Al-Hajj Ayat 70
اَلَمْ تَعْلَمْ اَنَّ اللّٰهَ يَعْلَمُ مَا فِى السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِۗ اِنَّ ذٰلِكَ فِيْ كِتٰبٍۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌ ( الحج: ٧٠ )
'Alam Ta`lam 'Anna Allāha Ya`lamu Mā Fī As-Samā'i Wa Al-'Arđi 'Inna Dhālika Fī Kitābin 'Inna Dhālika `Alaá Allāhi Yasīrun. (al-Ḥajj 22:70)
Artinya:
Tidakkah engkau tahu bahwa Allah mengetahui apa yang di langit dan di bumi? Sungguh, yang demikian itu sudah terdapat dalam sebuah Kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allah. (QS. [22] Al-Hajj : 70)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Tidakkah engkau, Muhammad, tahu dengan ilmu yakin bahwa Allah mengetahui apa yang di langit, seperti malaikat dan benda-benda langit, dan seluruh makhluk Allah yang berada di bumi, baik yang kasat mata maupun tersembunyi bagi manusia? Sungguh, yang demikian itu bahwa Allah mengetahui secara detil dan terperinci semua ciptaan-Nya di langit maupun di bumi, sudah terdapat dalam sebuah Kitab induk yang tersimpan di Lauh Mahfuzh Sesungguhnya yang demikian itu, tercatatnya data seluruh ciptaan Allah pada sebuah buku induk, sangat mudah bagi Allah, karena Allah Tuhan Yang Memelihara seluruh alam.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini menegaskan kepada Nabi Muhammad saw, tentang keluasan ilmu Allah. Sekalipun Nabi Muhammad yang dituju tetapi dalam ayat ini termasuk di dalamnya seluruh umatnya. Seakan-akan Allah mengatakan kepadanya, "Apakah engkau tidak mengetahui hai Muhammad, bahwa ilmu Allah itu amat luas, meliputi segala apa yang ada di langit dan segala apa yang ada di bumi, tidak ada sesuatu pun yang luput dari ilmu-Nya itu, walaupun barang itu sebesar zarroh (atom) atau lebih kecil lagi dari atom itu, bahkan Dia mengetahui segala yang terbetik di dalam hati manusia."
Semua ilmu Allah itu tertulis di Lauh Mahfuz, ialah suatu kitab yang di dalamnya disebutkan segala yang ada dan kitab itu telah ada dan lengkap, mempunyai catatan sebelum Allah menciptakan langit dan bumi. Menurut Abu Muslim al-Ashfah±ni, yang dimaksud dengan kitab dalam ayat ini ialah pemeliharaan sesuatu dan pencatatannya yang sempurna. Tidak ada sesuatu yang tidak tercatat di dalamnya. Hal inilah yang merupakan ilmu Allah.
Pengetahuan yang amat sempurna dan pencatatan yang lengkap tentang segala sesuatu serta penetapan hukum yang dijadikan bahan pengadilan di akhirat kelak tidaklah sukar bagi Allah untuk menetapkannya. Dia menetapkan sesuatu di akhirat nanti dengan seadil-adilnya, karena segala macam yang dijadikan bahan pertimbangan telah ada catatan-Nya, tidak ada yang kurang sedikit pun.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Allah Swt..memberitahukan tentang Pengetahuannya Yang Maha-sempurna tentang makhluk-Nya, bahwa Dia meliputi semua yang ada di langit dan di bumi. Tiada sesuatu pun sebesar semut kecil yang ada di langit dan bumi, serta tiada yang lebih kecil atau lebih besar daripada itu luput dari pengetahuan-Nya. Dan sesungguhnya Allah mengetahui semua makhluk sebelum kejadiannya.
Hal tersebut telah dicatat-Nya pada kitabNya yang terpelihara, seperti yang telah disebutkan di dalam kitab Sahih Muslim melalui Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Sesungguhnya Allah telah merencanakan penciptaan seluruh makhluk sebelum menciptakan langit dan bumi dalam jarak masa lima puluh ribu tahun, sedangkan Arasy-Nya berada di atas air.
