Az-Zumar Ayat 3
اَلَا لِلّٰهِ الدِّيْنُ الْخَالِصُ ۗوَالَّذِيْنَ اتَّخَذُوْا مِنْ دُوْنِهٖٓ اَوْلِيَاۤءَۘ مَا نَعْبُدُهُمْ اِلَّا لِيُقَرِّبُوْنَآ اِلَى اللّٰهِ زُلْفٰىۗ اِنَّ اللّٰهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيْ مَا هُمْ فِيْهِ يَخْتَلِفُوْنَ ەۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِيْ مَنْ هُوَ كٰذِبٌ كَفَّارٌ ( الزمر: ٣ )
'Alā Lillāhi Ad-Dīnu Al-Khālişu Wa Al-Ladhīna Attakhadhū Min Dūnihi 'Awliyā'a Mā Na`buduhum 'Illā Liyuqarribūnā 'Ilaá Allāhi Zulfaá 'Inna Allāha Yaĥkumu Baynahum Fī Mā Hum Fīhi Yakhtalifūna 'Inna Allāha Lā Yahdī Man Huwa Kādhibun Kaffārun. (az-Zumar 39:3)
Artinya:
Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar. (QS. [39] Az-Zumar : 3)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Ingatlah, hanya milik Allah agama yang murni tanpa dicampuri kemusyrikan. Dan orang-orang yang mengambil pelindung serta penolong selain Dia dengan menuhankan berhala, patung, dan benda-benda lainnya berdalih, “Kami mengakui Allah sebagai Pencipta, tetapi Dia terlalu tinggi untuk kami dekati sehingga kami harus menyembah berhala-berhala tersebut. Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka membantu mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka yang mengesakan Allah dan yang mempersekutukan-Nya tentang apa yang mereka perse-lisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta yang menuhankan berhala, orang yang meyakini Allah memiliki anak, dan orang yang sangat ingkar terhadap kekuasaan dan keesaan Allah.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Allah lalu memerintahkan kepada rasul-Nya agar mengingatkan kaumnya bahwa agama yang suci adalah agama Allah. Maksud agama dalam ayat ini ialah ibadah dan taat. Oleh sebab itu, ibadah dan taat itu hendaknya ditujukan kepada Allah semata, bersih dari syirik dan ria.
Penyembah berhala berpendapat bahwa Allah adalah Zat yang berada di luar jangkauan indera manusia. Oleh sebab itu, tidak mungkin manusia dapat langsung beribadah kepada-Nya. Apabila manusia ingin beribadah kepada-Nya, menurut mereka, hendaknya memakai perantara yang diserahi tugas untuk menyampaikan ibadah mereka itu kepada Allah. Perantara-perantara itu ialah malaikat dan jin, yang kadang-kadang menyerupai bentuk manusia. Mereka ini dianggap Tuhan. Adapun patung-patung yang dipahat yang diletakkan di rumah-rumah ibadah adalah patung yang menggambarkan tuhan, tetapi bukanlah Tuhan yang sebenarnya. Hanya saja pada umumnya kebodohan menyebabkan mereka, tidak lagi membedakan antara patung dan Tuhan sehingga mereka menyembah patung itu sebagaimana menyembah Allah, seperti keadaan orang-orang yang menyembah binatang. Mereka itu tidak lagi membedakan antara menyembah binatang dan menyembah Pencipta binatang.
Orang-orang Arab Jahiliah melukiskan patung-patung dengan bermacam-macam bentuk, ada patung yang menggambarkan bintang-bintang, malaikat-malaikat, nabi-nabi, dan orang-orang saleh yang telah berlalu. Mereka menyembah patung-patung itu sebagai simbol bagi masing-masing sembahan itu.
Demikianlah anggapan kaum musyrikin di masa lalu dan menjelang diutusnya Muhammad saw sebagai rasul. Kemudian datanglah Rasulullah dengan mengemban perintah untuk membinasakan sembahan-sembahan mereka itu dan mengikis habis anggapan yang salah dari pikiran mereka, serta menggantinya dengan ajaran yang menuntun pikiran agar beragama tauhid.
Allah berfirman:
Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah, dan jauhilah thagut." (an-Nahl/16: 36)
Dan firman-Nya:
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Aku, maka sembahlah Aku. (al-Anbiya'/21: 25)
Sebagai penjelasan lebih luas tentang pengakuan orang-orang Quraisy terhadap adanya Allah, dituturkan oleh Qatadah bahwa apabila orang-orang musyrik Mekah itu ditanya siapa Tuhan mereka, siapa yang menciptakan mereka, dan siapa yang menciptakan langit dan bumi serta menurunkan hujan dari langit, mereka menjawab, "Allah." Kemudian apabila ditanyakan kepada mereka, mengapa mereka menyembah berhala-berhala, mereka pun menjawab, "Supaya berhala-berhala itu mendekatkan mereka kepada Allah dengan sedekat-dekatnya dan berhala-berhala itu memberi syafaat pada saat mereka memerlukan pertolongan dari sisi Allah."
