalam neraka yang ditutup rapat) dapat dibaca Mu'shadah dan Muushadah, artinya neraka yang tertutup rapat.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Mereka akan mendapatkan neraka yang pintu-pintunya tertutup rapat.
6 Tafsir as-Saadi
"Aku benar-benar bersumpah dengan kota ini (Makkah). Dan kamu (Muhammad) bertempat di kota Makkah ini. Dan demi bapak dan anaknya. Sungguh Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorang pun yang berkuasa atasnya? Dia mengatakan, 'Aku telah menghabiskan harta yang banyak.' Apakah dia me-nyangka bahwa tiada seorang pun yang melihatnya? Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan, tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahu-kah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (Yaitu) me-lepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir. Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan dengan kesabaran dan saling berpesan dengan kasih sayang. Mereka (orang-orang yang beriman dan saling berpesan itu) adalah golongan kanan. Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, mereka itu adalah golongan kiri. Mereka berada dalam neraka yang tertutup rapat." (Al-Balad: 1-20).
Makkiyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang."
(1-3) Allah سبحانه وتعالى bersumpah ﴾ بِهَٰذَا ٱلۡبَلَدِ ﴿ "dengan kota ini," yang aman, yaitu Makkah al-Mukarramah. Negeri paling mulia secara mutlak, khususnya pada saat munculnya Rasulullah a di negeri itu. ﴾ وَوَالِدٖ وَمَا وَلَدَ ﴿ "Dan demi bapak dan anaknya," yaitu Adam dan ketu-runannya.
(4-7) Yang menjadi obyek sumpah adalah Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِي كَبَدٍ ﴿ "Sungguh Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah." Kemungkinan yang dimaksudkan adalah se-gala kesusahan yang menderanya ketika berada di dunia, di alam barzakh dan pada hari berlakunya kesaksian. Seharusnya manusia mengerjakan perbuatan yang bisa membuatnya terbebas dari berbagai kesusahan itu dan mengharuskannya berbahagia selama-lamanya. Bila ia tidak mengerjakannya, berarti ia senantiasa didera siksaan berat selama-lamanya.
Kemungkinan lain, makna ayat ini adalah Allah سبحانه وتعالى mencipta-kan manusia dalam bentuk dan wujud yang paling sempurna yang membuatnya mampu berbuat apa saja serta mengerjakan perbuat-an-perbuatan berat. Meski demikian, manusia tetap saja tidak mau bersyukur kepada Allah سبحانه وتعالى atas nikmat yang agung itu. Bahkan ia merasa sombong karena diberi kesehatan serta bersikap angkuh terhadap Penciptanya. Dengan kebodohan dan kezhalimannya, ia mengira kondisi itu akan bertahan lama baginya dan dikira kekua-saannya untuk bertindak tidak akan hilang darinya. Karena itulah Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ أَيَحۡسَبُ أَن لَّن يَقۡدِرَ عَلَيۡهِ أَحَدٞ ﴿ "Apakah manusia itu me-nyangka bahwa sekali-kali tiada seorang pun yang berkuasa atasnya," hingga ia pun bertindak melampaui batas dan merasa bangga atas harta yang dibelanjakan untuk keinginan-keinginan dirinya lalu berkata, ﴾ أَهۡلَكۡتُ مَالٗا لُّبَدًا ﴿ "Aku telah menghabiskan harta yang banyak," yakni yang amat banyak. Allah سبحانه وتعالى menyebut membelanjakan harta untuk keinginan syahwat dan maksiat dengan kata membinasakan, karena orang yang membelanjakan tersebut tidak mendapatkan guna dari harta yang dibelanjakan. Hanya ada penyesalan, kerugian, kelelahan, dan kekurangan yang didapatkan. Tidak sama seperti orang yang membelanjakan hartanya dalam keridhaan Allah سبحانه وتعالى dan untuk kebajikan. Karena orang tersebut pada hakikatnya melaku-kan perdagangan dengan Allah سبحانه وتعالى dan mendapatkan keuntungan berlipat-lipat dari harta yang dibelanjakannya.
Allah سبحانه وتعالى berfirman mengancam orang yang bangga terhadap harta yang dibelanjakan dalam kesenangan, ﴾ أَيَحۡسَبُ أَن لَّمۡ يَرَهُۥٓ أَحَدٌ ﴿ "Apa-kah dia menyangka bahwa tiada seorang pun yang melihatnya," yakni apakah ia mengira dengan melakukan hal itu Allah سبحانه وتعالى tidak meli-hatnya dan tidak memperhitungkan atas perbuatan yang kecil dan yang besar? Allah سبحانه وتعالى melihatnya, mencatat perbuatannya dan me-nugaskan para malaikat pencatat amal perbuatan untuk menulis kebajikan dan keburukan yang ia kerjakan.
(8-10) Kemudian Allah سبحانه وتعالى menegaskannya dengan berbagai nikmat seraya berfirman, ﴾ أَلَمۡ نَجۡعَل لَّهُۥ عَيۡنَيۡنِ 8 وَلِسَانٗا وَشَفَتَيۡنِ 9 ﴿ "Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah, dan dua buah bibir," untuk keindahan, penglihatan, untuk berbicara, dan manfaat-manfaat penting lainnya. Semua ini adalah kenikmatan dunia.
