Asy-Syu'ara' Ayat 9
وَاِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيْزُ الرَّحِيْمُ ࣖ ( الشعراء: ٩ )
Wa 'Inna Rabbaka Lahuwa Al-`Azīzu Ar-Raĥīmu. (aš-Šuʿarāʾ 26:9)
Artinya:
Dan sungguh, Tuhanmu Dialah Yang Mahaperkasa, Maha Penyayang. (QS. [26] Asy-Syu'ara' : 9)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan sungguh, Tuhanmu Dialah Yang Mahaperkasa, tidak akan terku-rangi kekuasaan-Nya oleh banyaknya orang-orang yang ingkar kepada-Nya, namun demikian, Dia juga Maha Penyayang dengan tidak cepat menyiksa makhluk-Nya yang durhaka, tapi memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Kemudian Allah mencela orang-orang kafir yang tidak mau mempergunakan akal pikiran mereka untuk memperhatikan bahwa apa yang terjadi di alam ini menunjukkan kekuasaan Allah. Seandainya mereka mau memikirkan dan merenungkan ciptaan Allah, tentu mereka akan menjadi orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Mereka tidak akan lagi menyembah berhala yang tidak dapat memberikan manfaat sedikit pun dan tidak pula menolak bahaya dan kemudaratan, baik bagi dirinya sendiri maupun para penyembahnya.
Orang kafir itu memang tidak memperhatikan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang beraneka warna, masing-masing mempunyai kekhususan sendiri baik daun, bunga, dan buahnya. Padahal semuanya tumbuh di tanah yang sejenis dan diairi dengan air yang sama, tetapi menghasilkan buah-buahan yang berlainan bentuk, warna, dan rasanya. Tidakkah yang demikian itu menunjukkan kekuasaan dan kebijaksanaan Pencipta-Nya? Namun kalau hati sudah tertutup perasaan sombong dan takabur, pikiran sudah dipengaruhi oleh ketamakan untuk memperoleh pangkat, kedudukan, dan kekayaan, maka tertutuplah semua jalan untuk mencapai kebenaran. Apa saja yang bertentangan dengan kemauan mereka semuanya jahat dan jelek dalam pandangan mereka.
Inilah faktor-faktor yang memalingkan mereka dari berpikir dan merenungkan kekuasaan Allah. Oleh karena itu, kebanyakan mereka tetap dalam keingkaran, kekafiran, dan selalu menantang risalah dan kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Mereka selalu mengingkari hari Kiamat, hari kebangkitan, dan hari perhitungan, karena tidak mau memikirkannya. Mereka hanya mau bersenang-senang saja di dunia ini, sehingga merasa tidak ada gunanya memikirkan bagaimana keadaan sesudah mati. Menurut mereka, jasad yang mati itu pasti hancur menjadi tanah dan tidak akan kembali.
Sebenarnya Allah kuasa untuk menghancurkan mereka dengan berbagai macam cara seperti Allah menghancurkan umat-umat dahulu yang durhaka. Ada yang dihancurkan dengan topan dan banjir besar, ada yang dimusnahkan dengan gempa yang dahsyat, dan ada pula dengan suara keras yang mengguntur. Namun demikian, Allah mempunyai sifat rahmat dan kasih sayang. Oleh sebab itu, Allah tidak menimpakan kepada kaum musyrik Mekah siksa azab yang ditimpakan kepada umat-umat terdahulu, dengan harapan mungkin ada di antara orang-orang kafir yang membangkang dan menantang itu atau anak cucunya yang akan beriman.
Al-Quran menyatakan bahwa semua benda mati dan makhluk hidup di alam semesta ini diciptakan berpasang-pasangan. Dalam ayat di atas dicontohkan mengenai tumbuhan. Namun demikian, sebenarnya konsep berpasangan tidak saja hanya pada tumbuhan, tetapi di hampir semua ciptaannya. Dalam Al-Qur'an dinyatakan, di antaranya:
"Maha Suci Dia yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui." (Yasin/36: 36).
"Dan segala sesuatu telah Kami ciptakan berpasang-pasangan..." (adz-dzariyat/51: 49).
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mahaperkasa. (Asy-Syu'ara': 9)
Artinya, Allah Mahaperkasa atas segala sesuatu, Yang mengalahkan dan menundukkannya.
lagi Maha Penyayang. (Asy-Syu'ara': 9)
Yakni terhadap makhluk-Nya. Maka Dia tidak menyegerakan azab-Nya terhadap orang yang durhaka kepada-Nya, bahkan menangguhkan serta memberinya tempo. Setelah itu (jika tidak mau bertobat), Dia akan menghukumnya dengan hukuman Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.
