"Maka Maryam mengandungnya, lalu dia menyisihkan diri dengan kandungannya itu ke tempat yang jauh. Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksanya (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata, 'Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan.' Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, 'Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Rabbmu telah men-jadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menjatuhkan buah kurma yang masak kepadamu. Maka makan, minum dan ber-senang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah, 'Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Dzat Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini'." (Maryam: 22-26).
(22) Saat Maryam mengandung Isa عليه السلام, dia khawatir akan menghadapi celaan, maka dia pun menjauh dari manusia ke tempat yang terpencil.
(23) Ketika masa kelahiran sudah dekat, rasa sakit menje-lang persalinan memaksanya bersandar pada pangkal pohon kurma. Tatkala dia mulai didera rasa sakit (menjelang) melahirkan, perih-nya jauh dari makanan dan minuman, pedihnya hatinya karena komentar miring orang banyak, dan mencemaskan kemampuan-nya untuk bersabar, maka dia berandai-andai, bahwa dia mati sebelum mengalami kejadian ini, hingga menjadi tak berarti lagi dilupakan (oleh manusia), dan tidak disebut-sebut (lagi). Pengan-daian itu bertolak dari kondisi yang merisaukan(nya) tadi, padahal tidak ada nilai kebaikan dan kemaslahatan sama sekali baginya saat menginginkan kematian itu. Kebaikan hanya terwujud dengan menghargai apa yang telah terjadi.
(24) Ketika itu, malaikat datang menenangkan rasa kekha-watirannya dan meneguhkan hati serta memanggilnya dari bawah. Mungkin saja malaikat berada di tempat yang lebih rendah dari-pada tempat Maryam. Malaikat mengatakan, "Janganlah engkau bersedih hati ! Maksudnya janganlah engkau mengeluh dan jangan pula menghiraukan (keadaanmu). ﴾ قَدۡ جَعَلَ رَبُّكِ تَحۡتَكِ سَرِيّٗا 24 ﴿ "Sesungguh-nya Rabbmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu," maksudnya sebuah sungai yang bisa engkau minum airnya.
(25) ﴾ وَهُزِّيٓ إِلَيۡكِ بِجِذۡعِ ٱلنَّخۡلَةِ تُسَٰقِطۡ عَلَيۡكِ رُطَبٗا جَنِيّٗا 25 ﴿ "Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menjatuh-kan buah kurma yang masak kepadamu," yaitu kurma yang segar, lezat, dan bermanfaat.
(26) ﴾ فَكُلِي ﴿ "Maka makanlah," dari kurma itu ﴾ وَٱشۡرَبِي ﴿ "dan minumlah," dari (air) sungai itu ﴾ وَقَرِّي عَيۡنٗاۖ ﴿ "bersenang hatilah kamu," dengan kehadiran Nabi Isa عليه السلام. Ini adalah pelipur lara baginya, dari sisi selamat (terhindar) dari rasa sakit saat melahirkan, dan memperoleh makan dan minum serta ketenangan. Sedangkan (penghibur) baginya dari masalah ejekan manusia, maka Allah memerintahkannya (jika melihat seseorang) agar mengatakan dengan bahasa isyarat, ﴾ إِنِّي نَذَرۡتُ لِلرَّحۡمَٰنِ صَوۡمٗا ﴿ "Sesungguhnya aku telah bernadzar berpuasa untuk Dzat Yang Maha Pemurah," maksudnya bernadzar untuk diam ﴾ فَلَنۡ أُكَلِّمَ ٱلۡيَوۡمَ إِنسِيّٗا 26 ﴿ "maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini," maksudnya, janganlah engkau mengajak mereka berbicara agar engkau bisa selamat dari perkataan dan omongan mereka. Pada saat itu, sudah dimaklumi bahwa diam merupakan sejenis ibadah yang disyari'at-kan. Maryam tidak diperintahkan untuk berbincang-bincang de-ngan mereka dalam rangka menepis tuduhan dari dirinya, karena masyarakat tidak mempercayainya, dan tidak ada manfaatnya, serta supaya rehabilitasi namanya melalui penjelasan Nabi Isa saat masih dalam ayunan menjadi kesaksian yang paling kuat atas kesuciannya. Karena, sesungguhnya kemunculan seorang wanita dengan membawa anak tanpa memiliki suami dan mengaku bahwa si anak bukan berasal dari seseorang (lelaki), termasuk bualan ko-song yang besar, yang meskipun telah dihadirkan beberapa saksi, niscaya si wanita itu tidak akan dipercayai. Lalu, Allah menjadikan bukti kejadian luar biasa ini dengan peristiwa yang serupa (luar biasa pula), yaitu ucapan Nabi Isa pada saat masih mungil sekali.
Oleh karena itu, Allah berfirman,