Maryam Ayat 67
اَوَلَا يَذْكُرُ الْاِنْسَانُ اَنَّا خَلَقْنٰهُ مِنْ قَبْلُ وَلَمْ يَكُ شَيْـًٔا ( مريم: ٦٧ )
'Awalā Yadhkuru Al-'Insānu 'Annā Khalaqnāhu Min Qablu Wa Lam Yaku Shay'āan. (Maryam 19:67)
Artinya:
Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, padahal (sebelumnya) dia belum berwujud sama sekali? (QS. [19] Maryam : 67)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Demikianlah keingkaran orang-orang kafir. Tidakkah manusia yang ingkar itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu sebelum dilahirkan, padahal sebelumnya dia belum berwujud sama sekali? Bila dia menyadari hal itu, niscaya dia mengetahui bahwa dia telah diciptakan dan Pencipta itu adalah Allah.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Al-Wahidi meriwayatkan bahwa ayat ini diturunkan dalam kasus Ubay bin Khalaf. Dia mengambil sepotong tulang yang telah hampir remuk dan dihancurkannya dengan tangan seperti tepung, kemudian ditebarkannya ke angin kencang, maka bertebaranlah tulang itu. Kemudian dia berkata, "Ada orang mengatakan bahwa kita akan dibangkitkan sesudah kita mati dan sesudah kita menjadi seperti tulang ini." Apakah mungkin apabila saya telah mati akan dibangkitkan dan dihidupkan kembali? Pertanyaan seperti itu terdapat pula pada ayat-ayat yang lain:
Dan mereka berkata, "Apabila kami sudah mati, menjadi tanah dan tulang-belulang, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali?"
(al-Waqi'ah/56: 47)
Dan firman-Nya:
Dan mereka berkata, "Apabila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?" (al-Isra`/17: 49)
Demikian pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oleh orang yang dangkal pikirannya dan tidak mau memikirkan secara mendalam kekuasaan Allah, karena mata hati mereka telah ditutupi oleh kesesatan dan kesenangan hidup dunia, sehingga tidak tampak lagi bagi mereka cahaya kebenaran yang terang benderang. Oleh sebab itu Allah menolak pertanyaan-pertanyaan mereka. Apakah manusia yang berpikiran seperti itu tidak pernah tahu bahwa Allah telah menciptakannya dari tiada. Apakah ada yang dapat menciptakan sesuatu dari tiada, dapat pula menciptakannya dari sesuatu yang ada walaupun berupa tulang belulang atau benda-benda yang hancur. Ini adalah suatu pemikiran yang aneh yang tidak akan timbul kecuali dari orang-orang yang hatinya telah diselubungi oleh keingkaran dan tidak mau memikirkan persoalan dengan teliti dan mendalam. Pada ayat lain Allah berfirman:
Dan Dialah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya. Dia memiliki sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana. (ar-Rum/30: 27)
Dan firman-Nya:
Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah (Muhammad), "Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk. (Yasin/36: 78-79)
Dalam sebuah hadis Qudsi Allah berfirman:
"Anak Adam telah mendustakan-Ku sedang dia tidak berhak mendusta-kan-Ku. Anak Adam telah menyakiti-Ku sedang dia tidak berhak menya-kiti-Ku. Adapun pendustaannya terhadap-Ku ialah ucapannya bahwa Aku tidak akan menghidupkannya kembali sebagaimana Aku telah menciptakannya pertama kali. Menciptakannya pertama kali tidaklah lebih mudah bagi-Ku dari menciptakan kemudian (maksudnya sama mudah). Adapun yang menyakiti-Ku ialah ucapannya: Sesungguhnya Aku mempunyai anak, sedang Aku adalah Tuhan Yang Maha Esa Yang tergantung kepada-Ku segala sesuatu, yang tidak beranak dan tidak pula dilahirkan dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Aku." (Riwayat al-Bukhari dari Abu Hurairah)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Dlam ayat berikut ini disebutkan oleh firman-Nya:
Dan berkata manusia, "Betulkah apabila aku telah mati, bahwa aku sungguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali?” Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedangkan ia tidak ada sama sekali?
Untuk menunjukkan kekuasaan-Nya yang mampu menghidupkan kembali orang yang mati, Allah Swt. mengambil contoh dari permulaan penciptaan yang dilakukan-Nya. Dengan kata lain, Allah Swt. telah menciptakan manusia, sedangkan manusia tidak ada sama sekali, maka mudahlah bagiNya mengembalikan manusia hidup kembali, bahkan mengembalikannya jauh lebih mudah karena telah ada. Sama halnya dengan pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkannya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah jauh lebih mudah bagi-Nya. (Ar Ruum:27)
Di dalam kitab sahih disebutkan sebuah hadis yang mengatakan:
Allah Swt. berfirman, "Anak Adam mendustakan-Ku, padahal tidaklah pantas baginya mendustakan-Ku, anak Adam menyakitiKu, padahal tidaklah pantas baginya menyakiti-Ku.” Dia mendustakan Aku melalui ucapannya, 'Bahwa Aku tidak akan menghidupkannya kembali sebagaimana Aku menciptakannya pada yang pertama kali.' Padahal penciptaan yang pertama tidaklah lebih mudah daripada penciptaan yang terakhir. Dia menyakiti Aku melalui ucapannya, "Sesungguhnya Aku beranak, padahal Aku adalah Tuhan Yang Maha Esa, bergantung kepada-Ku segala sesuatu, Aku adalah Tuhan yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tiada seorang pun yang setara dengan-Ku.”
