Al-Baqarah Ayat 157
اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ ( البقرة: ١٥٧ )
'Ūlā'ika `Alayhim Şalawātun Min Rabbihim Wa Raĥmatun Wa 'Ūlā'ika Hum Al-Muhtadūna. (al-Baq̈arah 2:157)
Artinya:
Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. [2] Al-Baqarah : 157)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Kehidupan manusia memang penuh cobaan. Dan Kami pasti akan menguji kamu untuk mengetahui kualitas keimanan seseorang dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Bersabarlah dalam menghadapi semua itu. Dan sampaikanlah kabar gembira, wahai Nabi Muhammad, kepada orang-orang yang sabar dan tangguh dalam menghadapi cobaan hidup, yakni orang-orang yang apabila ditimpa musibah, apa pun bentuknya, besar maupun kecil, mereka berkata, Inna lilla hi wa inna ilaihi ra ji'un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka berkata demikian untuk menunjukkan kepasrahan total kepada Allah, bahwa apa saja yang ada di dunia ini adalah milik Allah; pun menunjukkan keimanan mereka akan adanya hari akhir. Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk sehingga mengetahui kebenaran.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Kabar gembira itu ialah berita bahwa orang yang sabar itu mendapat berkat, ampunan, rahmat dan pujian dari Allah, dan mereka orang-orang yang mendapat petunjuk kepada jalan yang benar.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah:
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya.
Maksudnya, mendapat pujian dari Allah Swt. Sedangkan menurut Sa'id ibnu Jubair, yang dimaksud ialah aman dari siksa Allah.
Firman Allah Swt.:
Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Amirul Muminin Umar ibnul Khattab r.a. pernah mengatakan bahwa sebaik-baik kedua jenis pahala ialah yang disebutkan di dalam firman-Nya:
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya.
Kedua jenis pahala tersebut adalah berkah dan rahmat yang sempurna. Dan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
adalah pahala tambahannya, yang ditambahkan kepada salah satu dari kedua sisi timbangan hingga beratnya bertambah. Demikian pula keadaan mereka, mereka diberi pahala yang setimpal berikut tambahannya.
Sehubungan dengan pahala membaca istirja' di saat tertimpa musibah, banyak hadis-hadis yang menerangkannya. Yang dimaksud dengan istirja' ialah ucapan Inna lillahi wainna ilaihi raji'un (Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan hanya kepada-Nyalah kita semua dikembalikan).
Antara lain ialah apa yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Lais (yakni Ibnu Sa'd), dari Yazid ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Usamah ibnul Had, dari Amr ibnu Abu Amr, dari Al-Muttalib, dari Ummu Salamah yang menceritakan bahwa pada suatu hari Abu Salamah datang kepadanya sepulang dari Rasulullah Saw. Lalu Abu Salamah berkata, "Aku telah mendengar langsung dari Rasulullah Saw. suatu ucapan yang membuat hatiku gembira karenanya." Beliau Saw. telah bersabda: Tidak sekali-kali seorang muslim tertimpa suatu musibah, lalu ia membaca istirja' ketika musibah menimpanya, kemudian mengucapkan, "Ya Allah, berilah daku pahala dalam musibahku ini, dan gantikanlah buatku yang lebih baik daripadanya," melainkan diberlakukan kepadanya apa yang dimintanya itu. Ummu Salamah melanjutkan kisahnya, "Maka aku hafal doa tersebut darinya. Ketika Abu Salamah meninggal dunia, maka aku ber-istirja'' dan kuucapkan pula, 'Ya Allah, berilah daku pahala dalam musibahku ini, dan berilah daku ganti yang lebih baik daripada dia.' Kemudian aku berkata kepada diriku sendiri, 'Dari manakah aku mendapatkan suami yang lebih baik daripada Abu Salamah?' Tatkala masa idahku habis, Rasulullah Saw. meminta izin untuk menemuiku, ketika itu aku sedang menyamak selembar kulit milikku. Maka aku mencuci kedua tanganku dari cairan qaraz (bahan penyamak), dan aku izinkan beliau Saw. masuk, lalu aku letakkan sebuah bantal kulit yang berisikan sabut, kemudian Rasulullah Saw. duduk di atasnya dan mulailah beliau Saw. melamarku. Setelah Rasulullah Saw. selesai dari ucapannya, aku berkata, 'Wahai Rasulullah, aku tidak menyangka kalau engkau mempunyai hasrat kepada diriku, sedangkan diriku ini adalah seorang wanita yang sangat pencemburu, maka aku merasa khawatir bila kelak engkau akan melihat dari diriku sesuatu hal yang menyebabkan Allah akan mengazabku karenanya. Aku juga seorang wanita yang sudah berumur serta mempunyai banyak tanggungan anak-anak.' Maka Rasulullah Saw. bersabda, 'Adapun mengenai cemburu yang kamu sebutkan, mudah-mudahan Allah Swt. akan melenyapkannya dari dirimu. Dan mengenai usia yang telah kamu sebutkan, sesungguhnya aku pun mengalami hal yang sama seperti yang kamu alami (berusia lanjut). Dan mengenai anak-anak yang kamu sebutkan tadi, sesungguhnya anak-anak tanggunganmu itu nanti akan menjadi tanggunganku pula'." Ummu Salamah melanjutkan kisahnya, "Maka aku memasrahkan diriku kepada Rasulullah Saw." Kemudian Rasulullah Saw. mengawininya. Sesudah itu Ummu Salamah mengatakan, "Allah Swt. telah menggantikan Abu Salamah dengan orang yang lebih baik daripada dirinya, yaitu Rasulullah Saw."