Abul Aliyah, Qatadah, Ar-Rabi ibnu Anas, dan Ibnu Ishaq mengatakan bahwa Yang Mahaperkasa, artinya Mahaperkasa dalam menimpakan pembalasan-Nya terhadap orang-orang yang menentang perintah-Nya dan menyembah selain-Nya.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa Tuhan Maha Penyayang terhadap orang yang bertobat kepada-Nya dan memperbaiki amal perbuatannya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan sesungguhnya Rabbmu benar-benar Dia-iah Yang Maha Perkasa) memiliki keperkasaan untuk membalas orang-orang kafir (lagi Maha Penyayang) terhadap orang-orang yang beriman.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Dan sesungguhnya Penguasa dan Pemelihara dirimu, Dialah yang akan membalas para pendusta kebenaran dan mengaruniakan rahmat-Nya kepada orang-orang yang beriman.
6 Tafsir as-Saadi
"Tha Sin Mim. Inilah ayat-ayat al-Qur`an yang menerang-kan. Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu (dengan kesedihan), karena mereka tidak beriman. Jika Kami meng-hendaki, niscaya Kami menurunkan kepada mereka mukjizat dari langit, maka senantiasa kuduk-kuduk mereka tunduk kepadanya. Dan sekali-kali tidak datang kepada mereka suatu peringatan baru dari Rabb Yang Maha Pemurah, melainkan mereka selalu berpaling darinya. Sungguh mereka telah mendustakan (al-Qur`an), maka kelak akan datang kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapa banyak Kami menumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekua-saan Allah. Dan kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesung-guhnya Rabbmu benar-benar Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang." (Asy-Syu'ara`: 1-9).
Makkiyah Menurut Jumhur Ulama
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang."
(1-2) Allah Sang Pencipta mengisyaratkan kepada suatu isyarat yang menunjukkan betapa agungnya ayat-ayat al-Kitab al-Mubin (al-Qur`an) yang sangat jelas yang menunjukkan kepada seluruh tuntutan-tuntutan ilahi dan maqashid syar'iyyah, sehingga tidak ada sedikit pun keraguan bagi orang yang mengamatinya, dan tidak ada syubhat tentang apa yang diberitakanNya atau di-putuskanNya karena kejelasan penunjukannya (wudhuh ad-Dalalah) terhadap makna-makna termulia dan keterkaitan hukum-hukum dengan hikmahnya dan ketertautannya dengan korelasinya. Rasu-lullah a memperingatkan manusia dengannya, dan dengannya pula beliau menunjukkan (mereka) kepada jalan yang lurus, sehingga banyak hamba-hamba Allah yang bertakwa mendapat petunjuk, sedangkan orang yang telah ditetapkan binasa berpaling darinya, sehingga membuat Rasulullah a sangat pilu dan sedih karena mereka tidak beriman, karena kesungguhan beliau kepada kebaikan mereka dan ketulusannya terhadap mereka.
(3) Maka dari itu Allah سبحانه وتعالى berfirman kepada NabiNya, ﴾ لَعَلَّكَ بَٰخِعٞ نَّفۡسَكَ ﴿ "Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu (dengan kesedihan)," maksudnya, kamu menyengsarakan dan mem-buat sulit dirimu, ﴾ أَلَّا يَكُونُواْ مُؤۡمِنِينَ ﴿ "karena mereka tidak beriman," maka janganlah kamu lakukan dan janganlah kamu menyengsarakan dirimu karena kesedihan terhadap mereka. Sebab hidayah itu ada di Tangan Allah, dan kamu telah melaksanakan kewajiban me-nyampaikan (risalah) sementara tidak ada di luar al-Qur`an ini satu pun tanda (mukjizat) untuk kami turunkan agar mereka beriman. Sebab al-Qur`an itu sendiri sudah cukup bagi siapa saja yang menghendaki hidayah.
(4) Oleh karenanya, Dia berfirman, ﴾ إِن نَّشَأۡ نُنَزِّلۡ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ ءَايَةٗ ﴿ "Jika Kami menghendaki niscaya Kami menurunkan kepada mereka satu mukjizat dari langit," maksudnya satu dari tanda-tanda yang mereka minta, ﴾ فَظَلَّتۡ أَعۡنَٰقُهُمۡ ﴿ "maka senantiasa kuduk-kuduk mereka," maksud-nya, leher para pendusta ﴾ لَهَا خَٰضِعِينَ ﴿ "tunduk kepadanya," akan tetapi hal itu tidak perlu dan tidak ada maslahatnya, sebab pada waktu itu iman sudah tidak berguna lagi. Sebab, iman yang berguna itu adalah iman kepada yang ghaib, sebagaimana Allah تعالى berfirman,
﴾ هَلۡ يَنظُرُونَ إِلَّآ أَن تَأۡتِيَهُمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَوۡ يَأۡتِيَ رَبُّكَ أَوۡ يَأۡتِيَ بَعۡضُ ءَايَٰتِ رَبِّكَۗ يَوۡمَ يَأۡتِي بَعۡضُ ءَايَٰتِ رَبِّكَ لَا يَنفَعُ نَفۡسًا إِيمَٰنُهَا لَمۡ تَكُنۡ ءَامَنَتۡ مِن قَبۡلُ أَوۡ كَسَبَتۡ فِيٓ إِيمَٰنِهَا خَيۡرٗاۗ قُلِ ٱنتَظِرُوٓاْ إِنَّا مُنتَظِرُونَ 158 ﴿
"Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Rabbmu atau kedatangan sebagian tanda-tanda Rabbmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Rabbmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah, 'Tunggulah olehmu, sesungguhnya kami pun menunggu (pula)'." (Al-An'am: 158).
