As-Saffat Ayat 113
وَبٰرَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلٰٓى اِسْحٰقَۗ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَّظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ مُبِيْنٌ ࣖ ( الصافات: ١١٣ )
Wa Bāraknā `Alayhi Wa `Alaá 'Isĥāqa Wa Min Dhurrīyatihimā Muĥsinun Wa Žālimun Linafsihi Mubīnun. (aṣ-Ṣāffāt 37:113)
Artinya:
Dan Kami limpahkan keberkahan kepadanya dan kepada Ishak. Dan di antara keturunan keduanya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang terang-terangan berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. (QS. [37] As-Saffat : 113)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Dan demikianlah Kami limpahkan keberkahan kepadanya dan kepada Nabi Ishak dengan nikmat kenabian. Dan di antara keturunan keduanya ada yang berbuat baik, menaati perintah Allah, dan menyeru ke jalan yang benar sehingga diangkat oleh Allah menjadi nabi dan rasul, dan ada pula dari keturunannya yang terang-terangan berbuat zalim terhadap dirinya sendiri dengan mengingkari nikmat Allah dan berbuat kerusakan sehingga Allah menurunkan kepada mereka azab yang sangat pedih.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Ayat ini menjelaskan bahwa keberkahan dan kesejahteraan hidup dunia dan akhirat dilimpahkan Allah kepada Ibrahim dan Ishak. Dari keduanya lahir keturunan yang tersebar luas dan dari keturunan mereka banyak muncul para nabi dan rasul. Orang Islam disuruh agar selalu memohon kepada Tuhan setiap kali salat kiranya Ibrahim dan keluarganya diberi berkah dan kebahagiaan.
Dari anak cucu mereka yang menyebar luas di muka bumi, ada yang berbuat kebaikan dan ada pula yang zalim terhadap dirinya sendiri. Mereka yang berbuat baik ialah mereka yang beriman kepada Allah, menjunjung tinggi perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan petunjuk rasul-rasul-Nya. Adapun mereka yang berbuat zalim terhadap dirinya ialah mereka yang mengingkari agama yang dibawa para rasul serta berbuat fasik dan kemaksiatan.
Ayat ini mengingatkan manusia bahwa dari keluarganya yang mulia dan terhormat, kemungkinan lahir turunan yang baik atau jelek. Keturunan atau ras tidak memberikan jaminan untuk menjadi mulia atau hina bagi keturunan karena hal itu masih tergantung kepada usaha pendidikan dan pembinaan terhadap anak. Ibrahim, Ishak, dan Yakub adalah orang-orang yang dinyatakan Allah telah mencapai tingkat kemuliaan. Firman Allah:
Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishak, dan Yakub yang mempunyai kekuatan-kekuatan yang besar dan ilmu-ilmu (yang tinggi). (shad/38: 45)
Akan tetapi, keturunan Yakub yang disebut Bani Israil, baik dalam sejarah kuno maupun sejarah modern, banyak sekali mengalami penderitaan dan penghinaan. Penyebabnya adalah karena mereka berbuat zalim terhadap diri mereka sendiri, durhaka terhadap leluhur mereka, dan meninggalkan petunjuk Allah dan para nabi.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata. (Ash Shaaffat:113)
Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
Difirmankan, "Hai Nuh, turunlah dengan selamat sejahtera dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang mukmin) dari orang-orang yang bersamamu. Dan ada (pula) umat-umat yang Kami beri kesenangan pada mereka (dalam kehidupan dunia), kemudian mereka akan ditimpa azab yang pedih dari Kami.” (Huud:48)
4 Tafsir Al-Jalalain
(Kami limpahkan keberkatan atasnya) dengan diperbanyak anak cucunya (dan atas Ishak) anak Nabi Ibrahim, yaitu Kami menjadikan kebanyakan para nabi dari keturunannya. (Dan di antara anak cucunya ada yang berbuat baik) maksudnya, yang beriman (dan ada pula yang lalim terhadap dirinya sendiri) yang kafir (dengan nyata) nyata kekafirannya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Ibrâhîm dan anaknya Kami berikan keberkahan dan kebaikan di dunia dan akhirat. Di antara anak keturunannya ada yang berbuat baik dengan keimanan dan ketaatan, dan ada pula yang menzalimi diri sendiri dan jelas-jelas tersesat karena kekafiran dan kemaksiatan yang dilakukannya.