Al-Baqarah Ayat 24
فَاِنْ لَّمْ تَفْعَلُوْا وَلَنْ تَفْعَلُوْا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِيْ وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ ( البقرة: ٢٤ )
Fa'in Lam Taf`alū Wa Lan Taf`alū Fa Attaqū An-Nāra Allatī Waqūduhā An-Nāsu Wa Al-Ĥijāratu 'U`iddat Lilkāfirīna. (al-Baq̈arah 2:24)
Artinya:
Jika kamu tidak mampu membuatnya, dan (pasti) tidak akan mampu, maka takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir. (QS. [2] Al-Baqarah : 24)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Jika kamu tidak mampu membuat surah yang serupa dengan-nya, dan kamu pasti tidak akan mampu melakukannya, sebab hal itu berada di luar kemampuanmu sebagai manusia, maka takutlah kamu akan api neraka dengan memelihara diri dari hal-hal yang dapat menjerumuskan kamu ke dalamnya yang bahan bakarnya manusia yang ingkar/kufur dan batu yang berasal dari patung-patung sembahan dan lainnya, yang disediakan bagi orang-orang kafir dan setiap orang yang bersikap seperti mereka, yaitu menutupi kebenaran tanda kekuasaan Allah.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini menegaskan bahwa semua makhluk Allah tidak akan sanggup membuat tandingan terhadap satu ayat pun dari ayat-ayat Al-Qur'an. Karena itu hendaklah manusia memelihara dirinya dari api neraka dengan mengikuti petunjuk-petunjuk Al-Qur'an. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah swt:
Katakanlah, "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Qur'an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain." (al-Isra'/17: 88)
3 Tafsir Ibnu Katsir
Allah Swt. telah berfirman:
Peliharalah diri kalian dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.
Yang dimaksud dengan al-waqud ialah sesuatu yang dicampakkan ke dalam api untuk membesarkannya, seperti kayu bakar dan lain-lain-nya, sebagaimana pengertian yang terkandung di dalam firman lainnya, yaitu:
Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahannam. (Al Jin:15)
Allah Swt. telah berfirman pula:
Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah makanan Jahannam, kalian pasti masuk ke dalamnya. (Al Anbiyaa:98)
Yang dimaksud al-hijarah dalam surat Al-Baqarah ini ialah batu pemantik api yang sangat besar, hitam, keras, dan berbau busuk. Batu jenis ini paling panas jika dipanaskan, semoga Allah melindungi kita darinya.
Abdul Malik ibnu Maisarah Az-Zarrad meriwayatkan dari Abdur Rahman ibnu Sabit, dari Amr ibnu Maimun, dari Abdullah ibnu Mas'ud sehubungan dengan firman-Nya: bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (Al Baqarah:24) Bahwa batu yang dimaksudkan adalah batu kibrit (pemantik api), Allah telah menciptakannya di saat Allah menciptakan langit dan bumi, yaitu di langit yang paling rendah, sengaja disediakan buat orang-orang kafir.
Riwayat ini diketengahkan oleh Ibnu Jarir dengan lafaz seperti ini, diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Hatim dan Imam Hakim di dalam kitab Mustadraknya, ia mengatakan bahwa dengan syarat Syaikhain.
As-Saddi di dalam kitab tafsirnya mengatakan dari Abu Malik, dari Abu Saleh, dari Ibnu Abbas, juga dari Murrah, dari Ibnu Mas'ud dan dari sejumlah sahabat sehubungan dengan makna ayat ini. Adapun yang dimaksud dengan al-hijarah ialah batu yang ada di dalam neraka, yaitu batu kibrit berwarna hitam, mereka (orang-orang kafir) diazab di dalam neraka dengan batu itu dan api neraka.
Mujahid mengatakan bahwa hijarah ini berasal dari batu kibrit yang baunya lebih busuk daripada bangkai.
Abu Ja'far Muhammad ibnu Ali mengatakan bahwa batu tersebut adalah batu kibrit.
