Saba' Ayat 27
قُلْ اَرُوْنِيَ الَّذِيْنَ اَلْحَقْتُمْ بِهٖ شُرَكَاۤءَ كَلَّا ۗبَلْ هُوَ اللّٰهُ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ ( سبإ: ٢٧ )
Qul 'Arūniya Al-Ladhīna 'Alĥaqtum Bihi Shurakā'a Kallā Bal Huwa Allāhu Al-`Azīzu Al-Ĥakīmu. (Sabaʾ 34:27)
Artinya:
Katakanlah, “Perlihatkanlah kepadaku sembahan-sembahan yang kamu hubungkan dengan Dia sebagai sekutu-sekutu(-Nya), tidak mungkin! Sebenarnya Dialah Allah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (QS. [34] Saba' : 27)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Katakanlah, wahai Nabi Muhammad, “Perlihatkanlah kepadaku sembahan-sembahan yang kamu hubungkan dengan Dia, yakni kamu anggap sebagai Tuhan dan kamu jadikan sebagai sekutu-sekutu-Nya. Apa yang bisa mereka perbuat? Tidak ada! Tidak mungkin Allah dipersekutukan dengan apa pun! Sebenarnya Dialah Allah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.”
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Allah lalu memerintahkan kepada Nabi Muhammad supaya menanyakan kepada orang-orang musyrik itu, siapakah dan apakah sebenarnya berhala-berhala yang mereka persekutukan dengan Allah. Mereka diminta untuk menerangkan kepadanya siapa berhala-berhala itu, bagaimana sifat-sifatnya, nilai dan mutunya, serta kedudukannya. Mengapa mereka dijadikan sembahan, apakah memang dia berhak disembah?
Pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan kepada mereka itu sebagai tantangan dan pernyataan bahwa mereka tidak mempergunakan akal mereka karena menyembah sesuatu yang tidak ada nilainya, benda mati yang mereka buat dengan tangan mereka sendiri. Sekali-kali tidak mungkin dan tidak masuk akal mempersekutukan benda mati dengan Allah Yang Mahaperkasa dan Maha Mengetahui.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Katakanlah, "Perlihatkanlah kepadaku sembahan-sembahan yang kamu hubungkan dengan Dia sebagai sekutu-sekutu (Nya)." (Saba':27)
Maksudnya, perlihatkanlah kepadaku sembahan-sembahan yang kalian jadikan sebagai tandingan-tandingan Allah dan kalian mengangkatnya sebagai saingan-Nya.
sekali-kali tidak mungkin. (Saba':27)
Yakni tiada tandingan bagi-Nya, tiada saingan, tiada sekutu, dan tiada padanan bagi-Nya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
Sebenarnya Dialah Allah. (Saba':27)
Yang Maha Esa tiada sekutu bagi-Nya.
Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Saba':27)
Yakni Tuhan Yang Mahaperkasa, yang dengan Keperkasaan-Nya Dia menaklukkan segala sesuatu dan mengalahkan segala sesuatu. Dia Mahabijaksana dalam semua ucapan, perbuatan, syariat, dan takdir-Nya. Mahasuci Allah lagi Mahatinggi dari apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrik dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Katakanlah! "Perlihatkanlah kepadaku) maksudnya beritahukanlah kepadaku (sesembahan-sesembahan yang kalian hubungkan dengan Dia sebagai sekutu-sekutu-Nya) untuk kalian sembah (sekali-kali tidak mungkin! Dialah Allah Yang Maha Perkasa) yakni Maha Menang atas semua perkara-Nya (lagi Maha Bijaksana") di dalam mengatur makhluk-Nya, maka tiadalah bagi-Nya sekutu dalam kerajaan-Nya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Perlihatkan kepadaku tuhan-tuhan yang kalian sejajarkan dengan Allah dalam hal kelayakan mereka untuk disembah, yang kalian anggap sebagai tandingan-tandingan Allah. Allah tidak memiliki tandingan. Dialah yang Mahaperkasa atas segala sesuatu, lagi Mahabijaksana dalam setiap perbuatan dan pemeliharaan."