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongan-nya (Nuh). (Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci. (Ingatlah) ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya, 'Apakah yang kamu sembah itu? Apakah kamu meng-hendaki sembahan-sembahan selain Allah dengan jalan berbohong? Maka apakah anggapanmu terhadap Tuhan semesta alam?' Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang. Kemudian ia berkata, 'Sesungguhnya aku sakit.' Lalu mereka berpaling dari pa-danya dengan membelakang. Kemudian ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka; lalu ia berkata, 'Apakah kamu tidak makan? Kenapa kamu tidak menjawab?' Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulnya dengan tangan kanannya (dengan kuat). Kemudian kaumnya datang kepadanya dengan bergegas. Ibrahim berkata, 'Apakah kamu menyembah patung-pa-tung yang kamu pahat itu? Padahal Allah-lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.' Mereka berkata, 'Dirikan-lah suatu bangunan untuk (membakar) Ibrahim; lalu lemparkan-lah dia ke dalam api yang menyala-nyala itu.' Mereka hendak melakukan tipu muslihat kepadanya, maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina. Dan Ibrahim berkata, 'Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petun-juk kepadaku.' 'Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih.' Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, 'Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkan-lah apa pendapatmu!' Ia menjawab, 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan men-dapatiku termasuk orang-orang yang sabar.' Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggil-lah dia, 'Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu', sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) 'Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim.' Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. Dan Kami beri dia kabar gembira dengan kelahiran Ishaq, seorang nabi yang termasuk orang-orang yang shalih. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan di antara anak cucu mereka berdua ada yang baik dan ada (pula) yang lalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata." (Ash-Shaffat: 83-113).
(83-84) Maksudnya, sesungguhnya termasuk golongan Nabi Nuh عليه السلام dan orang yang sejalan dengannya dalam kenabian, kerasulan, menyeru manusia kepada Allah, dan dikabulkan doa-nya, adalah Nabi Ibrahim al-Khalil عليه السلام, ﴾ إِذۡ جَآءَ رَبَّهُۥ بِقَلۡبٖ سَلِيمٍ ﴿ "ketika ia datang kepada Tuhannya dengan hati yang suci," dari syirik, syubhat, dan syahwat yang merupakan penghalang untuk memandang yang haq dan mengamalkannya. Apabila hati seorang manusia sudah suci, maka ia suci (selamat) dari segala keburukan dan ia pun pasti meraih segala kebaikan.
(85-87) Di antara kesuciannya adalah ia suci dari sifat curang dan dengki terhadap manusia dan dari sifat-sifat (akhlak) yang buruk lainnya. Maka dari itu beliau telah berhasil menasihati manusia karena Allah, dan ia mulai dari ayahnya dan kaumnya. Allah berfirman, ﴾ إِذۡ قَالَ لِأَبِيهِ وَقَوۡمِهِۦ مَاذَا تَعۡبُدُونَ ﴿ "Ketika ia berkata kepada bapaknya dan kaumnya, 'Apakah yang kamu sembah itu?'" Ini adalah bentuk pertanyaan dengan maksud mengingkari dan mengukuh-kan hujjah (argumen) kepada mereka.
﴾ أَئِفۡكًا ءَالِهَةٗ دُونَ ٱللَّهِ تُرِيدُونَ ﴿ "Apakah kamu menghendaki sembahan-sembahan selain Allah dengan jalan berbohong?" Maksudnya, apakah kalian menyembah selain tuhan-tuhan[74] secara dusta, padahal me-reka bukan Tuhan dan ia tidak pantas disembah?!
﴾ فَمَا ظَنُّكُم بِرَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ﴿ "Maka apakah anggapanmu terhadap Rabb se-mesta alam," kalau Dia bertindak terhadap kalian, sedangkan kalian telah menyembah selain Dia?! Ini adalah suatu peringatan keras bagi mereka akan balasan dengan azab jika mereka terus melaku-kan kesyirikan! Kekurangan (kelemahan) apa yang kalian duga terhadap Allah Tuhan semesta alam hingga kalian menjadikan tandingan dan sekutu bagiNya?!