Ibnu Juraij mengatakan, batu tersebut adalah batu kibrit hitam yang berada di dalam neraka. Menurut Amr ibnu Dinar, batu tersebut jauh lebih keras dan lebih besar daripada yang ada di dunia.
Menurut pendapat yang lain, batu tersebut dimaksudkan batu berhala dan tandingan-tandingan yang disembah selain Allah, sebagaimana dijelaskan dalam firman lainnya, yaitu: Sesungguhnya kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah adalah makanan Jahannam. (Al Anbiyaa:98)
Pendapat ini diriwayatkan oleh Al-Qurtubi dan Ar-Razi yang menilainya lebih kuat daripada pendapat di atas. Ar-Razi mengatakan, dikatakan demikian karena bukan merupakan hal yang diingkari bila api mengejar batu kibrit, untuk itu lebih utama bila bahan bakar tersebut diartikan sebagai batu-batuan jenis kibrit. Akan tetapi, apa yang dikatakan oleh Ar-Razi masih kurang kuat, mengingat api itu apabila dibesarkan nyalanya dengan batu kibrit, maka panasnya lebih kuat dan nyalanya lebih besar. Terlebih lagi diartikan seperti yang telah dikatakan oleh ulama Salaf, bahwa batu-batuan tersebut adalah batu kibrit yang disediakan untuk tujuan tersebut. Selanjutnya merupakan suatu hal yang nyata pula bila api dapat membakar jenis batu-batuan lainnya, misalnya batu jas (kapur), jika dibakar dengan api, ia menyala, kemudian menjadi kapur. Demikian pula halnya semua batuan lainnya, bila dibakar oleh api pasti terbakar dan menjadi hancur.
Sesungguhnya hal ini dikaitkan dengan panasnya api neraka yang diancamkan kepada mereka. Juga dikaitkan dengan kebesaran nyalanya, sebagaimana yang terdapat di dalam firman-Nya berikut ini:
Tiap-tiap kali nyala api Jahannam itu akan padam, Kami tambah bagi mereka nyalanya. (Al Israa':97)
Demikian pendapat yang dinilai kuat oleh Al-Qurtubi. Disebutkan bahwa makna yang dimaksud ialah batu-batuan yang dapat menambah nyala api dan menambah derajat kepanasannya, dimaksudkan agar hal ini menambah keras siksaannya terhadap para penghuninya.
Al-Qurtubi mengatakan pula, telah disebut sebuah hadis dari Nabi Saw., bahwa beliau Saw. pernah bersabda:
Setiap yang menyakitkan pasti ada dalam neraka.
Hadis ini kurang dihafal dan kurang dikenal di kalangan ulama ahli hadis. Kemudian Al-Qurtubi mengatakan bahwa hadis ini diinterpretasikan dengan dua makna. Makna pertama menyatakan bahwa setiap orang yang mengganggu orang lain dimasukkan ke dalam neraka. Makna yang kedua mengartikan bahwa setiap yang menyakitkan para penghuninya —seperti binatang buas, serangga beracun, dan lain-lain-nya— terdapat pula di dalam neraka.
Firman Allah, U'iddat lil kafirin menurut pendapat yang paling kuat damir yang terdapat di dalam lafaz u'iddat kembali kepada neraka yang bahan bakarnya terdiri atas manusia dan batu-batuan. Tetapi dapat pula diinterpretasikan bahwa damir tersebut kembali kepa-da al-hijarah sebagaimana tafsir yang dikemukakan oleh Ibnu Mas'ud r.a. Kedua pendapat tersebut tidak bertentangan dalam hal makna, karena keduanya saling mengait dengan yang lainnya.
U'iddat disediakan buat orang-orang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu Ishaq, dari Muhammad, dari Ikrimah atau Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas. Disebutkan bahwa makna firman-Nya,
...Disediakan bagi orang-orang kafir
ialah 'buat orang yang kafir di antara kalian'.