6 Tafsir as-Saadi
"Katakanlah, 'Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi?' Katakanlah, 'Allah;' dan sesungguhnya kami atau kamu (wahai orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata. Katakanlah, 'Kamu tidak akan ditanya tentang dosa yang kita perbuat dan kami tidak akan ditanya pula tentang apa yang kamu perbuat.' Katakanlah, 'Rabb kita akan mengumpulkan kita semua, kemudian Dia memberi keputusan antara kita dengan benar. Dan Dia-lah Maha Pemberi keputusan lagi Maha Mengetahui. Katakanlah, 'Perlihatkanlah kepadaku sembahan-sembahan yang kamu hubungkan denganNya sebagai sekutu-sekutu, sekali-kali tidak mungkin! Sebenarnya Dia-lah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana'." (Saba`: 24-27).
(24) Allah سبحانه وتعالى memerintah NabiNya, Muhammad a, untuk mengatakan kepada orang yang mempersekutukan Allah dan menanyakan kepadanya tentang kebenaran[66] syiriknya,﴾ مَن يَرۡزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ ﴿ "Siapakah yang memberi rizki kepadamu dari langit dan bumi?" Sebab mereka terpaksa harus mengakui bahwasanya Dia adalah Allah. Dan jika mereka tidak mau mengakui, maka ﴾ قُلِ ٱللَّهُۖ ﴿ "Katakanlah, 'Allah'," niscaya kamu tidak akan menjumpai orang yang menolak perkataan ini. Kalau sudah terbukti bahwa Allah semata yang memberi kalian rizki dari langit dan bumi, dan yang menurunkan hujan untuk kalian serta menumbuhkan berbagai tanaman, memancarkan sungai untuk kalian dan menimbulkan buah-buahan dari berbagai pohon dan menciptakan berbagai hewan semuanya untuk kalian, untuk kepentingan kalian dan rizki kalian, lalu kenapa kalian menyembah sesuatu yang sama sekali tidak memberikan rizki kepada kalian dan tidak memberikan satu man-faat pun kepada kalian?
Dan FirmanNya, ﴾ وَإِنَّآ أَوۡ إِيَّاكُمۡ لَعَلَىٰ هُدًى أَوۡ فِي ضَلَٰلٖ مُّبِينٖ ﴿ "Dan se-sungguhnya kami atau kamu (wahai orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata," yakni, salah satu dari dua golongan dari kami dan kalian ada yang berpegang teguh pada petunjuk dalam keadaan mengunggulinya, atau ada di dalam kesesatan yang nyata dalam keadaan tenggelam di dalamnya.
Dan perkataan ini diucapkan oleh orang yang kebenaran menjadi jelas baginya dan yang benar menjadi terang, dan ia me-negaskan terhadap kebenaran yang dianutnya dan terhadap ke-palsuan apa yang dianut oleh musuhnya. Maksudnya, kami telah menjelaskan dalil-dalil yang sangat jelas bagi kami dan kalian, yang dengannya dapat diketahui dengan seyakin-yakinnya, tidak ada keraguan lagi padanya, siapa yang benar dari kita dan siapa pembuat kepalsuan, siapa yang mendapat petunjuk dan siapa yang tersesat, sehingga penentuan sudah tidak berguna lagi sesudahnya. Sebab, jika kamu membandingkan[67] antara orang yang mengajak untuk beribadah kepada Allah, Sang Pencipta semua makhluk, Yang mengaturnya dengan berbagai bentuk otoritasNya, Yang mencurahkan seluruh kenikmatan, Yang memberi mereka rizki dan melimpahkan kepada mereka segala bentuk nikmat dan mencegah dari mereka segala bentuk bencana, Yang kepunyaanNya-lah segala puja dan puji, kerajaan semuanya, dan setiap orang dari malaikat dan selain mereka semuanya tunduk kepada kebesaranNya, meng-hinakan diri di hadapan keagunganNya, setiap pemberi syafa'at takut kepadaNya, tiada seorang pun dari mereka yang dapat mem-beri syafa'at di sisiNya kecuali dengan izin dariNya, Yang Maha-tinggi lagi Mahabesar dalam Dzat, sifat-sifat dan segala perbuatan-Nya, yang milikNya-lah segala kesempurnaan, segala kemuliaan, segala keindahan dan segala puji, puja dan sanjungan.
