Ini merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk kaum musyrik yang menyembah selain Dia bersama-Nya dan yang menjadikan sekutu-sekutu bagi-Nya, padahal mereka mengakui bahwa sekutu-sekutu yang terdiri dari berhala dan tandingan-tandingan itu juga hamba-hamba Allah dan milik-Nya, seperti yang tersirat dari ucapan mereka saat bertalbiyah, "Kupenuhi seruan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu yang menjadi milik-Mu, sedangkan sekutu itu tidak memiliki." Untuk itu Allah Swt. berfirman:
Dia membuat perumpamaan untuk kamu dari dirimu sendiri. (Ar Ruum:28)
yang kalian saksikan sendiri dan kalian mengerti dari diri kalian sendiri.
Apakah ada di antara hamba sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu, maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu. (Ar Ruum:28)
Yakni seseorang di antara kalian rela bila mempunyai sekutu bagi hartanya. Dia dan sekutunya sama-sama mempunyai hak mempergunakan harta itu.
kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? (Ar Ruum:28)
Artinya, kalian merasa takut bila mereka berbagi harta dengan kalian.
Abu Mijlaz mengatakan bahwa sesungguhnya budakmu tidak merasa takut bila berbagi harta denganmu dalam hartamu, lain halnya dengan dia dalam hartanya. Begitu pula Allah Swt., tiada sekutu bagi-Nya. Makna yang dimaksud ialah seseorang dari kalian pasti tidak mau bila hartanya digunakan sama-sama dengan orang lain, maka mengapa kalian menjadikan bagi Allah sekutu-sekutu dari kalangan makhluk-Nya. Makna ayat ini sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
Dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang mereka sendiri membencinya. (An Nahl:62)
Yaitu anak-anak perempuan, karena mereka menganggap malaikat-malaikat yang merupakan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pemurah berjenis perempuan, lalu mereka menganggapnya sebagai anak-anak perempuan Allah. Padahal seseorang dari mereka bila mendapat anak perempuan, wajahnya langsung tampak hitam dan sedih, ia bersembunyi dari pandangan kaumnya karena memperoleh berita yang dianggapnya buruk (mendapat anak perempuan). Kemudian ia berpikir apakah ia harus tetap memeliharanya dengan menanggung kehinaan, ataukah ia harus menguburkan anaknya itu ke dalam tanah. Jelasnya mereka menolak anak perempuan, tetapi mereka menganggap para malaikat sebagai anak-anak perempuan Allah. Mereka menisbatkan kepada Allah apa yang mereka sendiri tidak menyukainya. Ini merupakan tingkatan kekafiran yang paling berat.
Begitu pula dalam kedudukan ini, mereka menganggap Allah mempunyai sekutu-sekutu dari kalangan hamba-hamba-Nya juga merupakan makhluk-Nya. Padahal seseorang dari mereka menolak dengan tolakan yang keras bila hal seperti itu terjadi pada diri mereka, yaitu bila budak miliknya ikut bersekutu dengannya secara sama rata dalam menggunakan hartanya. Seandainya dia suka, tentulah dia berbagi harta dengan budaknya itu. dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya. (Al Israa':43)
ImamTabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mahmud ibnul Farj Al-Asbahani, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Amr Al-Bajali, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Syu'aib, dari Habib ibnu Abu Sabit, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa dahulu orang-orang musyrik mengucapkan talbiyah mereka sebagai berikut, 'Ya Allah, kupenuhi seruan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu yang menjadi milik-Mu, sedangkan dia tidak memiliki." Maka Allah menurunkan firman-Nya: Apakah ada di antara hamba sahaya yang dimiliki oleh tangan kananmu, sekutu bagimu dalam (memiliki) rezeki yang telah Kami berikan kepadamu, maka kamu sama dengan mereka dalam (hak mempergunakan) rezeki itu, kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada dirimu sendiri? (Ar Ruum:28)
Mengingat peringatan melalui perumpamaan ini sudah jelas membuktikan kebersihan dan kesucian Allah Swt. dari hal tersebut, maka terlebih lagi bila hal seperti itu dinisbatkan kepada-Nya.
Firman Allah Swt.:
Demikianlah Kami jelaskan ayat-ayat bagi kaum yang berakal. (Ar Ruum:28)