Di dalam kitab-kitab sunan telah disebutkan melalui hadis sejumlah sahabat, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
Mula-mula yang diciptakan oleh Allah ialah Qalam. Allah berfirman kepadanya, "Tulislah!" Qalam berkata, "Apa yang harus hamba tulis?” Allah berfirman, "Tulislah segala sesuatu yang akan terjadi.” Maka Qalam menulis semua yang akan terjadi sampai hari kiamat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah telah menceritakan kepada kami Ibnu Bukair, telah menceritakan kepadaku Ibnu Lahi'ah, telah menceritakan kepadaku Ata ibnu Dinar, telah menceritakan kepadaku Sa'id ibnu Jubair yang mengatakan, Ibnu Abbas pernah berkata bahwa Allah menciptakan Lauh Mahfuz yang lebarnya sama dengan jarak perjalanan seratus tahun. Lalu Allah berfirman kepada Qalam sebelum Dia menciptakan makhluk, sedangkan Dia di atas 'Arasy-Nya, "Tulislah!" Qalam bertanya, "Apakah yang harus hamba tulis?" Allah berfirman, "Pengetahuan-Ku tentang makhluk-Ku sampai hari kiamat." Maka Qalam mencatat semua yang akan terjadi menurut ilmu Allah sampai hari kiamat. Yang demikian itu adalah firman Allah Swt. kepada Nabi-Nya:
Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi.
Hal ini merupakan sebagian dari kesempurnaan pengetahuan-Nya, bahwa Allah Swt. mengetahui segala sesuatu sebelum kejadiannya, Dia telah merencanakannya dan telah mencatatnya pula. Tiada sesuatu pun yang dilakukan oleh hamba-hamba-Nya, melainkan Dia telah mengetahuinya sebelum kejadiannya dalam keadaan persis seperti apa yang dilakukan oleh mereka di kemudian hari. Dia mengetahui bahwa orang ini taat dengan kerelaannya sendiri, dan orang itu durhaka dengan kesukaannya sendiri.Semuanya itu dicatat oleh Allah di sisi-Nya, dan Dia mengetahui segala sesuatu dengan pengetahuan yang meliputinya, yang hal ini amatlah mudah dan gampang bagi-Nya. Karena itulah maka Allah Swt. Berfirman
bahwa yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuz). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Apakah kamu tidak mengetahui) Istifham di sini bermakna Taqrir, maksudnya bukankah kamu telah mengetahui (bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi; bahwasanya yang demikian itu) apa yang telah disebutkan tadi (terdapat dalam Kitab?) yang dimaksud adalah Lohmahfuz. (Sesungguhnya yang demikian itu) pengetahuan apa yang telah disebutkan tadi (amat mudah bagi Allah.)
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Ketahuilah, wahai orang yang berakal, bahwa ilmu Allah meliputi segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, termasuk perbuatan yang dilakukan oleh para pendebat itu. Hal itu sama sekali tidak akan luput dari ilmu-Nya. Semuanya tercatat dalam papan yang terjaga (al-lawh al-mahfûzh), karena untuk meliput, mencatat dan menjaga hal itu adalah sangat mudah bagi Allah Swt.
6 Tafsir as-Saadi
"Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang mereka lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka memban-tah kamu dalam urusan (syariat) ini, dan serulah kepada (agama) Rabbmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus. Dan jika mereka membantah kamu, maka katakanlah, 'Allah lebih mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan.' Allah akan mengadili di antara kamu pada Hari Kiamat tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih padanya. Apakah kamu tidak me-ngetahui bahwa Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah'." (Al-Hajj: 67-70).