(88-93) Lalu, Nabi Ibrahim عليه السلام hendak menghancurkan patung-patung mereka, dan beliau mampu menghabisinya. Maka beliau pun mengambil kesempatan pada saat mereka lalai, tatkala mereka pergi menuju salah satu hari raya mereka, dan Ibrahim pun turut keluar bersama mereka, ﴾ فَنَظَرَ نَظۡرَةٗ فِي ٱلنُّجُومِ 88 فَقَالَ إِنِّي سَقِيمٞ 89 ﴿ "Lalu ia memandang sekali pandang ke bintang-bintang, kemudian ia berkata, 'Sesungguhnya aku sakit'." Di dalam sebuah hadits shahih disebut-kan,
لَمْ يَكْذِبْ إِبْرَاهِيْمُ عليه السلام إِلَّا ثَلَاثَ كَذَبَاتٍ: قَوْلُهُ: إِنِّيْ سَقِيْمٌ، وَقَوْلُهُ: بَلْ فَعَلَهُ كَبِيْرُهُمْ هٰذَا، وَقَوْلُهُ: إِنَّهَا أُخْتِيْ.
"Ibrahim عليه السلام tidak pernah berdusta kecuali tiga kali dusta saja, yaitu: Ketika berkata, 'Sesungguhnya aku sakit', ketika berkata, 'Sesung-guhnya itu dilakukan oleh patung yang paling besar ini', dan ketika ber-kata tentang istrinya, 'Dia adalah saudara perempuanku'."[75]
Maksudnya adalah bahwa Nabi Ibrahim tidak ikut serta ber-sama mereka dengan maksud supaya bisa menghancurkan berhala-berhala mereka. Maka dari itu, ﴾ فَتَوَلَّوۡاْ عَنۡهُ مُدۡبِرِينَ ﴿ "mereka berpaling dari padanya dengan membelakang." Dan tatkala beliau menemukan kesempatan, ﴾ فَرَاغَ إِلَىٰٓ ءَالِهَتِهِمۡ ﴿ "ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka," maksudnya, segera pergi kepadanya secara sem-bunyi-sembunyi dan penuh kehati-hatian, ﴾ فَقَالَ ﴿ "lalu ia berkata" dengan nada mengejeknya, ﴾ أَلَا تَأۡكُلُونَ 91 مَا لَكُمۡ لَا تَنطِقُونَ 92 ﴿ "Apakah kamu tidak makan? Kenapa kamu tidak berbicara?"Artinya, bagaimana ia laik disembah padahal ia lebih lemah daripada hewan-hewan yang bisa makan dan berbicara; sedangkan berhala-berhala ini adalah benda mati yang tidak makan dan tidak pula bisa berbicara? ﴾ فَرَاغَ عَلَيۡهِمۡ ضَرۡبَۢا بِٱلۡيَمِينِ 93 ﴿ "Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukul-nya dengan tangan kanannya." Artinya, Nabi Ibrahim pun mulai me-mukulnya dengan kuat dan keras hingga menjadi hancur, kecuali berhala yang terbesar milik mereka (dibiarkannya) agar mereka kembali kepadanya.
(94-96) ﴾ فَأَقۡبَلُوٓاْ إِلَيۡهِ يَزِفُّونَ ﴿ "Kemudian kaumnya datang kepadanya dengan bergegas," maksudnya, segera dan terburu-buru, mereka hendak menghajar beliau setelah mereka mencarinya. Dan
﴾ مَن فَعَلَ هَٰذَا بِـَٔالِهَتِنَآ إِنَّهُۥ لَمِنَ ٱلظَّٰلِمِينَ 59 ﴿
"Mereka berkata, 'Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap ilah-ilah kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zhalim'." (Al-Anbiya`: 59).