Banyak orang dari kalangan para imam sunnah yang menyimpulkan dalil dari ayat ini, bahwa neraka itu sekarang telah ada, yakni telah diciptakan Allah Swt. atas dasar firman-Nya: yang disediakan bagi orang-orang kafir. (Al Baqarah:24) Dengan kata lain, neraka itu telah dipersiapkan dan disediakan buat mereka yang kafir.
Banyak hadis yang menunjukkan pengertian ini (bahwa neraka telah ada), antara lain ialah hadis yang menceritakan bahwa surga dan neraka saling membantah.
Hadis lainnya menyebutkan:
Neraka meminta izin kepada Tuhannya. Untuk itu ia berkata, "Wahai Tuhanku, sebagian dariku memakan sebagian yang lainnya." Akhirnya ia diizinkan untuk mengeluarkan dua embusan, yaitu embusan di waktu musim dingin dan embusan lainnya di waktu musim panas.
Demikian pula dalam hadis yang diceritakan oleh Abdullah ibnu Mas'ud r.a.:
Kami pernah mendengar suatu suara gemuruh, lalu kami bertanya, "Suara apakah itu?" Maka Rasulullah Saw. menjawab, "Itu adalah suara batu yang dilemparkan dari pinggir neraka Jahannam sejak tujuh puluh tahun yang silam, dan sekarang baru sampai ke dasarnya."
Hadis ini menurut lafaz Imam Muslim.
Juga hadis yang menceritakan salat gerhana Nabi Saw., hadis mengenai malam isra, dan hadis-hadis lain yang menunjukkan makna yang sama dengan pengertian yang sedang dalam bahasan kita ini. Akan tetapi, golongan Mu'tazilah menentang pendapat ini karena kebodohan mereka sendiri, tetapi pendapat mereka didukung oleh Kadi Munzir ibnu Sa'id Al-Balluti, kadi di Andalusia.
Firman Allah Swt. yang mengatakan:
...maka buatlah satu surat saja yang semisal dengan Al-Qur'an.
dan firman Allah Swt. di dalam surat Yunus, yaitu:
sebuah surat semisal dengannya. (Yunus:38)
makna yang dimaksud mencakup semua surat Al-Qur'an —baik surat yang panjang maupun yang pendek— mengingat lafaz surat diungkapkan dalam bentuk nakirah dalam konteks syarat. Lafaz seperti itu bermakna umum, sama halnya dengan nakirah yang diungkapkan dalam konteks nafi menurut ahli tahqiq dari kalangan ulama Usul, hal ini akan diterangkan nanti dalam pembahasannya sendiri.
Unsur i'jaz memang terkandung di dalam surat-surat yang panjang, juga surat-surat yang pendek. Sepengetahuan kami tidak ada ulama yang memperselisihkan pendapat ini, baik yang Salaf maupun yang Khalaf.
Tetapi Ar-Razi di dalam kitab tafsirnya mengatakan bahwa firman Allah Swt. yang mengatakan:
...Buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur'an itu.
diartikan mencakup surat Al-Kausar, Al-'Asr, dan Al-Kafirun. Kita mengetahui bahwa membuat sesuatu yang semisal dengannya atau yang mendekatinya merupakan suatu hal yang mungkin dapat dilakukan dengan pasti. Karena itu, merupakan suatu hal yang bertentangan dengan kenyataan jika dikatakan bahwa membuat hal yang semisal dengan surat-surat tersebut merupakan suatu hal yang di luar kemampuan manusia. Apabila kita berpendapat seperti pendapat yang berlebihan ini, justru akibatnya akan mengurangi keagungan agama (Al-Qur'an) itu sendiri.
Berdasarkan pengertian inilah kami memilih cara lain dalam menginterpretasikannya, dan kami katakan jika surat-surat tersebut tingkatan kefasihannya mencapai tingkatan i'jaz, berarti bukan menjadi masalah lagi. Tetapi jika tidak demikian keadaannya, berarti ketidakmampuan orang-orang kafir untuk menyainginya merupakan suatu mukjizat tersendiri, mengingat dorongan yang ada pada diri mereka untuk melecehkan Al-Qur'an benar-benar kuat. Atas dasar kedua hipotesis ini unsur i'jaz tetap ada. Demikian nukilan secara harfiah dari Ar-Razi.