(67) Allah تعالى memberitahukan bahwasanya Dia menjadi-kan bagi setiap umat manusia ﴾ مَنسَكًا ﴿ "syariat tertentu," maksudnya tempat ibadah dan cara peribadahan. Terkadang mengalami per-bedaan di beberapa sisi, walaupun tetap memuat nuansa keadilan dan hikmah. Sebagaimana kandungan Firman Allah,
﴾ لِكُلّٖ جَعَلۡنَا مِنكُمۡ شِرۡعَةٗ وَمِنۡهَاجٗاۚ وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ وَلَٰكِن لِّيَبۡلُوَكُمۡ فِي مَآ ءَاتَىٰكُمۡۖ …﴿
"Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadi-kanNya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberianNya kepadamu…." (Al-Ma`idah: 48).
﴾ هُمۡ نَاسِكُوهُۖ ﴿ "Yang mereka kerjakan," maksudnya mereka mengamalkannya selaras dengan kondisi dan latar belakang me-reka, sehingga tidak terjadi penentangan terhadap suatu syariat. Terutama dari kaum 'ummi (yang buta huruf), dari kalangan masya-rakat paganis dan jahiliyah yang sudah sangat nyata. Karena jika telah terbukti kebenaran risalah seorang rasul melalui dalil-dalil, maka wajib diterima seluruh ajaran yang ia bawa dengan tulus dan berserah diri, tanpa penolakan. Karena itu, Allah berfirman, ﴾ فَلَا يُنَٰزِعُنَّكَ فِي ٱلۡأَمۡرِۚ ﴿ "Maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syariat) ini," maksudnya jangan sampai orang-orang yang mendustakan saling melancarkan penentangan kepadaMu, menampik sebagian ajaran yang engkau bawa dengan dorongan akal-akal mereka yang sudah rusak, seperti penentangan mereka dalam masalah penghalalan bangkai sambil berujar, "Kalian me-makan binatang yang kalian sembelih, tetapi tidak sudi memakan binatang yang Allah matikan langsung?! Dan seperti pernyataan mereka,
﴾ إِنَّمَا ٱلۡبَيۡعُ مِثۡلُ ٱلرِّبَوٰاْۗ ﴿
"Sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba." (Al-Baqarah: 275), …dan lain sebagainya, yang berupa penolakan mereka yang tidak mesti disanggah satu persatu.
Mereka pada dasarnya mengingkari risalah. Tidak perlu ditegakkan perdebatan dan adu argumentasi bagi masing-masing lontaran syubhat itu. Ada sikap khusus sesuai dengan situasi dan kondisi. Orang yang melontarkan sanggahan, lagi mengingkari risalah Rasul, jika ia berdalih melakukan perdebatan untuk men-dapatkan petunjuk, maka hendaklah disampaikan kepadanya: Permasalahan kami denganmu berhubungan dengan ada tidaknya risalah. Apabila tidak demikian,maka merasa puas dengan per-debatan ini menjadi bukti bahwa tujuannya adalah untuk memper-tontonkan penentangan dan usaha pembungkaman. Untuk itu, Allah memerintahkan RasulNya agar beliau menyerukan dakwah dengan sarat hikmah dan mau'izhah hasanah (nasihat yang baik) serta konsisten dengan metode pendekatan ini, baik mereka akan menghalang-halangi atau tidak. Dan seharusnya tidak boleh ada sesuatu pun yang membelokkan dirimu dari dakwah. Pasalnya, engkau berada ﴾ هُدٗى مُّسۡتَقِيمٖ 67 ﴿ "pada jalan yang lurus," yaitu jalan yang tengah-tengah, yang mengantarkan menuju tujuan yang ingin digapai, yang sarat dengan ilmu kebenaran dan pengamalannya. Jadi, engkau telah berada di atas tumpuan kepercayaan terhadap urusan yang sedang engkau jalankan dan berpegang teguh atas keyakinan terhadap agamamu. Hal ini mengharuskan lahirnya sikap pantang menyerah pada dirimu dan terus bergerak melak-sanakan perintah Rabbmu. Kamu tidaklah berada dalam perkara yang meragu-ragukan atau perkataan yang dusta, sehingga mem-buatmu mesti bercampur-baur bersama orang-orang, dan keinginan-keinginan serta pikiran-pikiran mereka sehingga penentangan mereka menghentikanmu. Senada dengan ini, Firman Allah تعالى,
﴾ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۖ إِنَّكَ عَلَى ٱلۡحَقِّ ٱلۡمُبِينِ 79 ﴿
"Sebab itu, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya kamu berada di atas kebenaran yang nyata." (An-Naml: 79).