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan dari Ummu Salamah. Ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:
Tidak sekali-kali seorang hamba tertimpa musibah, lalu ia mengucapkan, "Inna lillahi wainna ilaihi raji'un (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kami hanya kepada-Nyalah dikembalikan). Ya Allah, berilah daku pahala dalam musibahku ini, dan gantikanlah kepadaku yang lebih baik daripadanya," melainkan Allah akan memberinya pahala dalam musibahnya itu dan menggantikan kepadanya apa yang lebih baik daripadanya. Ummu Salamah melanjutkan kisahnya, "Ketika Abu Salamah meninggal dunia, aku mengucapkan doa seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw. itu. Maka Allah memberikan gantinya kepadaku dengan yang lebih baik daripada Abu Salamah, yaitu Rasulullah Saw. sendiri."
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid dan Abbad ibnu Abbad. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami ibnu Abu Hisyam, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Ziad, dari ibunya, dari Fatimah bintil Husain, dari ayahnya Al-Husain ibnu Ali, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Tidak sekali-kali seorang lelaki atau perempuan muslim tertimpa suatu musibah, lalu ia mengingatnya, sekalipun waktunya telah berlalu —Abbad mengatakan, "Sekalipun waktunya telah silam"—, kemudian ingatannya itu menggerakkannya untuk membaca istirja', melainkan Allah memperbarui untuknya saat itu dan memberikan kepadanya pahala yang semisal dengan pahala ketika di hari ia tertimpa musibah.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq As-Sailahini, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Samalah, dari Abu Sinan yang menceritakan, "Aku baru menguburkan salah seorang anakku yang meninggal dunia. Ketika aku masih berada di pekuburan, tiba-tiba tanganku dipegang oleh Abu Talhah Al-Aulani, lalu ia mengeluarkan aku dari pekuburan itu dan berkata kepadaku, 'Maukah engkau aku sampaikan berita gembira kepadamu?' Aku menjawab, 'Tentu saja mau'." Abu Talhah mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya Ad-Dahhak ibnu Abdur Rahman ibnu Auzab, dari Abu Musa yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Allah berfirman, "Hai malaikat maut, engkau telah mencabut anak hamba-Ku, engkau telah mencabut nyawa penyejuk mata dan buah hatinya!" Malaikat maut menjawab, "Ya." Allah Swt. bertanya, "Lalu apa yang dikatakannya?" Malaikat maut menjawab, "Dia memuji dan ber-istirja' kepada-Mu." Allah Swt. berfirman, "Bangunkanlah buatnya sebuah gedung di dalam surga dan namailah gedung itu dengan sebutan Baitul Hamdi (rumah pujian)."
Kemudian Imam Ahmad meriwayatkannya pula dari Ali ibnu Ishaq, dari Abdullah ibnul Mubarak, lalu ia mengetengahkannya. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Imam Turmuzi, dari Suwaid ibnu Nasr, dari Ibnul Mubarrak. Imam Turmuzi mengatakan bahwa predikat hadis ini hasan garib. Nama asli Abu Sinan ialah Isa ibnu Sinan.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Mereka itulah yang mendapat selawat) artinya ampunan (dari Tuhan mereka serta rahmat) atau nikmat (dan merekalah orang-orang yang mendapat petunjuk) ke arah yang benar.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Orang-orang yang bersabar dan beriman kepada Allah akan menerima berita yang baik berupa pengampunan Tuhan dan karunia-Nya. Mereka itulah yang diberi petunjuk menuju jalan kebaikan dan kebenaran.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan
harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,
'Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un.' Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan
rahmat dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (Al-Baqarah: 155-157).