Lalu dikatakan kepada mereka,
﴾ قَالُواْ سَمِعۡنَا فَتٗى يَذۡكُرُهُمۡ يُقَالُ لَهُۥٓ إِبۡرَٰهِيمُ 60 ﴿
"Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim." (Al-Anbiya`: 60).
Dan Ibrahim berkata,
﴾ وَتَٱللَّهِ لَأَكِيدَنَّ أَصۡنَٰمَكُم بَعۡدَ أَن تُوَلُّواْ مُدۡبِرِينَ 57 ﴿
"Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya ter-hadap berhala-berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya." (Al-Anbiya`: 57).
Mereka pun mencela dan memaki Ibrahim, lalu Nabi Ibrahim menjawab,
﴾ قَالَ بَلۡ فَعَلَهُۥ كَبِيرُهُمۡ هَٰذَا فَسۡـَٔلُوهُمۡ إِن كَانُواْ يَنطِقُونَ 63 فَرَجَعُوٓاْ إِلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ فَقَالُوٓاْ إِنَّكُمۡ أَنتُمُ ٱلظَّٰلِمُونَ 64 ثُمَّ نُكِسُواْ عَلَىٰ رُءُوسِهِمۡ لَقَدۡ عَلِمۡتَ مَا هَٰٓؤُلَآءِ يَنطِقُونَ 65 قَالَ أَفَتَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكُمۡ شَيۡـٔٗا وَلَا يَضُرُّكُمۡ 66 ﴿
"Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya, maka ta-nyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara." Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan lalu berkata, "Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)." Kemu-dian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata), "Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara." Ibrahim berkata, "Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudarat kepada kamu?" (Al-Anbiya`: 63-66).
Sedangkan di sini (dalam surat ash-Shaffat) ini Ibrahim me-ngatakan, ﴾ قَالَ أَتَعۡبُدُونَ مَا تَنۡحِتُونَ ﴿ "Apakah kamu menyembah patung-patung yang kamu pahat" dengan tangan kalian sendiri dan kalian mem-buatnya. Bagaimana kalian menyembahnya padahal kalian sendiri yang membuat mereka dan kalian meninggalkan keikhlasan (ketu-lusan ibadah) kepada Allah yang ﴾ خَلَقَكُمۡ وَمَا تَعۡمَلُونَ ﴿ "menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu?"
(97-98) ﴾ قَالُواْ ٱبۡنُواْ لَهُۥ بُنۡيَٰنٗا ﴿ "Mereka berkata, 'Dirikanlah suatu bangunan untuk Ibrahim'," yang sangat tinggi kemudian nyalakan api di atasnya. ﴾ فَأَلۡقُوهُ فِي ٱلۡجَحِيمِ ﴿ "Lalu lemparkanlah dia dalam api yang menyala-nyala itu," sebagai balasan atas perbuatannya menghancur-kan berhala-berhala mereka; dan mereka pun hendak ﴾ بِهِۦ كَيۡدٗا ﴿ "me-lakukan tipu muslihat kepadanya" yaitu membunuhnya dengan pembunuhan yang paling keji, ﴾ فَجَعَلۡنَٰهُمُ ٱلۡأَسۡفَلِينَ ﴿ "maka Kami jadikan mereka orang-orang yang hina"; Allah mengembalikan tipu muslihat mereka ke leher mereka sendiri dan Allah jadikan api itu dingin dan keselamatan bagi Nabi Ibrahim عليه السلام.
(99) ﴾ وَ﴿ "Dan" setelah mereka melakukan tindakan ter-sebut, dan Nabi Ibrahim عليه السلام telah menegakkan argumen (hujjah) terhadap mereka, serta telah memberikan alasan, ﴾ قَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَىٰ رَبِّي ﴿ "dia berkata, 'Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Rabbku'." Maksudnya, berhijrah kepadaNya, menuju daerah yang penuh berkah, yaitu negeri Syam, ﴾ سَيَهۡدِينِ ﴿ "Dia akan memberi petunjuk kepadaku," Dia akan menunjukkan kepadaku apa yang menjadi kebaikan bagiku dalam urusan agama dan duniaku. Dalam ayat yang lain Nabi Ibrahim berkata,
﴾ وَأَعۡتَزِلُكُمۡ وَمَا تَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَأَدۡعُواْ رَبِّي عَسَىٰٓ أَلَّآ أَكُونَ بِدُعَآءِ رَبِّي شَقِيّٗا 48 ﴿
"Dan aku akan menjauhkan diri dari padamu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Rabbku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Rabbku." (Maryam: 48).
