Saba' Ayat 5
وَالَّذِيْنَ سَعَوْ فِيْٓ اٰيٰتِنَا مُعٰجِزِيْنَ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ مِّنْ رِّجْزٍ اَلِيْمٌ ( سبإ: ٥ )
Wa Al-Ladhīna Sa`aw Fī 'Āyātinā Mu`ājizīna 'Ūlā'ika Lahum `Adhābun Min Rijzin 'Alīmun. (Sabaʾ 34:5)
Artinya:
Dan orang-orang yang berusaha untuk (menentang) ayat-ayat Kami dengan anggapan mereka dapat melemahkan (menggagalkan azab Kami), mereka itu akan memperoleh azab, yaitu azab yang sangat pedih. (QS. [34] Saba' : 5)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan orang-orang yang berusaha untuk menentang ayat-ayat Kami, baik yang terbentang di alam raya maupun yang termaktub dalam Al-Qur’an, dengan anggapan mereka dapat melemahkan dan menggagalkan azab Kami—sungguh anggapan mereka salah—mereka itu pasti akan memperoleh azab sebagai hukuman atas kedurhakaan mereka, yaitu jenis azab yang sangat pedih.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Sebaliknya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah, berusaha menghalang-halangi orang lain untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mendustakan hari kebangkitan serta memperolok-olokkan orang yang memercayainya, menyangka bahwa mereka akan luput dari azab Allah. Karena kesombongan dan keingkaran, mereka akan memperoleh azab yang sangat pedih dan akan dilemparkan ke dalam neraka Jahim. Demikianlah hikmah kebijaksanaan dan keadilan Allah menyediakan hari kebangkitan supaya manusia menerima balasan sesuai dengan perbuatannya. Mustahil Allah akan menyamakan hamba-Nya yang berbuat baik dengan hamba-Nya yang berbuat jahat. Allah berfirman pada ayat di bawah ini:
Pantaskah Kami memperlakukan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di bumi? Atau pantaskah Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang jahat? (shad/38: 28)
Dan firman-Nya:
Tidak sama para penghuni neraka dengan para penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan. (al-hasyr/59: 20)
3 Tafsir Ibnu Katsir
mereka itu memperoleh azab, yaitu (jenis) azab yang sangat pedih. (Saba':5)
Maksudnya, supaya Allah memberi nikmat kepada orang-orang yang berbahagia (yaitu kaum mukmin) dan supaya Dia mengazab orang-orang yang celaka (yaitu orang-orang kafir), sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga, penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung. (Al Hasyr:20)
Dan firman Allah Swt.:
Patutkah Kami menganggap orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh sama dengan orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi? Patutkah (pula) Kami menganggap orang-orang yang bertakwa sama dengan orang-orang yang berbuat maksiat? (Sad: 28)
Adapun firman Allah Swt.:
Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itulah yang benar. (Saba':6)
Ini pun merupakan hikmah lain yang dikaitkan dengan konteks sebelumnya, yaitu bahwa apabila orang-orang yang beriman kepada apa yang telah diturunkan kepada para rasul menyaksikan hari kiamat, dan orang-orang yang bertakwa serta orang-orang yang durhaka mendapat balasannya masing-masing melalui pengetahuan yang mereka peroleh dari kitab-kitab Allah sewaktu di dunia, maka pada saat itu mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri dan 'ainul yakin. Maka pada saat itu mereka mengatakan seperti yang diceritakan oleh firman-Nya:
Sesungguhnya rasul-rasul Tuhan kami telah datang membawa kebenaran. (Al A'raf:43)
Disebutkan pula oleh firman-Nya:
Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah rasul-rasul-(Nya). (Yaa Siin:52)
Dan firman Allah Swt.:
Sesungguhnya kamu telah berdiam (dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit, maka inilah hari berbangkit itu. (Ar Ruum:56)
4 Tafsir Al-Jalalain
(Dan orang-orang yang berusaha untuk) menentang atau membatalkan (ayat-ayat Kami) yaitu Alquran (dengan anggapan mereka dapat melepaskan diri dari Kami) dan menurut qiraat yang lain, lafal Mu'aajiziina pada ayat ini dan pada ayat yang lainnya nanti dibaca Mu'jiziina. Maksudnya menganggap Kami tidak mampu mengazab mereka, atau mereka beranggapan dapat melepaskan diri dari azab Kami, karena mereka mempunyai dugaan, bahwa tidak ada hari berbangkit dan tidak ada azab (mereka itu memperoleh buruknya azab) azab yang paling buruk (yang pedih) yang menyakitkan, kalau dibaca Aliimin berarti menjadi sifat daripada lafal Rijzin dan kalau dibaca Aliimun berarti menjadi sifat daripada lafal 'Adzaabun.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Orang-orang yang mengerahkan kekuatannya untuk tujuan memerangi al-Qur'ân dan merintangi kehendak Allah untuk memenangkan Rasul-Nya, mereka itulah yang kelak akan mendapatkan siksa paling buruk dan menyakitkan.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan orang-orang yang kafir berkata, 'Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami.' Katakanlah, 'Bahkan pasti da-tang, demi Rabbku yang mengetahui yang ghaib, sungguh kiamat itu pasti akan datang kepadamu. Tidak ada yang tersembunyi dariNya seberat biji sawi pun yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan tidak ada pula yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata,' supaya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerja-kan amal yang shalih. Mereka itu adalah orang-orang yang men-dapatkan ampunan dan rizki yang mulia. Dan orang-orang yang berusaha untuk (menentang) ayat-ayat Kami dengan anggapan mereka dapat melemahkan (menggagalkan azab Kami), mereka itu memperoleh azab, yaitu azab yang pedih." (Saba`: 3-5).