Orang itu mengajak kepada Tuhan yang sedemikian rupa keadaanNya, dan kepada ketulusan beramal kepadaNya, melarang beribadah kepada selainNya, (bandingkan) dengan orang-orang yang mendekatkan diri kepada berhala, patung dan kuburan yang sama sekali tidak menciptakan, tidak memberi rizki, tidak dapat menyelamatkan dirinya dan diri orang yang menyembahnya dan tidak pula dapat menimpakan bahaya, tidak dapat mematikan, menghidupkan dan membangkitkan, bahkan itu semua adalah benda-benda mati yang tidak berakal, tidak mendengar seruan para penyembahnya, dan kalau seandainya dia mendengar pun, niscaya tidak akan dapat mengabulkannya untuk mereka, sedang-kan di Hari Kiamat kelak mereka mengingkari kesyirikan mereka dan berlepas diri dari mereka serta saling mengutuk di antara mereka. Mereka sama sekali tidak mempunyai bagian sedikit pun dari kekuasaan, tidak memiliki persekutuan padanya, tidak pula memiliki bantuan di dalamnya, dan tidak memiliki hak memberi-kan syafa'at secara independen tanpa campur tangan Allah. Lalu ia menyeru (berdoa) kepada orang yang sedemikian ini sifatnya dan mendekatkan diri kepadanya sebisa mungkin dan memusuhi orang yang menuluskan kepatuhan hanya kepada Allah semata serta menyatakan dusta para utusan Allah yang membawa syariat de-ngan ikhlas semata karena Allah, maka akan menjadi jelas bagimu[68] golongan yang mana yang mendapat petunjuk dan yang tersesat, yang celaka dan yang berbahagia; dan kamu tidak perlu diberi tahu tentang hal itu, karena deskripsi keadaan sudah lebih jelas daripada ungkapan lisan.
(25) ﴾ قُل ﴿ "Katakanlah" kepada mereka, ﴾ لَّا تُسۡـَٔلُونَ عَمَّآ أَجۡرَمۡنَا وَلَا نُسۡـَٔلُ عَمَّا تَعۡمَلُونَ ﴿ "Kamu tidak akan ditanya tentang dosa yang kita perbuat dan kami tidak akan ditanya pula tentang apa yang kamu perbuat," mak-sudnya, masing-masing kita dan kalian menanggung perbuatannya masing-masing, kalian tidak akan diminta pertanggungjawaban tentang perbuatan kami dan dosa-dosa kami kalau kami melaku-kannya, dan kami tidak akan diminta pertanggungjawaban ten-tang perbuatan kalian, maka hendaklah tujuan kami dan kalian adalah mencari yang benar dan menempuh jalan terbuka (adil dan objektif), dan tinggalkanlah apa yang telah (terlanjur) kita lakukan dan jangan menjadi penghalang bagi kalian untuk mengikuti al-haq (kebenaran). Sebab, sesungguhnya hukum-hukum yang di-berlakukan di dunia ini hanya dalam hal-hal yang nampak, di situ kebenaran diikuti dan kebatilan dijauhi. Adapun amal-amal per-buatan, maka ia mempunyai negeri yang lain di mana di dalamnya Sang Mahabijaksana memberikan keputusan, Sang Mahaadil me-netapkan keputusan di antara orang-orang yang berselisih.