(5) ﴾ وَمَا يَأۡتِيهِم مِّن ذِكۡرٖ مِّنَ ٱلرَّحۡمَٰنِ مُحۡدَثٍ ﴿ "Dan sekali-kali tidaklah datang kepada mereka suatu peringatan baru dari Rabb Yang Maha Pemurah." Dia memerintah mereka, melarang dan mengingatkan mereka akan segala hal yang bermanfaat bagi mereka dan yang membahayakan, ﴾ إِلَّا كَانُواْ عَنۡهُ مُعۡرِضِينَ ﴿ "melainkan mereka selalu berpaling darinya," dengan hati dan badan mereka. Ini adalah sikap berpaling mereka dari peringatan baru yang biasanya sentuhannya (seharusnya) sangat dalam daripada yang lainnya. Lalu bagaimana sikap berpaling mereka dari yang lainnya? Hal itu adalah karena pada diri mereka tidak ada kebaikannya sama sekali dan segala bentuk nasihat tidak efektif bagi mereka.
(6) Oleh karena itu, Dia berfirman, ﴾ فَقَدۡ كَذَّبُواْ ﴿ "Sungguh me-reka telah mendustakan" kebenaran. Dan sikap mendustakan telah menjadi karakter mereka yang tidak akan berubah dan tergantikan, ﴾ فَسَيَأۡتِيهِمۡ أَنۢبَٰٓؤُاْ مَا كَانُواْ بِهِۦ يَسۡتَهۡزِءُونَ ﴿ "maka kelak akan datang kepada mereka berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan." Maksudnya, azab akan menimpa mereka dan sesuatu yang telah mereka dustakan itu akan melanda mereka, karena sesungguhnya kalimatul azab telah menjadi benar bagi mereka.
(7) Allah سبحانه وتعالى berfirman seraya mengingatkan untuk tafakkur (merenung) yang berguna bagi pelakunya, ﴾ أَوَلَمۡ يَرَوۡاْ إِلَى ٱلۡأَرۡضِ كَمۡ أَنۢبَتۡنَا فِيهَا مِن كُلِّ زَوۡجٖ كَرِيمٍ ﴿ "Apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapa banyak Kami menumbuhkan di bumi itu pelbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?" dari berbagai macam tumbuh-tumbuhan, yang indah dipandang dan mulia manfaatnya.
(8) ﴾ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَأٓيَةٗۖ ﴿ "Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda," yang membuktikan kekuasaan Allah untuk menghidupkan kembali manusia-manusia yang sudah mati, sebagaimana Dia berkuasa menghidupkan bumi setelah ketan-dusannya. ﴾ وَمَا كَانَ أَكۡثَرُهُم مُّؤۡمِنِينَ 8 ﴿ "Dan kebanyakan mereka tidak beriman," seperti yang difirmankan Allah سبحانه وتعالى dalam ayat lain,
﴾ وَمَآ أَكۡثَرُ ٱلنَّاسِ وَلَوۡ حَرَصۡتَ بِمُؤۡمِنِينَ 103 ﴿
"Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya." (Yusuf: 103).
(9) ﴾ وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ ٱلۡعَزِيزُ ﴿ "Dan sesungguhnya Rabbmu benar-benar Dia-lah Yang Mahaperkasa," yang menundukkan setiap makhluk, dan seluruh alam atas dan alam bawah tunduk kepadaNya. ﴾ ٱلرَّحِيمُ ﴿ "lagi Maha Penyayang," yang rahmatNya meliputi segala sesuatu, kemurahanNya sampai kepada segala yang hidup; Yang Mahaper-kasa membinasakan orang-orang yang sengsara dengan berbagai hukuman, Maha Pemurah terhadap orang-orang yang berbahagia, di mana Dia menyelamatkan mereka dari segala keburukan dan bala.
Allah سبحانه وتعالى mengulangi kisah Nabi Musa dan mendua kalikan-nya di dalam al-Qur`an yang mana Dia tidak mendua kalikan selainnya. Hal itu karena kisah tersebut mengandung beberapa hikmah dan pelajaran. Dan di dalamnya terdapat berita tentang nabiNya bersama orang-orang yang zhalim dan orang-orang yang beriman. Dia adalah pembawa Syariat agung dan pembawa kitab Taurat yang merupakan kitab suci termulia setelah al-Qur`an, seraya berfirman,