"Alif, lam ra. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang, dengan izin Rabb mereka (yaitu) menuju jalan Rabb Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji. Allah yang me-miliki segala apa yang di langit dan di bumi. Dan celakalah orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih. (Yaitu) orang-orang yang lebih menyukai kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat, dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah dan mengingin-kan agar jalan Allah itu bengkok. Mereka itu berada dalam kese-satan yang jauh." (Ibrahim: 1-3).
Makkiyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang"
(1-2) Allah تعالى memberitahukan bahwa Dia telah menurunkan kitabNya kepada RasulNya Muhammad, demi kemaslahatan para makhluk. Yaitu untuk mengentaskan manusia dari kegelapan ke-bodohan, kekufuran, dan perangai-perangai yang buruk serta be-ragam maksiat menuju cahaya ilmu, iman dan akhlak yang baik.
Firman Allah ﴾ بِإِذۡنِ رَبِّهِمۡ ﴿ "dengan izin Rabb mereka", maksud-nya tidak akan terwujud hal yang mereka sukai karena (mencari ridha) Allah, melainkan dengan kehendak dan pertolongan dari Allah. Hal ini mengandung anjuran bagi para hamba untuk meminta bantuan kepada Rabb mereka. Kemudian Allah menerangkan arti 'cahaya' yang mana kitab ini memberi petunjuk mereka kepada cahaya itu seraya berfirman, ﴾ إِلَىٰ صِرَٰطِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَمِيدِ ﴿ "(yaitu) menuju jalan Rabb Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji," maksudnya jalan yang menghubungkan kepadaNya dan ke kampung kemuliaan-Nya, yang mencakup penguasaan ilmu kebenaran dan pengamalan-nya.
Dalam penyebutan nama Allah al-'Aziz dan al-Hamid (Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji) sesudah penyebutan jalan yang menghubungkan menuju kemuliaanNya secara implisit, terkandung isyarat bahwa siapa saja yang menelusurinya (jalan tersebut), maka dia akan menjadi orang yang penuh kemuliaan dengan kemuliaan dari Allah, insan yang kuat meskipun tanpa pendukung kecuali Allah, terpuji dalam segala urusannya, dan akhir hidupnya pun baik. Itu semua sungguh membuktikan bahwa jalan Allah menjadi salah satu bukti kuat tentang kepemilikan Allah atas sifat-sifat yang sem-purna dan agung, dan bahwa Dzat yang menegakkan jembatan tersebut adalah Dzat yang mempunyai kekuasaan yang kuat, terpuji dalam setiap ucapan, tindakan dan ketetapan hukumNya, dan bah-wa Dia diibadahi dengan berbagai jenis ibadah yang merupakan anak tangga menuju Sirath al-Mustaqim. Dan bahwa sebagaimana Allah menguasai kerajaan langit dan bumi, dalam aspek penciptaan, pemberian rizki dan pengaturan, maka Dia juga menguasai hak penetapan hukum atas hamba-hambaNya dengan hukum-hukum agama. Sebab mereka adalah milikNya, dan tidak sepantasnya bagi Allah membiarkan mereka begitu saja dengan sia-sia.
Usai menerangkan dalil dan buktinya, maka Allah mengan-cam orang-orang yang tidak patuh terhadap ketentuan tersebut. Allah berfirman, ﴾ وَوَيۡلٞ لِّلۡكَٰفِرِينَ مِنۡ عَذَابٖ شَدِيدٍ ﴿ "Dan celakalah orang-orang kafir karena siksaan yang sangat pedih", yang tidak bisa diper-kirakan kadar tingkat (kepedihan)nya dan tidak bisa dideskripsi-kan hakikat siksaanNya.
(3) Berikutnya, Allah menceritakan sifat-sifat mereka. Me-reka adalah orang-orang yang menyukai ﴾ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا عَلَى ٱلۡأٓخِرَةِ ﴿ "ke-hidupan dunia daripada kehidupan akhirat." Mereka begitu gandrung kepadanya dan merasa tentram dengannya serta melalaikan akhirat. ﴾ وَيَصُدُّونَ ﴿ "Dan menghalang-halangi", orang-orang ﴾ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ﴿ "dari jalan Allah", yang mana Allah telah menentukannya bagi hamba-hambaNya dan menjelaskannya di dalam kitab-kitabNya melalui penjelasan para RasulNya. Mereka itu telah menentang Pelindung mereka dengan perseteruan dan peperangan ﴾ وَيَبۡغُونَهَا ﴿ "dan mengingin-kan agar jalan itu" yaitu jalan Allah ﴾ عِوَجًاۚ ﴿ "bengkok." Mereka begitu semangat berupaya memperburuk citranya dan mendiskreditkan-nya untuk tujuan menjauhkan (orang-orang) darinya. Tetapi Allah enggan (berkehendak) kecuali untuk menyempurnakan cahaya-Nya, kendatipun orang-orang kafir benci. ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ ﴿ "Mereka itu", orang-orang yang telah disebutkan karakteristiknya ﴾ فِي ضَلَٰلِۭ بَعِيدٖ ﴿ "berada dalam kesesatan yang jauh", karena mereka telah sesat dan menyesatkan (orang lain) serta menantang dan memusuhi Allah dan RasulNya. Apakah ada bentuk kesesatan yang lebih parah dari ini? Sedangkan orang-orang yang beriman, jelas berbeda dengan mereka, mereka mengimani Allah dan ayat-ayatNya, lebih mencintai akhirat daripada dunia, menyeru kepada jalan Allah serta berupaya menggambarkannya dengan citra yang baik semampu mereka dan menjelaskan unsur konsistensinya.