Kemudian mengenai sikap kaum musyrikin yang serupa itu Allah berfirman:
Maka mengapa (berhala-berhala dan tuhan-tuhan) yang mereka sembah selain Allah untuk mendekatkan diri (kepada-Nya) tidak dapat menolong mereka? Bahkan tuhan-tuhan itu telah lenyap dari mereka? (al-A.hqaf/46: 28)
Allah mengancam sikap dan perbuatan mereka serta menampakkan kepada mereka akibat yang akan mereka rasakan. Allah akan memutuskan apa yang mereka perselisihkan itu pada hari perhitungan. Pada hari itu, kebenaran agama tauhid tidak akan dapat ditutup-tutupi lagi dan kebatilan penyembahan berhala akan tampak dengan jelas. Masing-masing pemeluknya akan mendapat imbalan yang setimpal. Orang-orang yang tetap berpegang kepada agama tauhid akan mendapat tempat kembali yang penuh kenikmatan. Sedang orang-orang yang selalu bergelimang dalam lembah kemusyrikan akan mendapat tempat kembali yang penuh dengan penderitaan.
Pada bagian akhir ayat ini, Allah menandaskan bahwa Dia tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang mendustakan kebenaran dan mengingkari agama tauhid karena kesesatan mereka yang tak dapat dibetulkan lagi. Macam-macam cara yang mereka tempuh untuk menyekutukan Allah dengan tuhan-tuhan yang lain, seperti menyembah berhala, atau beranggapan bahwa Allah mempunyai anak dan sebagainya. Semua itu tiada lain hanyalah anggapan mereka yang jauh dari kebenaran dan menyeret mereka ke lembah kesesatan.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). (Az-Zumar: 3)
Maksudnya, tiada suatu amal pun yang diterima kecuali yang dikerjakan oleh pelakunya dengan niat ikhlas hanya karena Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). (Az-Zumar: 3) Bahwa yang dimaksud ialah persaksian yang menyatakan bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan hanya Allah.
Kemudian Allah memberitahukan tentang alasan orang-orang musyrik yang menyembah berhala-berhala, bahwa mereka mengatakan:
Kami tidak menyembah mereka, melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. (Az-Zumar: 3)
Yakni sesungguhnya hal yang mendorong mereka menyembah berhala-berhala itu hanyalah karena berhala-berhala tersebut mereka pahat dengan rupa malaikat-malaikat yang terdekat (dengan Allah) menurut dugaan mereka. Lalu mereka sembah patung-patung itu yang mereka anggap sebagai malaikat-malaikat.yang terdekat, agar malaikat-malaikat tersebut mau meminta pertolongan bagi mereka di sisi Allah Swt. untuk menolong mereka, memberi mereka rezeki, dan melepaskan dari mereka perkara duniawi yang menimpa diri mereka. Adapun terhadap hari kemudian, maka mereka mengingkari dan kafir terhadapnya.
Qatadah, As-Saddi, dan Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam dan Ibnu Zaid sehubungan dengan makna firman-Nya: melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. (Az-Zumar: 3) Yaitu agar sembahan-sembahan itu dapat menolong kami dan mendekatkan kami kepada Allah Swt.
Karena itulah mereka mengatakan dalam talbiyahnya bila melakukan ibadah haji di masa Jahiliah, "labbaika la syarikalaka illa syar'ikan huwa laka tamlikuhu wama malak.” (Kupenuhi seruan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu yang kepunyaan-Mu, Engkau memilikinya, sedangkan sekutu-sekutu itu tidak memiliki).
Kekeliruan semacam inilah yang sengaja dilakukan oleh orang-orang musyrik di masa silam dan masa sekarang. Lalu datanglah kepada mereka para rasul yang menolak keyakinan seperti ini, melarangnya, serta menyeru mereka untuk memurnikan penyebaran hanya kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang dibuat-buat oleh orang-orang musyrik dari diri mereka sendiri. Allah tidak mengizinkan hal itu, tidak merestuinya, bahkan murka terhadapnya dan melarangnya.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), 'Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah tagut itu.”(An-Nahl:36)
Dan firman Allah Swt.:
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, "Bahwasanya tidak ada tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. (Al-Anbiya: 25)
Allah Swt. memberitahukan bahwa para malaikat yang ada di langit, yaitu para malaikat yang terdekat dan juga malaikat lainnya, semuanya ialah hamba-hamba Allah yang tunduk patuh kepada-Nya; mereka tidak mau meminta syafaat di sisi-Nya kecuali dengan seizin-Nya terhadap orang yang direstui-Nya. Para malaikat di sisi-Nya tidaklah seperti keadaan para amir di hadapan raja-raja mereka yang dapat memberikan syafaat (pertolongan) di sisi raja-raja mereka tanpa restu dari raja-raja mereka; raja mereka setuju ataukah tidak, syafaat tetap dilakukan.
