Apakah dia mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau sakit gila?” (Tidak), tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat itu berada dalam siksaan dan kesesatan yang jauh. (QS. [34] Saba' : 8)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Lalu teman-teman mereka sesama kafir menimpali dengan balik bertanya guna mempertajam cemoohan mereka, “Apakah dia, yakni Nabi Muhammad, mengada-adakan kebohongan terhadap Allah atau sedang sakit gila?” Tidak! Keduanya itu tidak akan pernah terjadi pada diri Rasulullah, karena Nabi adalah al-Amìn (orang tepercaya) dan beliau pun sama sekali tidak gila, tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat itu kelak di akhirat berada dalam siksaan dan ketika di dunia berada dalam kesesatan yang jauh, sehingga mereka menolak keniscayaan hari Kiamat dan mengingkari kebenaran Al-Qur’an.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pada ayat ini, Allah menerangkan keingkaran orang-orang kafir terhadap terjadinya hari kebangkitan dan bagaimana hebatnya cemoohan dan olok-olok mereka terhadap Nabi Muhammad yang memberitakannya. Mereka saling bertanya tentang seorang laki-laki yang mengatakan bahwa apabila mereka telah mati dan dikuburkan kemudian tubuh dan tulang-belulang mereka telah hancur luluh, sesudah itu akan hidup kembali untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Orang yang mengatakan hal itu adalah Muhammad yang mendakwahkan bahwa dia menerima wahyu dari Tuhannya. Mereka menganggap bahwa ini adalah suatu peluang besar bagi mereka untuk mempengaruhi pendapat umum dan mendiskreditkan Nabi serta mengatakan bahwa dia telah gila atau mengada-adakan suatu kebohongan besar terhadap Allah dengan mengatakan bahwa berita itu adalah wahyu yang diturunkan kepadanya. Mungkin kebanyakan orang awam akan terpengaruh oleh cemoohan dan olok-olok itu sehingga mereka memandang rendah dan hina terhadap Nabi. Oleh sebab itu, Allah menegaskan dalam ayat ini bahwa orang-orang yang tidak percaya akan adanya hari akhirat akan mendapat siksaan dan berada dalam kesesatan yang nyata. Mereka akan mendapat siksaan baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia mereka akan menjadi orang-orang yang sesat di tengah perjalanan hidupnya, tidak mengetahui arah yang akan dituju, serta selalu dalam kegelisahan dan keragu-raguan. Orang-orang yang tidak mempunyai akidah dan tidak percaya kepada keadilan Allah dan hari akhirat akan selalu terombang-ambing dalam kebingungan. Ia tidak mempunyai harapan untuk mendapat keadilan Allah karena apa yang ditemui dan dilihatnya di dunia ini penuh dengan kepincangan dan kezaliman. Orang yang lemah menjadi mangsa bagi yang kuat. Sedangkan orang-orang yang beriman yang percaya sepenuhnya akan keadilan Allah dan adanya perhitungan perbuatan manusia di akhirat nanti, tentu akan yakin sepenuhnya bahwa bila ia teraniaya, Allah akan membalas orang yang menganiayanya dengan balasan yang setimpal. Kalau tidak di dunia ini, di akhirat nanti pasti pembalasan itu akan terlaksana. Bahkan di akhirat nanti Allah akan memberi balasan yang berlipat ganda atas kesabaran dan ketawakalannya. Kepercayaan kepada adanya hari akhirat adalah suatu rahmat bagi seorang hamba Allah.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Apakah dia mengada-adakan kebohongan terhadap Allah ataukah ada padanya penyakit gila? (Saba':8)
Maka Allah Swt. berfirman, menyanggah tuduhan mereka itu:
(Tidak), tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat berada dalam siksaan dan kesesatan yang jauh. (Saba':8)
Yakni duduk perkara yang sebenarnya tidaklah seperti apa yang mereka dugakan dan tidak pula seperti apa yang mereka tuduhkan. Bahkan Nabi Muhammad Saw. adalah orang yang benar, berbakti, lagi berakal yang datang membawa perkara yang hak, sedangkan yang dusta, bodoh, lagi dungu adalah mereka sendiri.
Yang dimaksud dengan 'azab' dalam ayat ini adalah kekufuran yang menjerumuskan mereka kepada azab Allah Swt. Sedangkan 'sesat yang jauh' maksudnya jauh dari perkara yang benar di dunia ini.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Apakah dia mengada-adakan) lafal Aftaraa pada asalnya adalah A-iftaraa, kemudian Hamzah Washalnya tidak dibutuhkan lagi karena Hamzah Istifham sudah difathahkan, sehingga menjadi Aftaraa (kebohongan terhadap Allah) dalam hal tersebut (ataukah ada padanya penyakit gila?) yakni gangguan pada otaknya hingga ia mengkhayal yang bukan-bukan. Maka, Allah berfirman menyanggah mereka, ("Tidak, tetapi orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat) yang di dalamnya terdapat hari berbangkit dan azab pembalasan (berada dalam siksaan) di akhirat nanti (dan kesesatan yang jauh.) dari kebenaran dalam kehidupan dunia.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Orang itu membuat-buat kebohongan dengan mengatakan bahwa Allah kelak akan membangkitkan kembali semua makhluk yang telah mati. Jika tidak, bukankah ia telah menjadi orang gila yang mengatakan sesuatu di luar kesadaran?" Persoalannya tidaklah seperti yang mereka tuduhkan. Akan tetapi sebenarnya orang-orang yang tidak beriman pada hari akhir akan terjerumus ke dalam siksa dan terperangkap dalam jurang kesesatan yang teramat jauh dari kebenaran.