Maryam Ayat 87
لَا يَمْلِكُوْنَ الشَّفَاعَةَ اِلَّا مَنِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمٰنِ عَهْدًا ۘ ( مريم: ٨٧ )
Lā Yamlikūna Ash-Shafā`ata 'Illā Man Attakhadha `Inda Ar-Raĥmāni `Ahdāan. (Maryam 19:87)
Artinya:
Mereka tidak berhak mendapat syafaat, (pertolongan) kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi (Allah) Yang Maha Pengasih. (QS. [19] Maryam : 87)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Di akhirat mereka tidak berhak mendapat syafaat atau pertolongan dari siapa pun untuk selamat dari azab Allah, kecuali orang yang dengan sungguh-sungguh telah mengadakan perjanjian di sisi Allah Yang Maha Pengasih dengan cara bertobat dan menaati ajaran-Nya.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Orang kafir tidak akan memperoleh syafaat dari siapa pun untuk menolong mereka atau meringankan penderitaan yang mereka alami. Karena yang berhak menerima syafaat pada hari itu hanyalah orang-orang yang telah dijanjikan Allah akan mendapat syafaat yaitu orang-orang mukmin yang di masa hidupnya di dunia telah mempersiapkan diri untuk mendapat syafaat dengan amal ibadahnya dan perjuangannya menegakkan kalimah Allah. Syafaat pada hari itu hanya dimiliki oleh para nabi, ulama dan para syuhada sesuai dengan amal dan bakti mereka masing-masing. Di antara amal ibadat yang menjadikan seseorang berhak memperoleh syafaat itu ialah memelihara salat lima waktu dengan sebaik-baiknya.
Rasulullah bersabda, "Barangsiapa yang datang pada hari kiamat membawa salatnya yang lima waktu dengan sempurna yaitu disempurnakan wudunya dipeliharanya waktunya, ruku` dan sujudnya, tidak pernah ditinggalkannya barang sekalipun maka Allah berjanji tidak akan menyiksanya. Tetapi orang yang pernah meninggalkan salatnya, tidak akan memperoleh janji Allah itu. Terserahlah kepada Tuhan apakah Dia akan memberinya rahmat atau menimpakan azab kepadanya."(Diriwayatkan oleh ath-thabrani dalam kitab "al-Ausath" dari Abu Hurairah)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
...dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahanam dalam keadaan dahaga.
Yang dimaksud dengan wirdan ialah itasyan, yakni kehausan.
Mereka tidak berhak mendapat syafaat.
Yakni tidak ada seorang pun yang memberikan syafaat kepada mereka, sebagaimana sebagian dari orang-orang mukmin memberikan syafaatnya kepada sebagian yang lain. Ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh Allah Swt. di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Maka kami tidak mempunyai pemberi syafaat seorang pun dan tidak pula mempunyai teman yang akrab. (Asy Syu'ara:100-101)
Adapun firman Allah Swt.:
...kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan yang Maha Pemurah.
Istisna dalam ayat ini munqati', yakni hanya orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah sajalah yang beroleh syafaat dan pertolongan. Perjanjian tersebut berupa kesaksiannya yang mengatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, lalu ia mengamalkan hak dari kalimah tersebut.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
...kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah.
Bahwa yang dimaksud dengan perjanjian ini ialah kesaksiannya yang mengatakan bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan berlepas diri kepada Allah dari upaya dan kekuatan, serta tidak berharap kecuali hanya kepada Allah Swt.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Khalid Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Hasan Al-Wasiti, dari Al-Mas'udi, dari Aun ibnu Abdullah, dari Abu Fakhitah, dari Al-Aswad ibnu Yazid yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Mas'ud membaca ayat ini:
...kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah.
Kemudian Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa mereka yang telah mengambil janji di sisi Tuhannya, maka kelak di hari kiamat Allah Swt. akan memanggil mereka, "Barang siapa yang telah mengambil janji di sisi Allah, hendaklah ia berdiri." Mereka (para tabi'in) berkata, "Wahai Abu Abdur Rahman (julukan panggilan Ibnu Mas'ud), kalau begitu ajarkanlah doanya kepada kami." Ibnu Mas'ud menjawab, "Kalau demikian, ucapkanlah oleh kalian doa berikut: "Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, Yang mengetahui semua yang gaib dan yang lahir, sesungguhnya saya berjanji kepada Engkau dalam kehidupan dunia ini, bahwa sesungguhnya bila Engkau menyerahkan diriku kepada amal perbuatanku yang mendekatkan diriku kepada keburukan dan menjauhkan diriku dari kebaikan, sedangkan aku tidak percaya kepada siapa pun kecuali hanya kepada rahmat-Mu, maka jadikanlah bagiku di sisi Engkau suatu perjanjian yang Engkau akan tunaikan kepadaku kelak di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak akan menyalahi janji'."