(3) Setelah Allah سبحانه وتعالى menjelaskan keagunganNya melalui sifat-sifat yang Dia sandangkan pada diriNya; dan hal ini mengha-ruskan mengagungkan dan menyucikanNya serta beriman kepada-Nya, maka Dia menyebutkan bahwa di antara golongan-golongan manusia ada sekelompok manusia yang tidak menghargai Rabbnya dengan sebenar-benarnya dan tidak mengagungkanNya dengan pengagungan yang sebenarnya, malah mereka kafir kepadaNya dan mengingkari kekuasaanNya untuk menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati dan adanya kiamat, dan dengan itu mereka menentang Rasul-rasulNya, seraya berfirman, ﴾ وَقَالَ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ ﴿ "Dan orang-orang yang kafir berkata," maksudnya, kafir kepada Allah, rasul-rasulNya dan ajaran yang mereka bawa. Maka disebabkan kekafiran itu, mereka berkata, ﴾ لَا تَأۡتِينَا ٱلسَّاعَةُۖ ﴿ "Hari berbangkit itu tidak akan datang kepada kami." Maksudnya, tidaklah kiamat itu melain-kan kehidupan dunia ini saja, kami mati dan hidup!
Lalu Allah memerintah RasulNya untuk membantah per-kataan mereka dan mematahkannya serta bersumpah tentang kebangkitan, bahwa kebangkitan itu pasti akan datang kepada mereka. Dan untuk hal itu Dia berdalil (berargumen) dengan dalil bahwa siapa yang membenarkannya, maka dia harus membenar-kan kebangkitan dengan pasti, yaitu ilmu Allah سبحانه وتعالى yang Mahaluas lagi meliputi segala sesuatu, seraya berfirman, ﴾ عَٰلِمِ ٱلۡغَيۡبِۖ ﴿ "yang mengetahui yang ghaib," maksudnya, perkara-perkara yang ghaib dari pandangan mata kita dan dari pengetahuan kita, maka bagai-mana dengan yang nampak? (Tentu Dia lebih mengetahuinya) kemudian Dia mengukuhkan ilmuNya serya berfirman, ﴾ لَا يَعۡزُبُ ﴿ "Tidak ada yang tersembunyi," maksudnya, tidak ada yang lepas dari pengetahuan Allah, ﴾ مِثۡقَالُ ذَرَّةٖ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَلَا فِي ٱلۡأَرۡضِ ﴿ "seberat biji sawi pun yang ada di langit dan yang ada di bumi," maksudnya, segala sesuatu dengan raga dan bagian-bagiannya, hingga bagian yang terkecil dari bagian-bagian tersebut, yaitu serpihan-serpihannya, ﴾ وَلَآ أَصۡغَرُ مِن ذَٰلِكَ وَلَآ أَكۡبَرُ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مُّبِينٖ ﴿ "dan tidak ada pula yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar, melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata." Maksudnya, semua telah diliputi oleh ilmuNya, telah dicatat oleh penaNya dan telah termuat di dalam KitabNya yang nyata, yaitu Lauh Mahfuzh.
Maka, Tuhan yang tidak ada yang tersembunyi dari ilmuNya sebesar atom pun lalu yang lebih kecil darinya dalam sepanjang waktu, dan mengetahui yang berkurang dari bumi berupa mayat dan apa-apa yang tersisa dari jasad mereka itu Kuasa menghidup-kan kembali mereka adalah tentu lebih pasti, dan kebangkitan me-reka tidak lebih aneh daripada ilmu yang meliputi segala sesuatu ini.
(4) Kemudian Allah menjelaskan tujuan dari kebangkitan itu, seraya berfirman, ﴾ لِّيَجۡزِيَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ﴿ "Supaya Allah memberi bala-san kepada orang-orang yang beriman," dengan hati mereka, meyakini Allah dan meyakini rasul-rasulNya dengan keyakinan yang teguh, ﴾ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِۚ ﴿ "dan mengerjakan amal yang shalih," sebagai pembe-naran bagi iman mereka. ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُم مَّغۡفِرَةٞ ﴿ "Mereka itu adalah orang-orang yang mendapatkan ampunan," terhadap dosa-dosa mereka disebabkan iman dan amal shalih mereka. Semua keburukan dan siksa tertolak karenanya, ﴾ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ ﴿ "dan rizki yang mulia," karena ihsan yang mereka lakukan, yang dengannya mereka memperoleh segala yang didambakan, diinginkan dan diangan-angankan.
(5) ﴾ وَٱلَّذِينَ سَعَوۡ فِيٓ ءَايَٰتِنَا مُعَٰجِزِينَ ﴿ "Dan orang-orang yang berusaha untuk menentang ayat-ayat Kami dengan anggapan mereka dapat mele-mahkan," maksudnya, mereka berupaya menentangnya karena kafir kepadanya dan untuk melemahkan orang yang datang membawa-nya dan melemahkan Tuhan yang menurunkannya, sebagaimana mereka telah berupaya melemahkanNya dalam penghidupan kem-bali orang-orang yang telah mati, ﴾ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابٞ مِّن رِّجۡزٍ أَلِيمٞ ﴿ "mereka itu memperoleh azab, yaitu azab yang pedih," yakni sangat menyakitkan badan dan hati mereka.