Menurut pendapat yang benar, setiap surat dari Al-Qur'an merupakan mukjizat, manusia tidak akan mampu menandinginya, baik surat yang panjang maupun yang pendek.
Imam Syafii rahimahullah mengatakan, "Jikalau manusia memikirkan makna yang terkandung di dalam surat berikut, niscaya sudah menjadi kecukupan bagi mereka," yaitu firman-Nya:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. (Al-'Asr: 1-3)
Kami meriwayatkan dari Amr ibnul As, bahwa sebelum masuk Islam dia pernah bertamu kepada Musailamah Al-Kazzab. Lalu Musailamah bertanya kepadanya, "Apakah yang telah diturunkan kepada teman kalian (Nabi Muhammad) di Mekah di masa sekarang?" Maka Amr menjawabnya, "Sesungguhnya telah diturunkan kepadanya suatu surat yang ringkas lagi balig." Musailamah bertanya, "Surat apakah?" Amr menjawab: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. (Al-'Asr: 1-2) Maka Musailamah berpikir sejenak, kemudian mengangkat kepalanya dan berkata, "Sesungguhnya telah diturunkan pula kepadaku hal yang semisal dengannya." Amr bertanya, "Apakah itu?" Musailamah berkata, "Hai kelinci, hai kelinci, sesungguhnya kamu hanya terdiri atas dua telinga dan dada, sedangkan selain itu pendek dan kurus." Kemudian Musailamah bertanya, "Bagaimanakah menurut pendapatmu, hai Amr." Amr menjawab, "Demi Allah, sesungguhnya kamu mengetahui bahwa diriku mengetahui kamu berdusta."
4 Tafsir Al-Jalalain
Tatkala mereka tidak mampu memenuhi permintaan itu, maka Allah swt. berfirman, (Dan jika kamu tidak dapat melakukan) apa yang disebutkan itu disebabkan kelemahan dan ketidakmampuanmu (dan kamu pasti tidak akan dapat melakukannya) demikian itu untuk selama-lamanya disebabkan terhalang mukjizat Alquran itu, (maka jagalah dirimu dari neraka) dengan jalan beriman kepada Allah dan meyakini bahwa Alquran itu bukanlah ucapan manusia (yang kayu apinya terdiri dari manusia), yakni orang-orang kafir (dan batu), misalnya yang dipakai untuk membuat patung-patung atau berhala-berhala mereka. Maksudnya api neraka itu amat panas dan tambah menyala dengan bahan bakar manusia dan batu jadi bukan seperti api dunia yang hanya dapat dinyalakan dengan kayu bakar atau yang lainnya (yang disediakan bagi orang-orang kafir) sebagai alat untuk menyiksa mereka. Kalimat belakang ini dapat menjadi kalimat baru atau menunjukkan keadaan yang lazim.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Jika kalian tidak dapat mendatangkan surat yang serupa--dan pasti kalian tidak akan bisa, sebab al-Qur'ân adalah kalam Tuhan, Sang Khalik, dan itu di luar kemampuan makhluk--maka yang harus kalian lakukan adalah menjauhi hal-hal yang dapat menjerumuskan kepada siksaan di akhirat, yaitu api yang bahan bakarnya terdiri atas orang-orang kafir dan patung-patung sembahan. Api tersebut disediakan untuk menyiksa orang-orang yang ingkar.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur`an yang Kami
wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur`an itu, dan ajaklah penolong-penolongmu selain
Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya),
dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir."
(Al-Baqarah: 23-24).