(155) Allah تعالى mengabarkan bahwa sudah menjadi keha-rusan bagi
hamba-hambaNya untuk diuji dengan segala cobaan agar jelas orang yang benar dan orang yang
dusta, orang yang sabar dengan orang yang tidak sabar. Dan ini adalah sunnah Allah pada
hamba-hambaNya, karena suatu kesenangan itu bila terus berlanjut bagi orang yang beriman dan
tidak diiringi dengan suatu cobaan, niscaya akan terjadi campur aduk yang merupakan kerusakan
baginya. Kemahabijaksanaan Allah memastikan untuk memilah-milah antara orang-orang yang baik
dari orang-orang yang jahat. Inilah manfaat dari cobaan dan ujian, bukannya untuk menghilang-kan
keimanan yang ada pada seorang hamba yang beriman dan tidak pula untuk memalingkan mereka dari
agamanya, karena Allah tidak akan menyia-nyiakan keimanan kaum Mukminin.
Allah تعالى mengabarkan bahwasanya Dia akan menguji hamba-hambaNya ﴾ بِشَيۡءٖ مِّنَ ٱلۡخَوۡفِ
﴿ "dengan sedikit ketakutan" dari musuh-mu-suh ﴾ وَٱلۡجُوعِ ﴿ "dan kelaparan," yakni dengan suatu yang sedikit dari keduanya, karena apabila Allah menguji mereka dengan seluruh ketakutan atau seluruh kelaparan, niscaya mereka akan binasa, sedangkan cobaan-cobaan itu hanya akan membersihkan, bukannya membinasakan, ﴾
وَنَقۡصٖ مِّنَ ٱلۡأَمۡوَٰلِ ﴿ "dan kekurangan harta," yang meliputi seluruh kekurangan yang bersangkutan dengan harta, baik bencana dari langit, tenggelam, kehilangan, raja-raja yang zhalim dan pe-rompak jalanan yang merampas harta dan sebagainya.
﴾ وَٱلۡأَنفُسِ ﴿ "Dan jiwa," yaitu perginya orang-orang yang dicintai, baik anak-anak, kerabat karib, dan teman sejawat, dan dari berbagai macam penyakit pada tubuh seorang hamba atau tubuh orang yang dicintainya, ﴾
وَٱلثَّمَرَٰتِۗ ﴿ "dan buah-buahan," yaitu biji-bijian, hasil pohon kurma dan segala macam pepohonan serta sayur mayur, dengan adanya hawa dingin, gemuruh, kebakaran, atau penyakit dari langit seperti adanya hama belalang atau semacamnya. Hal-hal tersebut pasti akan terjadi karena Allah yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengamati telah mengabarkan tentangnya, yang akhirnya terjadi-lah apa yang Dia kabarkan. Maka apabila semua itu terjadi, terba-gilah manusia ke dalam dua golongan: Orang-orang yang berkeluh kesah dan orang-orang yang sabar.
Orang yang tidak sabar mendapatkan dua musibah: Hilang-nya sesuatu yang dicintai yaitu adanya musibah tersebut, dan hilangnya sesuatu yang lebih besar dari hal pertama, yaitu pahala dengan menunaikan perintah Allah yaitu bersabar, akhirnya dia memperoleh kerugian dan kehampaan, serta kekurangan iman yang ada padanya, juga kehilangan kesabaran, ridha dan rasa syukur, namun yang ia dapatkan hanyalah kemurkaan yang menunjukkan banyaknya kekurangan.
Adapun orang yang diberi taufik oleh Allah تعالى dengan ke-sabaran ketika terjadinya musibah-musibah, ia akan menahan diri dari mencaci-maki, baik secara lisan maupun perbuatan, ia hanya mengharap pahala dari sisi Allah dan ia tahu bahwa kesabarannya lebih besar daripada musibah yang menimpa dirinya, bahkan musibah itu menjadi sebuah kenikmatan tersendiri bagi dirinya, karena musibah itu telah menjadi jalan untuknya dalam memper-oleh sesuatu yang lebih baik baginya dan lebih bermanfaat dari musibah itu. Sesungguhnya ia telah menunaikan perintah Allah untuk bersabar yang akhirnya ia memperoleh pahala. Oleh karena itu Allah تعالى berfirman, ﴾
وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ ﴿ "Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang bersabar,"
maksudnya, kabarkan berita gembira bahwa mereka akan mendapatkan pahala mereka tanpa batas.
