An-Nahl Ayat 40
اِنَّمَا قَوْلُنَا لِشَيْءٍ اِذَآ اَرَدْنٰهُ اَنْ نَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ ࣖ ( النحل: ٤٠ )
'Innamā Qawlunā Lishay'in 'Idhā 'Aradnāhu 'An Naqūla Lahu Kun Fayakūnu. (an-Naḥl 16:40)
Artinya:
Sesungguhnya firman Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu. (QS. [16] An-Nahl : 40)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Tidak sulit bagi Allah untuk melakukan apa saja yang dikehendakiNya, tidak terkecuali membangkitkan manusia pada hari Kiamat. Allah menyatakan, "Sesungguhnya firman Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya terjadi, Kami hanya mengatakan kepadanya, "Jadilah!" Maka jadilah sesuatu itu sesuai kehendak dan sunah Kami. Semudah itulah Kami mewujudkan apa yang Kami kehendaki.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Allah swt menerangkan bahwa kekuasaan-Nya tidak terbatas dan tidak dapat dibatasi sedikit pun oleh semua makhluk, baik yang di langit maupun yang di bumi. Allah swt menyatakan bahwa apabila ia berkehendak untuk menghidupkan orang yang mati, Ia cukup mengatakan kepadanya, "Jadilah." Jadilah ia sesuai dengan kehendak Allah itu.
Pada ayat lain, Allah swt menerangkan bahwa terwujudnya sesuatu yang dikehendaki itu tidaklah memerlukan waktu yang lama, akan tetapi cukup dalam waktu yang singkat.
Allah swt berfirman:
Dan perintah Kami hanyalah (dengan) satu perkataan seperti kejapan mata. (al-Qamar/54: 50)
Allah juga menjelaskan bahwa membangkitkan orang-orang yang telah mati bagi-Nya sama halnya dengan menciptakan satu jiwa.
Allah swt berfirman:
Menciptakan dan membangkitkan kamu (bagi Allah) hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa saja (mudah). Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat. (Luqman/31: 28)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Dan dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepadanya, "Jadilah.” Maka jadilah ia.
Artinya, Kami tinggal memerintahkan kepadanya sekali perintah, maka dengan serta merta hal itu telah ada. Sehubungan dengan hal ini, salah seorang penyair mengatakan dalam salah satu baitnya:
Apabila Allah menghendaki suatu urusan, maka sesungguhnya
Dia hanya berkata kepadanya, "Jadilah kamu, " dengan sekali perkataan, maka jadilah ia.
Dengan kata lain, Allah tidak memerlukan penegasan apa pun dalam perintah-Nya untuk mengadakan sesuatu. Karena sesungguhnya tiada sesuatu pun yang dapat mencegah kehendak-Nya dan tiada sesuatu pun yang dapat menentang-Nya, sebab hanya Dia sematalah Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahabesar, segala sesuatu tunduk di bawah kekuasaan dan keagungan-Nya. Maka tidak ada Tuhan selain Dia dan tidak ada Rabb kecuali hanya Dia semata.
Ibnu Abu Hatim mengatakan bahwa Al-Hasan ibnu Muhammad ibnus Sabbah pernah mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Hajjaj, dari Ibnu Juraij, telah menceritakan kepadaku Ata yang pernah mendengar Abu Hurairah r.a. mengatakan bahwa Allah Swt. berfirman (dalam hadis Qudsi-Nya): Anak Adam mencaci-Ku, padahal tidaklah layak baginya mencaciKu. Anak Adam mendustakan Aku, padahal tidak layak baginya mendustakan Aku. Adapun pendustaannya kepada-Ku ialah: Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh, "Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati" (An Nahl:38). Maka Aku berfirman, "(Tidak demikian) bahkan (pasti Allah akan membangkitkannya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (An Nahl:38). Adapun caciannya terhadap-Ku ialah ucapannya yang mengatakan, "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga " (Al Maidah:73). Maka Aku berfirman, "Katakanlah. 'Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak pula seorangpun yang setara dengan Dia' (Al-Ikhlas: 1 - 4).'"