(26) Maka dari itu Dia berfirman, ﴾ قُلۡ يَجۡمَعُ بَيۡنَنَا رَبُّنَا ثُمَّ يَفۡتَحُ بَيۡنَنَا ﴿ "Katakanlah, 'Rabb kita akan mengumpulkan kita semua'," maksudnya, Dia akan memberikan keputusan di antara kita, yang dengannya akan dapat dibedakan mana yang benar (jujur) dan mana yang dusta; mana yang berhak mendapat pahala dan mana yang berhak diazab; dan Dia adalah sebaik-baik pemberi keputusan.
(27) ﴾ قُلۡ ﴿ "Katakanlah" kepada mereka, wahai rasul, dan wahai orang yang mewakilimu, ﴾ أَرُونِيَ ٱلَّذِينَ أَلۡحَقۡتُم بِهِۦ شُرَكَآءَۖ ﴿ "Perlihat-kanlah kepadaku sembahan-sembahan yang kamu hubungkan denganNya sebagai sekutu-sekutu," maksudnya, di mana mereka? Di mana jalan untuk mengenal mereka? Apakah mereka ada di bumi atau di langit? Karena sesungguhnya Allah Yang Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib dan nyata telah menginformasikan kepada kami, bahwa di dalam wujud (alam semesta ini) ia sama sekali tidak mempunyai seorang sekutu pun,
﴾ وَيَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمۡ وَلَا يَنفَعُهُمۡ وَيَقُولُونَ هَٰٓؤُلَآءِ شُفَعَٰٓؤُنَا عِندَ ٱللَّهِۚ قُلۡ أَتُنَبِّـُٔونَ ٱللَّهَ بِمَا لَا يَعۡلَمُ ﴿
"Dan mereka menyembah selain dari Allah sesuatu yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak pula kemanfaatan, dan mereka berkata, 'Mereka itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah.' Katakanlah, 'Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahuiNya?'" (Yunus: 18).
﴾ وَمَا يَتَّبِعُ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ شُرَكَآءَۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنۡ هُمۡ إِلَّا يَخۡرُصُونَ 66 ﴿
"Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Tidaklah mereka mengikuti kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga." (Yunus: 66).
Demikian pula orang-orang istimewa dari makhlukNya, yaitu para nabi dan para rasul, mereka tidak mengetahui adanya sekutu bagiNya. Maka, wahai sekalian kaum musyrikin, perlihat-kanlah kepadaku sembahan-sembahan yang kalian hubungkan dengan Allah sebagai sekutu-sekutuNya menurut klaim palsu kalian!
Permintaan ini tidak mungkin mereka penuhi, maka dari itu Allah berfirman, ﴾ كـَلَّاۚ ﴿ "Sekali-kali tidak mungkin." Maksudnya, Allah sama sekali tidak mempunyai sekutu, tandingan dan lawan. ﴾ بَلۡ هُوَ ٱللَّهُ ﴿ "Sebenarnya Dia-lah Allah" yang tidak ada yang berhak disembah dan diibadahi, kecuali Dia ﴾ ٱلۡعَزِيزُ ﴿ "yang Mahaperkasa" yang mengalahkan segala sesuatu. Maka segala sesuatu, semuanya dikendalikan, dikalahkan dan ditundukkanNya. ﴾ ٱلۡحَكِيمُ ﴿ "Lagi Mahabijaksana," yang menciptakan dengan sangat rapi dan membuat indah apa yang diciptakanNya, dan sangat baik apa yang disyariat-kanNya. Kalaupun tidak ada dalam hikmah syariatnya kecuali hanya (pertama) perintah mengesakanNya dan mengikhlaskan kepatuhan (agama) hanya kepadaNya dalam keadaan mencintai hal ini dan menjadikannya sebagai jalan keselamatan, dan (kedua) larangan berbuat syirik dan mengambil sembahan-sembahan selain Dia, serta menjadikan hal ini sebagai jalan kesengsaraan dan kebi-nasaan, maka hal ini sudah sangat cukup untuk menjadi argumen (bukti) atas kesempurnaan hikmah (kebijaksanaan)Nya; lalu bagai-mana dengan keadaan syariat di mana seluruh yang Dia perintah-kan dan apa yang Dia larang mencakup hikmah?