(23) Ini merupakan dalil logika atas kebenaran Rasulullah ﷺ dan
keshahihan apa yang dibawa beliau di mana Allah berfir-man, "Dan jika kamu tetap -wahai sekalian
orang-orang yang menentang Rasulullah ﷺ dan menolak dakwah beliau serta yang menuduhnya
berdusta- dalam keraguan, dan kebimbangan ter-hadap wahyu yang Kami turunkan atas hamba Kami,
apakah itu benar ataukah bohong belaka? Maka di sinilah suatu perkara (baca: tindakan)
yang adil sebagai pemutus perkara antara kalian dengannya, yaitu, bahwasanya ia adalah seorang
manusia juga seperti kalian dan bukan dari jenis makhluk yang lain,[4]
dan kalian mengenalnya sejak lahirnya di tengah kehidupan kalian, ia tidak menulis dan tidak
pula membaca, lalu ia datang kepada kalian dengan membawa sebuah kitab suci yang ia katakan
berasal dari sisi Allah, dan kalian berkata bahwasanya ia membuat-buatnya dan melakukan
kedustaan, maka jika itu sebagaimana yang kalian se-butkan, maka hadirkanlah sebuah surat saja
yang semisal dengan-nya, mintalah bantuan kepada orang-orang yang kalian anggap mampu membuatnya
dari sahabat dan sejawat-sejawat kalian, karena hal itu adalah suatu perkara yang mudah saja
bagi kalian, apalagi kalian adalah pakar-pakar bidang bahasa, pakar orator, dan permusuhan
terhadap Rasul ﷺ.
Apabila kalian mampu menghadirkan satu surat yang semi-salnya, maka perkaranya adalah seperti
yang kalian sebutkan, na-mun bila kalian tidak mampu menghadirkan satu surat pun yang semisal
dan kalian tidak mampu lagi berusaha [dan kalian tidak akan pernah mampu menghadirkan satu surat pun yang semisal-nya, akan tetapi tantangan ini adalah tantangan yang obyektif dan mencoba memahami keberatan kalian],
maka ayat ini merupakan ayat yang agung dan dalil yang jelas lagi terang akan kebenarannya dan
kebenaran wahyu yang dibawanya, maka wajiblah atas kalian untuk mengikutinya, dan sebagai
tindakan penjagaan diri dari api neraka yang panasnya sangat tinggi dan membara, di mana bahan
bakarnya adalah manusia dan bebatuan, yang bukan seperti api dunia yang hanya dibakar dengan
kayu saja, api ini seperti yang telah dijelaskan, telah disiapkan dan dipersembahkan bagi
orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-rasulNya, maka jangan-lah kalian kafir terhadap
RasulNya setelah jelas bagi kalian bahwa-sanya ia adalah Rasulullah ﷺ.
(24) Ayat ini dan ayat-ayat yang semisalnya dinamakan de-ngan ayat
tantangan. Maksudnya adalah membuktikan kelemahan makhluk dalam hal menghadirkan sesuatu yang
semisal dengan al-Qur`an, atau karena mengkritiknya dari suatu sisi. Allah تعالى berfirman,
﴾ قُل لَّئِنِ ٱجۡتَمَعَتِ ٱلۡإِنسُ وَٱلۡجِنُّ عَلَىٰٓ أَن يَأۡتُواْ بِمِثۡلِ هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانِ
لَا يَأۡتُونَ بِمِثۡلِهِۦ وَلَوۡ كَانَ بَعۡضُهُمۡ لِبَعۡضٖ ظَهِيرٗا 88 ﴿
"Katakanlah, 'Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa al-Qur`an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain'." (Al-Isra`: 88).
Bagaimana mungkin makhluk yang berasal dari tanah mampu agar perkataannya sama seperti perkataan Rabb segala makhluk, atau bagaimana mungkin seorang yang miskin lagi papa dalam segala bentuknya dapat menghadirkan sebuah perkataan yang sama dengan perkataan Dzat yang sempurna, yang memiliki ke-sempurnaan mutlak, Dzat yang Mahakaya lagi luas dalam segala bentuknya? Hal ini tidaklah mungkin dan di luar kemampuan manusia, dan setiap orang yang memiliki sekecil-kecilnya rasa dan pengetahuan terhadap corak dan bentuk perkataan. Apabila seseorang membanding-bandingkan al-Qur`an yang agung ini de-ngan selainnya dari perkataan-perkataan para ahli sastra, niscaya nampaklah baginya suatu perbedaan yang luar biasa besarnya.