(100) ﴾ رَبِّ هَبۡ لِي ﴿ "Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku," se-orang anak yang ﴾ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ ﴿ "termasuk orang-orang yang shalih." Ini beliau lakukan ketika sudah skeptis dari kaumnya dan beliau telah melihat tidak adanya kebaikan pada mereka. Maka beliau berdoa kepada Allah agar dianugerahi seorang anak yang shalih yang dijadikan bermanfaat oleh Allah di waktu beliau masih hidup dan sepeninggalannya.
(101) Lalu Allah mengabulkannya dan berfirman, ﴾ فَبَشَّرۡنَٰهُ بِغُلَٰمٍ حَلِيمٖ ﴿ "Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar." Anak itu adalah Isma'il عليه السلام, dan tak ada keraguan tentang itu, sebab sesudah itu disebutkan berita gembira dengan kedatangan Ishaq, dan karena Allah سبحانه وتعالى menginformasikan tentang kabar gembira untuknya akan kehadiran Ishaq,
﴾ فَبَشَّرۡنَٰهَا بِإِسۡحَٰقَ وَمِن وَرَآءِ إِسۡحَٰقَ يَعۡقُوبَ 71 ﴿
"Maka Kami sampaikan kepadanya kabar gembira tentang (kela-hiran) Ishaq dan sesudah Ishaq (lahir pula) Ya'qub." (Hud: 71).
Ini menunjukkan bahwa Ishaq bukanlah anak yang dijadikan kurban; dan Allah menyifati Isma'il dengan al-hilm yang mengan-dung arti sabar, budi pekerti yang luhur, lapang dada, dan memaaf-kan orang yang berbuat salah.
(102) ﴾ فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعۡيَ ﴿ "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-samanya," maksudnya, sampai pada umur mampu berusaha bersama Ibrahim dan sudah mencapai usia yang pada umumnya, usia yang sangat disayang oleh kedua orang tuanya, di mana beban mengurusinya sudah tidak ada dan masa usia bergunanya telah datang, maka Nabi Ibrahim عليه السلام berkata kepadanya, ﴾ يَٰبُنَيَّ إِنِّيٓ أَرَىٰ فِي ٱلۡمَنَامِ أَنِّيٓ أَذۡبَحُكَ ﴿ "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu." Maksudnya, aku telah melihat dalam tidur dan bermimpi bahwa Allah سبحانه وتعالى memerin-tahku menyembelihmu. Mimpi para nabi itu adalah wahyu. ﴾ فَٱنظُرۡ مَاذَا تَرَىٰۚ ﴿ "Maka pikirkanlah apa pendapatmu!"
Karena perintah Allah سبحانه وتعالى itu harus dilaksanakan, maka Nabi Isma'il berkata dengan sabar, mengharap pahala, rela kepada Tuhannya, dan berbakti kepada ayahnya, ﴾ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفۡعَلۡ مَا تُؤۡمَرُۖ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ ﴿ "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepa-damu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." Nabi Isma'il menyampaikan kepada ayahnya bahwasanya ia memantapkan dirinya untuk sabar, dan ia menyertakan kehendak Allah سبحانه وتعالى padanya, sebab tidak akan terjadi sesuatu tanpa kehendak Allah.
(103) ﴾ فَلَمَّآ أَسۡلَمَا ﴿ "Tatkala keduanya telah berserah diri," maksud-nya, Nabi Ibrahim dan Nabi Isma'il; di mana Nabi Ibrahim sudah bertekad menyembelih anaknya, buah hatinya, sebagai kepatuhan kepada perintah Rabbnya dan takut terhadap siksaanNya, sedang-kan sang anak telah memantapkan dirinya untuk sabar dan taat kepada Rabbnya, sudah menjadi ringan baginya dan demikian pula keridhaan ayahnya, ﴾ وَتَلَّهُۥ لِلۡجَبِينِ ﴿ "dan ia membaringkan anaknya di atas pelipis," maksudnya, Nabi Ibrahim pun membaringkan Isma'il di atas pelipisnya untuk menyembelihnya, dan ia pun mengalihkan mukanya agar tidak melihat wajah anaknya saat penyembelihan.