Orang-orang yang bersabar adalah mereka yang berhasil dengan kabar gembira yang agung dan
pemberian yang besar, kemudian Allah menjelaskan tentang mereka dengan FirmanNya,
(156) ﴾ ٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَٰبَتۡهُم مُّصِيبَةٞ ﴿ "Yaitu orang-orang yang apabila di-timpa musibah," yaitu segala hal yang menyakitkan hati atau tubuh atau keduanya dari segala hal yang telah disebutkan sebelumnya, ﴾
قَالُوٓاْ إِنَّا لِلَّهِ ﴿ "mereka mengucapkan; 'Inna lillah'," maksudnya, kami ada-lah milik
Allah yang diatur di bawah perintah dan kekuasaanNya, kami tak punya hak sedikit pun terhadap
harta maupun diri kami sendiri. Bila Dia menguji kami dengan (mengambil atau memus-nahkan)
sesuatu darinya, maka pada hakikatnya Dia Yang Maha Pengasih telah melakukan tindakan terhadap
hamba-hamba milikNya dan harta-harta mereka. Oleh karena itu tidak perlu ada gugatan sama sekali
terhadap semua itu. Bahkan termasuk kesem-purnaan penghambaan seorang hamba adalah
pengetahuannya bahwa terjadinya suatu cobaan itu adalah dari Yang Maha Memiliki lagi
Mahabijaksana, yang mana Dia adalah Dzat yang paling Penga-sih terhadap hambaNya daripada diri
hamba itu sendiri. Dengan demikian, hamba itu haruslah ridha terhadap Allah dan bersyukur
kepadaNya atas pengaturanNya kepada sesuatu yang lebih baik bagi hambaNya, walaupun hamba itu
sendiri tidak sadar akan hal tersebut.
Dan keadaan bahwa kami ini milik Allah تعالى, bersama itu kami juga akan kembali kepadaNya pada
Hari Kebangkitan nanti, lalu Dia akan membalas setiap perbuatan dari pelakunya. Bila kami
bersabar dan hanya mengharap pahala di sisiNya, niscaya kami akan memperoleh ganjaran secara
sempurna di sisiNya, namun bila kami tidak bersabar dan mencaci maki, niscaya kami tidak
memiliki apa-apa kecuali hanya murka dan lenyapnya pahala. Keberadaan seorang hamba bahwa dia
milik Allah dan akan kembali kepadaNya adalah faktor terbesar yang menyebabkan tumbuhnya
kesabaran.
(157) ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ ﴿ "Mereka itulah," yakni orang-orang yang ber-laku sabar yang disebutkan tadi, ﴾
عَلَيۡهِمۡ صَلَوَٰتٞ مِّن رَّبِّهِمۡ ﴿ "yang mendapat-kan keberkahan yang sempurna dari Rabb mereka," yaitu pujian dan perubahan kondisi mereka, ﴾
وَرَحۡمَةٞۖ ﴿ "dan rahmat" yang agung. Dan di antara rahmatNya kepada mereka adalah bahwa Allah memberi taufik kepada mereka dengan kesabaran yang membuat mereka mendapatkan pahala yang sempurna, ﴾
وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُهۡتَدُونَ ﴿ "dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk,"
yaitu orang-orang yang mengetahui kebenaran, yaitu pengetahuan mereka bahwa mereka itu adalah
milik Allah dan mereka itu akan kembali kepadaNya, serta berbuat karenaNya, dalam hal ini
kesabaran mereka, karena Allah سبحانه وتعالى.
Ayat ini menunjukkan bahwa orang yang tidak bersabar akan mendapatkan kebalikannya yaitu celaan
dari Allah, hukuman, ke-sesatan, dan kerugian. Maka alangkah besarnya perbedaan antara kedua
golongan itu. Alangkah sedikitnya kelelahan orang-orang yang bersabar dan alangkah besarnya
kesulitan orang-orang yang tidak bersabar.
Kedua ayat ini mengandung penguatan jiwa terhadap musi-bah-musibah sebelum terjadi, agar menjadi
ringan dan mudah dihadapi bila terjadi, juga penjelasan tentang apa yang harus digu-nakan untuk
menghadapinya pada saat terjadinya musibah yaitu kesabaran, penjelasan tentang hal yang membantu
dalam bersabar, serta pahala yang diperoleh oleh orang-orang yang bersabar.
Ayat ini juga memberitahukan kondisi orang-orang yang tidak bersabar dengan kebalikan dari
kondisi orang-orang yang bersabar tadi, dan bahwasanya ujian dan cobaan itu adalah sunnatullah
yang telah berlaku atas orang-orang terdahulu, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati
perubahan pada sunnatullah, serta penjelasan bermacam-macam musibah.