Al-Mas'udi mengatakan bahwa Zakaria telah menceritakan ini kepadanya dari Al-Qasim ibnu Abdur Rahman, bahwa telah menceritakan kepadanya Ibnu Mas'ud. Tersebutlah pula bahwa sahabat Ibnu Mas'ud selalu mengiringi doanya dengan doa ini dengan penuh rasa takut, memohon perlindungan dan memohon ampunan dengan penuh harap dan cemas kepada Allah Swt. Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan pula asar yang semisal melalui jalur lain, dari Al-Mas'udi.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Mereka tidak dapat memberi) manusia semuanya (syafaat kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Tuhan Yang Maha Pemurah) yakni kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan tiada daya serta tiada kekuatan melainkan berkat pertolongan Allah.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Pada hari itu, tak seorang pun yang mendapat syafaat, kecuali orang yang mendapat izin dari Allah karena adanya suatu perjanjian.
6 Tafsir as-Saadi
"(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang bertakwa kepada Dzat Yang Maha Pemurah sebagai putusan yang terhormat, dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke Neraka Jahanam dalam keadaan dahaga. Mereka tidak berhak mendapat syafa'at kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Rabb Yang Maha Pemurah." (Maryam: 85-87).
(85) Allah تعالى memberitahukan tentang perbedaan men-colok antara dua kelompok; golongan orang-orang yang bertakwa dan kelompok pelaku maksiat. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa kepadaNya dengan sebab menghindari perbuatan syirik, bid'ah-bid'ah dan aneka macam maksiat, akan dihimpun oleh Allah pada Hari Kiamat dalam keadaan dimuliakan, terhormat lagi diagungkan. Dan tempat kembali mereka adalah ar-Rahman (Dzat Yang Maha Pengasih), tujuan mereka adalah al-Mannan (Dzat Yang Maha Pemberi), sebagai delegasi kepadaNya. Dan seorang utusan, tentunya menyimpan harapan dalam hatinya dan persangkaan baik (optimisme) terhadap yang dituju, sesuatu hal yang sudah diketa-hui bersama. Orang-orang yang bertakwa mendatangi ar-Rahman (sebagai tamu), dengan mengharap rahmatNya dan curahan ke-baikanNya yang merata, serta keberuntungan memperoleh berbagai macam karuniaNya di tempat keridhaanNya (surga).
Hal ini lantaran mereka telah mempersembahkan amalan-amalan dengan penuh takwa dan mengikuti keridhaanNya. Dan Allah pun telah menjanjikan ganjaran pahala buat mereka ini me-lalui lisan para rasulNya. (Di Hari Kiamat) mereka berjalan menuju Rabb mereka dengan ketenangan dan penuh keyakinan (akan memperoleh) karuniaNya.
(86) Sedangkan orang-orang yang berbuat jahat digiring ﴾ إِلَىٰ جَهَنَّمَ وِرۡدٗا 86 ﴿ "ke dalam Neraka Jahanam dalam keadaan dahaga," maksudnya merasakan kehausan. Ini merupakan keadaan menge-naskan (yang dialami seseorang), dihalau dalam keadaan hina dan rendah menuju penjara terbesar dan siksa paling buruk yaitu Neraka Jahanam. Dalam keadaan haus dan keletihan, mereka meminta tolong, namun tidak ditolong. Mereka memohon namun tidak dikabulkan. Mereka meminta syafa'at namun tidak diberi.
(87) Oleh karena itu, Allah berfirman, ﴾ لَّا يَمۡلِكُونَ ٱلشَّفَٰعَةَ ﴿ "Me-reka tidak berhak mendapat syafa'at," maksudnya syafa'at bukanlah milik mereka, dan mereka pun tidak memiliki syafa'at sama sekali. Syafa'at itu hanya milik Allah,
﴾ قُل لِّلَّهِ ٱلشَّفَٰعَةُ جَمِيعٗاۖ ﴿
"Katakanlah, 'Hanya kepunyaan Allah-lah syafa'at itu semuanya'." (Az-Zumar: 44).
Allah telah memberitahukan bahwa syafa'at dari para pemberi syafa'at itu tidak akan bermanfaat bagi mereka. Pasalnya, mereka tidak pernah membuat perjanjian (ikatan) dengan Allah dengan cara beriman kepadaNya dan kepada para rasulNya. Kalau mereka tidak demikian, maka siapa saja yang sudah membuat perjanjian dengan Allah dengan cara beriman kepadaNya, para rasulNya serta mengikuti mereka, niscaya mereka termasuk orang-orang yang diridhai Allah dan akan meraih syafa'at. Sebagaimana Allah تعالى berfirman,
﴾ وَلَا يَشۡفَعُونَ إِلَّا لِمَنِ ٱرۡتَضَىٰ ﴿
"Dan mereka tidak memberi syafa'at melainkan kepada orang-orang yang diridhai Allah." (Al-Anbiya`: 28).
Allah menamakan "iman kepadaNya" dan "mengikuti para rasulNya" sebagai perjanjian. Karena itu merupakan janji Allah (yang termaktub) dalam kitab-kitabNya (dan dijelaskan) lewat lisan para rasulNya, berupa ganjaran pahala yang indah bagi orang yang mengikuti para rasul itu.