Dan dalam FirmanNya, ﴾ وَإِن كُنتُمۡ فِي رَيۡبٖ مِّمَّا نَزَّلۡنَا عَلَىٰ عَبۡدِنَا فَأۡتُواْ بِسُورَةٖ مِّن
مِّثۡلِهِۦ وَٱدۡعُواْ شُهَدَآءَكُم مِّن دُونِ ٱللَّهِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ ﴿ "Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur`an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur`an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar," terkandung sebuah dalil yang menunjukkan bahwasanya orang yang diharapkan hidayah baginya dari kesesatan adalah seorang yang ragu dan bingung, yang belum mengetahui kebenaran dari kesesatan, maka orang seperti ini bila dijelaskan kebenaran baginya, niscaya ia segera mengikutinya jika ia memang benar-benar mencari kebenaran.
Adapun orang yang keras kepala yang mengetahui kebenaran namun ia meninggalkannya, maka yang seperti ini tidaklah mung-kin kembali, karena ia telah meninggalkan kebenaran setelah jelas baginya kebenaran itu, di mana ia tidak meninggalkannya karena sebuah kebodohan, maka tidak ada alasan lain untuknya. Demikian juga orang yang ragu dan tidak benar-benar mencari kebenaran, bahkan ia berleha-leha dan tidak bersungguh-sungguh dalam men-carinya, maka yang seperti ini secara garis besar tidaklah dibimbing ke sana.
Dalam penjelasan tentang Rasulullah ﷺ sebagai hamba Allah dalam konteks yang agung ini adalah sebuah dalil bahwasanya sifat beliau ﷺ yang paling besar adalah realisasi beliau ﷺ dalam penghambaan yang tidak dapat disaingi oleh siapa pun dari orang-orang terdahulu maupun yang akan datang, sebagaimana Allah juga menjelaskan tentang beliau dengan predikat hamba Allah dalam surat al-Isra` seraya berfirman,
﴾ سُبۡحَٰنَ ٱلَّذِيٓ أَسۡرَىٰ بِعَبۡدِهِۦ لَيۡلٗا ﴿
"Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hambaNya pada suatu malam." (Al-Isra`: 1).
Dan dalam konteks menurunkan, Allah berfirman,
﴾ تَبَارَكَ ٱلَّذِي نَزَّلَ ٱلۡفُرۡقَانَ عَلَىٰ عَبۡدِهِۦ لِيَكُونَ لِلۡعَٰلَمِينَ نَذِيرًا 1 ﴿
"Mahasuci Allah yang telah menurunkan al-Furqan (al-Qur`an) kepada hambaNya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam." (Al-Furqan: 1).
Dan dalam Firman Allah, ﴾ أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ ﴿ "Yang disediakan bagi orang-orang kafir," dan ayat-ayat yang semacamnya adalah sebuah dalil bagi Ahlus Sunnah wal Jama'ah bahwasanya surga dan neraka itu telah diciptakan, berbeda dengan al-Mu'tazilah.
Ayat ini juga mengandung isyarat bahwasanya orang-orang yang bertauhid walaupun mereka terkadang melakukan beberapa dosa besar, namun tidak akan kekal dalam neraka, karena Allah berfirman, ﴾
أُعِدَّتۡ لِلۡكَٰفِرِينَ ﴿ "Yang disediakan bagi orang-orang kafir," se-kiranya orang-orang yang
melakukan maksiat dari ahli tauhid itu kekal dalam neraka, maka neraka tidaklah disiapkan hanya
untuk orang-orang kafir semata. Ini berbeda dengan faham al-Khawarij dan al-Mu'tazilah. Demikian
juga isyarat lain tentang suatu dalil bahwa siksaan itu diperoleh dengan adanya sebab-sebabnya
yaitu kekufuran dan segala corak kemaksiatan yang berbeda-beda.