As-Saffat Ayat 82
ثُمَّ اَغْرَقْنَا الْاٰخَرِيْنَ ( الصافات: ٨٢ )
Thumma 'Aghraqnā Al-'Ākharīna. (aṣ-Ṣāffāt 37:82)
Artinya:
Kemudian Kami tenggelamkan yang lain. (QS. [37] As-Saffat : 82)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Kemudian Kami tenggelamkan yang lain akibat kekafiran mereka.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pengabadian nama Nuh dengan sebutan salam sejahtera kepadanya itu merupakan penghormatan kepadanya, dan pembalasan kepadanya atas kebajikan yang diperbuatnya dan perjuangannya dalam menegakkan kalimat tauhid yang tak henti-hentinya, siang dan malam, terang-terangan dan sembunyi-sembunyi selama ratusan tahun. Hal itu juga sebagai imbalan atas kesabarannya, dalam menahan derita lahir dan batin selama menyampaikan risalah di tengah-tengah kaumnya.
Yang mendorong Nabi Nuh bekerja keras membimbing kaumnya adalah kemurnian dan keikhlasan pengabdiannya kepada Allah disertai keteguhan iman dalam jiwanya. Oleh karena itu, Allah menyatakan bahwa dia benar-benar hamba-Nya yang penuh iman. Penonjolan iman pada pribadi Nuh sebagai rasul yang mendapat pujian adalah untuk menunjukkan arti yang besar terhadap iman itu karena dia merupakan modal dari segala amal perbuatan kebajikan.
Adapun kaum Nuh yang lain, yang tidak mau beriman kepada agama tauhid yang disampaikan kepada mereka, dibinasakan oleh topan dan banjir besar hingga tak seorang pun di antara mereka yang tinggal dan tak ada pula bekas peninggalan mereka yang dikenang. Mereka lenyap dari catatan sejarah manusia.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Kemudian Kami tenggelamkan orang-orang yang lain. (Ash-Shaffat: 82)
Yakni Kami binasakan mereka sehingga tiada seorang pun dan mereka yang tersisa, tiada pula peninggalan-peninggalan mereka. Mereka tidak lagi dikenal kecuali hanya sifat-sifat yang buruk.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Kemudian Kami tenggelamkan orang-orang yang lain) yakni orang-orang kafir dari kaum Nabi Nuh.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Kemudian Kami menenggelamkan orang-orang lain dari kaumnya yang kafir.
6 Tafsir as-Saadi
"Sesungguhnya Nuh telah menyeru Kami; maka sesungguh-nya (Kami adalah) sebaik-baik yang memperkenankan (doa). Dan Kami telah menyelamatkannya dan pengikutnya dari bencana yang besar. Dan Kami jadikan anak cucunya orang-orang yang melan-jutkan keturunan. Dan Kami abadikan untuk Nuh itu di kalangan orang-orang yang datang kemudian; 'Kesejahteraan dilimpahkan atas Nuh di seluruh alam.' Sesungguhnya demikianlah Kami mem-berikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesung-guhnya dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman. Kemudian Kami tenggelamkan orang-orang yang lain." (Ash-Shaffat: 75-82).
(75-82) Allah سبحانه وتعالى mengabarkan tentang hamba dan Rasul-Nya, yaitu Nuh عليه السلام, rasul pertama, yaitu bahwasanya ketika beliau mengajak kaumnya kepada Allah dalam jangka waktu yang sangat panjang, namun seruan Nuh hanya makin menambah mereka makin jauh, dan Nuh pun telah berdoa kepada Rabbnya seraya mengatakan,
﴾ رَّبِّ لَا تَذَرۡ عَلَى ٱلۡأَرۡضِ مِنَ ٱلۡكَٰفِرِينَ دَيَّارًا 26 ﴿
"Ya Rabbi, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi." (Nuh: 26). Dan ia juga berkata,
﴾ رَبِّ ٱنصُرۡنِي عَلَى ٱلۡقَوۡمِ ٱلۡمُفۡسِدِينَ 30 ﴿
"Ya Rabb, tolonglah aku atas kaum yang membuat kerusakan."[73]
Lalu Allah سبحانه وتعالى mengabulkan doanya dan Allah memuji DiriNya seraya berfirman, ﴾ فَلَنِعۡمَ ٱلۡمُجِيبُونَ ﴿ "maka sesungguhnya (Kami adalah) sebaik-baik yang memperkenankan," bagi doa orang-orang yang ber-doa dan mendengarkan doa dan sikap merendahkan diri mereka kepadaNya. Allah mengabulkan doa Nabi Nuh عليه السلام sesuai dengan apa yang beliau mohon. Allah menyelamatkannya dan keluarganya dari bencana yang sangat besar dan menenggelamkan seluruh orang-orang kafir dan menyisakan anak keturunannya yang kemudian menjadi pengganti silih berganti, sehingga seluruh manusia (yang ada saat ini) berasal dari keturunan nabi Nuh عليه السلام. Dan Allah سبحانه وتعالى menjadikan pujian yang baik dan berlanjut bagi Nabi Nuh عليه السلام hingga zaman manusia-manusia yang terakhir datang. Yang demi-kian itu karena dia adalah orang yang ihsan dalam beribadah kepada Sang Pencipta dan muhsin (berbuat baik) kepada sesama manusia. Inilah Sunnah Allah سبحانه وتعالى pada orang-orang yang berbuat ihsan, yaitu menebarkan pujian baik bagi mereka menurut kadar ihsan (kebaikan) mereka.
Dan FirmanNya, ﴾ إِنَّهُۥ مِنۡ عِبَادِنَا ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ﴿ "Sesungguhnya dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman," menunjukkan bahwa iman merupakan kedudukan manusia yang tertinggi, ia mencakup seluruh syariat-syariat agama, prinsip-prinsip dan cabang-cabang-nya, karena Allah memuji manusia-manusia pilihanNya karena imannya tersebut.