Selanjutnya Allah سبحانه وتعالى berfirman tentang kenikmatan agama, ﴾ وَهَدَيۡنَٰهُ ٱلنَّجۡدَيۡنِ ﴿ "Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan," yaitu jalan kebaikan dan keburukan. Kami menjelaskan antara petunjuk dan kesesatan padanya. Kenikmatan-kenikmatan besar ini mengharuskan manusia untuk menunaikan hak-hak Allah سبحانه وتعالى serta bersyukur atas segala nikmatNya, serta tidak digunakan untuk mendurhakai Allah سبحانه وتعالى.
(11) Tapi orang itu tidak melakukannya, ﴾ فَلَا ٱقۡتَحَمَ ٱلۡعَقَبَةَ ﴿ "tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar," yaitu tidak menem-puh dan menyeberanginya, karena ia mengikuti hawa nafsunya, dan jalan tersebut amat sukar baginya.
(12-16) Kemudian kesukaran di atas dijelaskan oleh Fir-manNya, ﴾ فَكُّ رَقَبَةٍ ﴿ "(Yaitu) melepaskan budak dari perbudakan," yakni membebaskannya dari perbudakan atau membantunya melunasi angsurannya untuk membebaskan diri dari perbudakan. Dan tentu lebih utama lagi membebaskan tawanan Muslim dari tangan orang-orang kafir. ﴾ أَوۡ إِطۡعَٰمٞ فِي يَوۡمٖ ذِي مَسۡغَبَةٖ ﴿ "Atau memberi makan pada hari kela-paran," yaitu pada hari kelaparan hebat dengan memberi makanan pada saat diperlukan untuk orang yang memerlukan, ﴾ يَتِيمٗا ذَا مَقۡرَبَةٍ ﴿ "(kepada) anak yatim yang memiliki kerabat," yakni menyatukan antara kondisi sebagai anak yatim, fakir, dan masih kerabat, ﴾ أَوۡ مِسۡكِينٗا ذَا مَتۡرَبَةٖ ﴿ "atau orang miskin yang sangat fakir," yakni amat memerlukan uluran tangan dan terpaksa.
(17) ﴾ ثُمَّ كَانَ مِنَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ﴿ "Dan dia (tidak pula) termasuk orang-orang yang beriman," dan mengerjakan perbuatan-perbuatan baik.[144] Yakni, beriman dengan hati mereka kepada apa-apa yang wajib diimani dan mengerjakan amal baik dengan anggota badan. Dan semua perkataan dan perbuatan wajib dan yang dianjurkan ter-masuk dalam hal ini.
﴾ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ ﴿ "Dan saling berpesan dengan kesabaran," untuk taat pada Allah سبحانه وتعالى dan menjauhi kemaksiatan serta bersabar atas keten-tuan-ketentuanNya yang tidak berkenan, dengan saling mendo-rong satu sama lain untuk tunduk pada ketentuan Allah سبحانه وتعالى serta menunaikannya dengan sempurna, lapang dada serta dengan ke-tenangan jiwa. ﴾ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡمَرۡحَمَةِ ﴿ "Dan saling berpesan dengan kasih sayang" terhadap manusia dengan membantu mereka yang memerlukan uluran tangan, mengajari mereka yang tidak tahu, menunaikan apa saja yang mereka perlukan dari segala sisinya, serta membantu mereka untuk kepentingan-kepentingan dunia dan akhirat, men-cintai untuk mereka seperti halnya untuk diri sendiri serta mem-benci atas mereka seperti halnya atas diri sendiri.
(18) ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ ﴿ "Mereka itu," yakni orang-orang yang menunai-kan sifat-sifat tersebut adalah mereka yang diberi taufik oleh Allah سبحانه وتعالى untuk menempuh jalan yang sukar itu. Mereka adalah ﴾ أَصۡحَٰبُ ٱلۡمَيۡمَنَةِ ﴿ "golongan kanan," karena mereka menunaikan hak-hak Allah سبحانه وتعالى dan hak-hak manusia yang diperintahkan serta meninggalkan apa pun yang dilarang. Inilah tanda-tanda kebahagiaan.
(19-20) ﴾ وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ بِـَٔايَٰتِنَا ﴿ "Dan orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami," dengan mencampakkan hal-hal ini di balik punggung mereka (tidak menghiraukan) dan tidak membenarkan Allah سبحانه وتعالى, tidak beriman padaNya, tidak melakukan amal baik dan tidak bersikap kasih sayang terhadap hamba-hamba Allah سبحانه وتعالى, mereka itulah ﴾ أَصۡحَٰبُ ٱلۡمَشۡـَٔمَةِ 19 عَلَيۡهِمۡ نَارٞ مُّؤۡصَدَةُۢ 20 ﴿ "golongan kiri, mereka berada dalam neraka yang tertutup rapat," yakni tertutup. Berada di tempat yang amat luas yang terbentang dari belakangnya agar pintu-pintunya tidak terbuka hingga mereka berada dalam kesempitan, kesedihan, dan kesusahan.
Dan segala puji bagi Allah سبحانه وتعالى semata. 9