(104-105) ﴾ وَنَٰدَيۡنَٰهُ ﴿ "Dan Kami panggillah dia," pada saat yang menegangkan dan perkara yang sangat mengerikan itu,﴾ أَن يَٰٓإِبۡرَٰهِيمُ 104 قَدۡ صَدَّقۡتَ ٱلرُّءۡيَآۚ ﴿ "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah mem-benarkan mimpi itu." Maksudnya, sesungguhnya kamu telah mela-kukan apa yang telah diperintahkan padamu, maka sesungguhnya kamu telah meneguhkan dirimu atas perintah itu dan kamu telah melakukan segala sesuatunya, dan tidak ada yang tersisa selain menekankan pisau pada lehernya, ﴾ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ ﴿ "Sesungguh-nya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat ihsan" dalam beribadah kepada Kami, yang lebih mengutamakan keridhaan Kami atas kehendak nafsu mereka.
(106) ﴾ إِنَّ هَٰذَا ﴿ "Sesungguhnya ini," yang Kami ujikan ter-hadap Ibrahim عليه السلام, ini ﴾ لَهُوَ ٱلۡبَلَٰٓؤُاْ ٱلۡمُبِينُ ﴿ "benar-benar suatu ujian yang nyata," yang sangat jelas, yang dengannya ketulusan Ibrahim, ke-sempurnaan cintanya kepada Rabbnya, dan kesetiaannya menjadi nampak jelas. Karena, ketika Allah menganugerahkan Isma'il عليه السلام kepada Ibrahim عليه السلام, dia sangat mencintainya, padahal dia adalah khalilurrahman (orang yang sangat-sangat dicintai Allah). Kata al-Khullah (khalil) adalah tingkat tertinggi dalam kecintaan, dan ia sepenuhnya tercurahkan, tidak dapat dicampuri apa pun, dan berkonsekuensi bahwa seluruh bagian kalbu terpaut kepada sang mahbûb (kekasih). Tatkala salah satu bagian dari bagian-bagian hatinya terpaut (tergantung, terkonsentrasi) kepada putranya, Isma'il, maka Allah سبحانه وتعالى hendak memurnikan cintanya dan menguji kesetiaannya. Oleh karena itu Allah memerintahkan kepadanya untuk menyembelih orang yang kecintaan kepadanya telah meng-usik kecintaan kepada Rabbnya.
Tatkala Ibrahim telah mementingkan cinta Allah dan meng-utamakannya atas hawa nafsunya serta telah berbulat hati untuk menyembelihnya dan pengusik cinta kepada Rabbnya telah hilang dari dalam kalbunya, maka penyembelihan menjadi tidak ada arti-nya, maka dari itu Allah berfirman, ﴾ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ ٱلۡبَلَٰٓؤُاْ ٱلۡمُبِينُ ﴿ "Sesungguh-nya ini benar-benar cobaan yang nyata."
(107) ﴾ وَفَدَيۡنَٰهُ بِذِبۡحٍ عَظِيمٖ ﴿ "Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." Maksudnya, maka gantinya adalah sembe-lihan berupa domba yang sangat besar, disembelih oleh Ibrahim. Sembelihan ini menjadi agung (besar) dilihat dari sudut sebagai ganti Isma'il dan dilihat dari sudut keberadaannya sebagai salah satu bentuk ibadah yang sangat mulia, serta dilihat dari sudut ke-beradaannya sebagai kurban dan sunnah hingga Hari Kiamat.