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan tidakkah manusia itu memikirkan) asal kata Yadzdzakkaru ini adalah Yatadzakkaru, kemudian huruf Ta diganti menjadi Dzal, lalu diidghamkan ke dalam huruf Dzal asal sehingga menjadi Yadzdzakkaru. Tetapi menurut qiraat yang lain dibaca Yadzkuru (bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedangkan ia tidak ada sama sekali) oleh karenanya mengapa ia tidak mengambil kesimpulan dari permulaan itu kepada pengembalian, yakni kembali kepada-Nya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Bagaimana mungkin ia merasa heran dengan kekuasaan Allah untuk membangkitkan kembali manusia di akhirat. Apakah ia tidak ingat bahwa Allah telah menciptakannya di dunia dari ketiadaan? Bukankah, menurut logika, menciptakan kembali itu lebih mudah daripada memulainya?
6 Tafsir as-Saadi
"Dan manusia berkata, 'Betulkah apabila aku telah mati, bahwa aku sunguh-sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali?' Tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang dia tidak ada sama sekali." (Maryam: 66-67).
(66) Yang dimaksud dengan lafazh insan (manusia) dalam ayat ini adalah setiap manusia yang mengingkari Hari Kebang-kitan, menganggap kejadiannya sebagai peristiwa yang mustahil. Orang ini bertanya dengan nada meniadakan, menentang serta mengingkari, ﴾ أَءِذَا مَا مِتُّ لَسَوۡفَ أُخۡرَجُ حَيًّا 66 ﴿ "Betulkah apabila aku telah mati, aku sungguh akan dibangkitkan menjadi hidup kembali?" Maksudnya, bagaimana mungkin Allah bisa menghidupkanku lagi setelah aku mati, dan setelah aku (menjadi tulang-belulang yang) hancur luluh? Kejadian ini tidak akan terjadi dan tidak bisa diimajinasikan! Tentunya, pernyataan ini berdasarkan akalnya yang rusak dan niatannya yang jelek serta kekufurannya kepada para rasul dan kitab-kitab Allah. Seandainya dia mau memperhatikan sejenak saja dan merenungkan sebentar saja, pasti dia akan menyadari bahwa klaimnya mengenai kemustahilan Hari Kebangkitan, (berada) dalam puncak kebodohan.
(67) Oleh karena itu, Allah تعالى menyebutkan bukti yang kuat dan dalil yang jelas yang dapat dicerna oleh setiap orang mengenai kemungkinan terjadinya kebangkitan. Allah berfirman, ﴾ أَوَلَا يَذۡكُرُ ٱلۡإِنسَٰنُ أَنَّا خَلَقۡنَٰهُ مِن قَبۡلُ وَلَمۡ يَكُ شَيۡـٔٗا 67 ﴿ "Tidakkah manusia itu memi-kirkan bahwa Kami telah menciptakannya dahulu, padahal dia tidak ada sama sekali," maksudnya tidakkah dia mengalihkan pandangan dan mengingat-ingat kondisi awal dirinya, Allah telah menciptakannya pertama kali padahal sebelumnya dia tidak berwujud sama sekali. Maka Dzat yang mampu menciptakannya dari ketiadaan, dan belum menjadi sesuatu yang dapat disebut, bukankah Dzat ini mampu juga menyusunnya kembali setelah terkoyak-koyak daan merangkainya lagi setelah tercerai-berai? Hal ini seperti yang di-firmankan oleh Allah,
﴾ وَهُوَ ٱلَّذِي يَبۡدَؤُاْ ٱلۡخَلۡقَ ثُمَّ يُعِيدُهُۥ وَهُوَ أَهۡوَنُ عَلَيۡهِۚ ﴿
"Dan Dia-lah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemu-dian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkannya kembali itu adalah lebih mudah bagiNya." (Ar-Rum: 27).
Dalam Firman Allah, ﴾ أَوَلَا يَذۡكُرُ ٱلۡإِنسَٰنُ ﴿ "Tidakkah manusia itu berpikir." Sebuah seruan untuk merenungi dengan penalaran de-ngan ajakan yang paling lembut. Dan bahwasanya pengingkaran orang-orang yang mengingkari adalah berdasarkan pada kelalaian-nya terhadap kondisi awalnya. Apabila tidak demikian, seandainya dia ingat dan menyadarinya, tentu dia tidak akan mengingkarinya.