Demikianlah menurut apa yang diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim secara mauquf. tetapi hadis ini dalam kitab Sahihain berpredikat marfu dengan lafaz yang lain.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya) artinya Kami berkehendak untuk mengadakannya. Lafal qaulunaa adalah mubtada sedangkan khabarnya ialah (Kami hanya mengatakan kepadanya, "Jadilah," maka jadilah ia) artinya, maka sesuatu yang dikehendaki-Nya itu ada seketika. Menurut qiraat lafal fayakuunu dibaca nashab sehingga menjadi fayakuuna karena diathafkan kepada lafal naquula. Ayat ini menunjukkan makna menetapkan kekuasaan Allah di dalam membangkitkan makhluk.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Tidak sulit bagi Kami untuk membangkitkan manusia pada hari kiamat sehingga orang-orang kafir memungkirinya. Karena jika Kami menghendaki sesuatu, cukuplah Kami mengatakan, "Jadilah!" maka jadilah sesuai yang Kami kehendaki itu.
6 Tafsir as-Saadi
"Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sungguh, 'Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati.' (Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkit-kannya), sebagai suatu janji yang benar dari Allah, akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui. Agar Allah menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu, dan agar orang-orang kafir itu mengetahui bahwasanya mereka adalah orang-orang yang berdusta. Sesungguhnya perkataan Kami terhadap sesuatu apabila Kami menghendakinya, Kami hanya mengatakan kepada-nya, 'Kun (jadilah),' maka jadilah ia." (An-Nahl: 38-40).
(38) Allah تعالى memberitahukan kondisi kaum musyrikin yang mendustakan RasulNya bahwasanya mereka, ﴾ وَأَقۡسَمُواْ بِٱللَّهِ جَهۡدَ أَيۡمَٰنِهِمۡ ﴿ "bersumpah dengan nama Allah dengan sumpahnya yang sungguh-sung-guh," maksudnya mereka bersumpah dengan berbagai bentuk sum-pah yang kuat lagi tegas untuk mendustakan Allah, bahwa Allah tidak akan membangkitkan orang-orang yang sudah mati, lagi tidak mampu menghidupkan mereka sesudah menjadi debu. Allah ber-firman untuk menampik pernyataan dusta mereka, ﴾ بَلَىٰ ﴿ "(Tidak demikian), bahkan (pasti Allah akan membangkitkannya)," Dia akan mem-bangkitkan mereka dan menghimpun mereka di hari yang tidak diragukan lagi (kedatangannya). ﴾ وَعۡدًا عَلَيۡهِ حَقّٗا ﴿ "Sebagai suatu janji yang benar dari Allah," Dia tidak mengingkari dan merubahnya, ﴾ وَلَٰكِنَّ أَكۡثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعۡلَمُونَ ﴿ "akan tetapi kebanyakan manusia tiada menge-tahui," di antara contoh kebodohan mereka yang parah, adalah peng-ingkaran mereka terhadap Hari Kebangkitan dan Pembalasan.
(39-40) Kemudian Allah menyebutkan hikmah kenapa di-adakan Hari Pembalasan dan Hari Kebangkitan. Allah berfirman, ﴾ لِيُبَيِّنَ لَهُمُ ٱلَّذِي يَخۡتَلِفُونَ فِيهِ ﴿ "Agar Allah menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu," berupa persoalan-persoalan yang besar dan kecil. Allah menjelaskan hakikat (kebenarannya) dan memaparkan-nya, ﴾ وَلِيَعۡلَمَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَنَّهُمۡ كَانُواْ كَٰذِبِينَ ﴿ "dan agar orang-orang kafir itu me-ngetahui bahwasanya mereka adalah orang-orang yang berdusta," sampai akhirnya mereka menyaksikan amalan-amalan mereka sebagai pe-nyesalan bagi diri mereka. Tuhan-tuhan sesembahan mereka yang dahulu mereka seru (diibadahi) bersama dengan Allah tidaklah ber-manfaat sama sekali ketika telah datang keputusan Rabbmu. Dan tatkala mereka menyaksikan sesembahan-sesembahan mereka men-jadi kayu bakar bagi Neraka Jahanam, saat matahari dan bulan di-gulung, dan bintang-bintang berhamburan dan saat sesembahan itu telah jelas bahwa ia adalah hamba yang tunduk lagi membutuh-kan bantuan Allah dalam setiap kondisi –sementara hal itu bukan merupakan perkara yang sulit atau pelik bagi Allah– maka di sisi yang lain, apabila Dia menghendaki sesuatu, niscaya Dia (cukup) berfirman, ﴾ كُن فَيَكُونُ ﴿ 'Jadilah, maka akan terjadi' tanpa ada ada per-lawanan atau pencegahan. Bahkan benar-benar akan terjadi persis seperti yang diinginkan dan dikehendakiNya.