(108-109) ﴾ وَتَرَكۡنَا عَلَيۡهِ فِي ٱلۡأٓخِرِينَ 108 سَلَٰمٌ عَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ 109 ﴿ "Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, 'Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim'." Maksud-nya, Kami abadikan untuknya pujian sejati pada orang-orang yang datang kemudian sebagaimana terjadi pada orang-orang terdahulu. Maka, setiap waktu sepeninggalannya, ia selalu dicintai, dimulia-kan, dan dipuji, ﴾ سَلَٰمٌ عَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ ﴿ "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim." Maksudnya, salam hormat untuknya. Ini sama dengan FirmanNya,
﴾ قُلِ ٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ وَسَلَٰمٌ عَلَىٰ عِبَادِهِ ٱلَّذِينَ ٱصۡطَفَىٰٓۗ ﴿
"Katakanlah, 'Segala puji bagi Allah dan salam atas hamba-hamba pilihanNya'." (An-Naml: 59).
(110) ﴾ كَذَٰلِكَ نَجۡزِي ٱلۡمُحۡسِنِينَ ﴿ "Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik," dalam beribadah kepada Allah dan bergaul dengan sesama manusia, yaitu Kami membebaskan mereka dari berbagai kesempitan, serta kesudahan, dan pujian yang baik Kami berikan kepada mereka.
(111) ﴾ إِنَّهُۥ مِنۡ عِبَادِنَا ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ﴿ "Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman," kepada apa yang diperintahkan oleh Allah untuk diimani, yaitu orang-orang yang beriman yang sudah sampai kepada derajat al-yaqîn, seperti yang difirmankan Allah سبحانه وتعالى,
﴾ وَكَذَٰلِكَ نُرِيٓ إِبۡرَٰهِيمَ مَلَكُوتَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَلِيَكُونَ مِنَ ٱلۡمُوقِنِينَ 75 ﴿
"Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan (Kami mem-perlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin." (Al-An'am: 75).
(112) ﴾ وَبَشَّرۡنَٰهُ بِإِسۡحَٰقَ نَبِيّٗا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ ﴿ "Dan Kami beri dia kabar gembira dengan Ishaq sebagai seorang nabi yang termasuk orang-orang yang shalih." Ini adalah berita gembira kedua mengenai akan dila-hirkannya Ishaq, yang di belakangnya adalah Ya'qub. Jadi, Ibrahim telah diberi kabar gembira dengan keberadaannya, kelangsungan-nya dan keberadaan anak keturunannya serta keberadaannya se-bagai seorang nabi yang termasuk orang-orang shalih. Itu semua adalah kabar gembira yang beragam.
(113) ﴾ وَبَٰرَكۡنَا عَلَيۡهِ وَعَلَىٰٓ إِسۡحَٰقَۚ ﴿ "Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq." Yakni, Kami turunkan kepada keduanya berkah yang berupa perkembangan dan pertambahan ilmu mereka berdua, amal, dan anak keturunannya. Dari anak keturunan dua nabi inilah Allah سبحانه وتعالى menyebarkan tiga umat besar, yaitu Umat Arab yang ber-asal dari anak keturunan Nabi Isma'il, Umat Bani Isra`il dan Umat Romawi dari anak keturunan Nabi Ishaq.
﴾ وَمِن ذُرِّيَّتِهِمَا مُحۡسِنٞ وَظَالِمٞ لِّنَفۡسِهِۦ مُبِينٞ ﴿ "Dan di antara anak cucu mereka berdua ada yang baik dan ada pula yang zhalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata." Maksudnya, di antara mereka ada yang shalih dan ada yang jahat, ada yang adil dan ada yang zhalim, yang kezhalim-annya sangat jelas melalui kekafiran dan kesyirikannya.
Ini bisa jadi sebagai bagian dari pencegahan terhadap pan-dangan keliru, karena tatkala Allah سبحانه وتعالى mengatakan, ﴾ وَبَٰرَكۡنَا عَلَيۡهِ وَعَلَىٰٓ إِسۡحَٰقَۚ ﴿ "Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq," maka berarti berkah itu harus tetap ada pada anak keturunannya, dan di antara kesempurnaan berkah itu adalah keberadaan semua anak ketu-runannya sebagai orang-orang yang berbuat baik. Maka Allah سبحانه وتعالى mengabarkan bahwa di antara mereka ada yang baik dan ada yang zhalim. Wallahu a'lam.