Kendatipun dalam Firman Allah, ﴾ إِنَّكَ لَعَلَىٰ هُدٗى مُّسۡتَقِيمٖ 67 ﴿ "Se-sungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus," termuat petunjuk untuk mencounter orang-orang yang menyanggah bebe-rapa point pada aturan syariat melalui daya nalar yang sehat. Karena al-huda (petunjuk) di sini merupakan gambaran bagi setiap ajaran yang dibawa oleh Rasulullah. Dan hakikat al-huda ialah segala sesuatu yang mendatangkan hidayah dalam masalah-masalah ushul (prinsipil) dan furu' (cabang-cabang). Yang dimaksud adalah, perkara-perkara yang dapat dideteksi sisi kebaikan, keadilan dan kebijaksanaannya melalui akal dan fitrah yang masih lurus. Hasil ini bisa diketahui dengan cara menyelami perintah-perintah dan larangan-larangan secara mendalam.
(68-69) Karena itu, dalam kondisi seperti ini, Allah meni-tahkan mengurungkan diri untuk meladeni perdebatan mereka. Dia berfirman, ﴾ وَإِن جَٰدَلُوكَ فَقُلِ ٱللَّهُ أَعۡلَمُ بِمَا تَعۡمَلُونَ 68 ﴿ "Dan jika mereka mem-bantah kamu, maka katakanlah, 'Allah lebih mengetahui tentang apa yang kamu kerjakan'," maksudnya Dia Maha Mengetahui harapan-harapan yang ingin kalian capai dan niat-niat kalian. Dia akan memberikan balasannya kepada kalian di Hari Kiamat yang menjadi (momen-tum) bagi Allah untuk menetapkan keputusan (masalah yang ter-jadi) di antara kalian ﴾ فِيمَا كُنتُمۡ فِيهِ تَخۡتَلِفُونَ 69 ﴿ "tentang apa yang kamu dahulu selalu berselisih padanya." Barangsiapa tepat berada di atas shirathal mustaqim, maka dia termasuk penghuni Surga Na'im, dan barangsiapa membelok darinya, maka dia menjadi penghuni Neraka Jahim.
(70) Menjadi tanda kesempurnaan ketetapan hukumNya, bahwa keputusan hukum itu bersumberkan dari ilmu. Oleh sebab itu, Allah menyebutkan betapa besarnya penguasaan ilmuNya dan muatan KitabNya. Allah berfirman, ﴾ أَلَمۡ تَعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا فِي ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِۚ ﴿ "Apakah kamu tidak mengetahui bahwa Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan bumi." Tidak ada perkara tersembunyi yang ter-lewatkan olehNya, baik perkara yang terjangkau (oleh pandangan manusia) atau perkara-perkara rahasia, yang pelik ataupun yang terang, yang sudah lama terjadi maupun yang bakal muncul. [Sesungguhnya] ilmuNya meliputi segala yang ada di langit dan bumi, Allah telah membakukannya dalam sebuah kitab (buku ca-tatan); yaitu Lauhul Mahfuzh ketika Allah menciptakan al-Qalam,
قَالَ لَهُ: أُكْتُبْ! قَالَ: مَا أَكْتُبُ؟ قَالَ: أُكْتُبْ مَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
"Allah berkata kepadanya, 'Tulislah.' Dia (al-Qalam) menjawab, 'Apa yang (harus) kutulis?' Allah berfirman, 'Tulislah segala sesuatu yang terjadi sampai Hari Kiamat'."[6]
﴾ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ 70 ﴿ "Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah," meskipun imajinasi kalian tidak melingkupinya. Sedangkan Allah تعالى, mudah bagiNya meliputi segala sesuatu de-ngan ilmuNya dan menuliskannya di kitab yang akan cocok dengan fakta (yang terjadi).