Maka janganlah kamu membuat perumpamaan-perumpamaan bagi Allah. (An-Nahl: 74)
Mahasuci lagi Mahatinggi Allah dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
Firman Allah Swt.:
Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka (kelak di hari kiamat) tentang apa yang mereka berselisih padanya. (Az-Zumar: 3)
Yakni kelak Allah akan memutuskan perkara di antara semua makhlukNya pada hari mereka dikembalikan, dan Dia akan membalas setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing.
Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Allah berfirman kepada malaikat, "Apakah mereka ini dahulu menyembahmu?" Malaikat-malaikat itu menjawab, "Mahasuci Engkau. Engkaulah Pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin, kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.” (Saba: 40-41)
Adapun firman Allah Swt.:
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (Az-Zumar: 3)
Maksudnya, Allah tidak menunjuki mereka ke jalan hidayah, yaitu orang-orang yang tujuannya dusta dan mengada-adakan kebohongan terhadap Allah Swt. serta hatinya kafir kepada ayat-ayat-Nya, juga ingkar kepada hujah-hujah dan bukti-bukti yang jelas dari-Nya. Kemudian Allah Swt. menjelaskan bahwa Dia tidak beranak, tidak seperti apa yang dikira oleh orang-orang yang bodoh dari kalangan kaum musyrik yang mengira bahwa malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah, juga tidak seperti yang diduga oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani terhadap Uzair dan Isa.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Ingatlah, hanya kepada Allahlah ketaatan yang murni itu) tiada seorang pun yang berhak menerimanya selain-Nya. (Dan orang-orang yang mengambil selain-Nya) yang mengambil berhala-berhala (sebagai pelindung) mereka adalah orang-orang kafir Mekah yang mengatakan, ("Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.") yakni untuk mendekatkan diri kami kepada-Nya. Lafal Zulfaa adalah Mashdar yang maknanya sama dengan lafal Taqriiban/mendekatkan diri. (Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka) dan kaum Muslimin (tentang apa yang mereka berselisih padanya) tentang masalah agama, maka kelak orang-orang yang beriman akan masuk surga dan orang-orang yang kafir akan masuk neraka. (Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang yang pendusta) yaitu orang yang mengatakan terhadap Allah, bahwa Dia mempunyai anak (lagi sangat ingkar) karena menyembah kepada selain-Nya.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Ingatlah bahwa hanya Allah yang memiliki agama yang benar tanpa cacat. Orang-orang musyrik yang mengaku mempunyai penolong selain Allah berkata, "Kami menyembah mereka bukan karena mereka itu pencipta. Kami hanya menyembah mereka agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan syafaat yang akan mereka berikan kepada kami di hadapan Allah." Allah akan memutuskan hukum di antara orang-orang musyrik dan orang-orang Mukmin yang mengesakan Allah tentang perkara syirik dan tauhid yang dahulu mereka perselisihkan. Allah tidak akan menunjukkan kebenaran kepada orang yang kebiasaannya berbohong dan cenderung selalu berbuat bohong.
6 Tafsir as-Saadi
"Kitab ini diturunkan dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab dengan benar. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih. Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah, kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka men-dekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Sesungguh-nya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk orang-orang yang pendusta lagi sangat ingkar." (Az-Zumar: 1-3).
Makkiyah
(1) Allah سبحانه وتعالى menginformasikan tentang keagungan al-Qur`an dan keagungan Tuhan yang telah berbicara dengannya dan bahwa ia turun dariNya, dan sesungguhnya ia turun ﮋ مِنَ ٱللَّهِ ٱلۡعَزِيزِ ٱلۡحَكِيمِ ﮊ "dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." Maksudnya, yang sifatNya adalah uluhiyah bagi semua makhluk. Yang demikian itu adalah karena keagungan dan kesempurnaanNya dan karena ke-perkasaan yang dengannya Dia mengalahkan semua makhluk dan segala sesuatu tunduk kepadaNya; dan karena hikmah (kebijak-sanaan) di dalam penciptaan dan perintahNya. Al-Qur`an ini turun dari Tuhan yang seperti itu sifatNya, sedangkan al-kalam (bicara) itulah sifat bagi pembicara, dan sifat selalu tak terpisahkan dari maushuf (yang disifati). Oleh karena Allah سبحانه وتعالى itu sempurna dari segala sisi, yang tiada tandingan bagiNya, maka demikian pula, kalam (pembicaraan, Firman)Nya sempurna dari segala sisinya, tiada tandingannya. Yang satu ini saja sudah cukup untuk menyifati al-Qur`an, membuktikan kedudukannya yang agung.
(2) Dan bersama ini, makin jelas kesempurnaannya dengan orang yang al-Qur`an itu diturunkan kepadanya, yaitu Nabi Muhammad a yang merupakan manusia termulia. Maka dapat diketahui bahwa al-Qur`an adalah kitab termulia, dan dengan membawa apa ia diturunkan, yaitu kebenaran. Al-Qur`an turun dengan membawa kebenaran yang tidak diragukan lagi, untuk mengeluarkan manusia dari berbagai kegelapan menuju nur (cahaya terang); ia turun membawa kebenaran di dalam kabar-kabarnya yang benar dan hukum-hukum (aturan-aturan)nya yang adil. Maka semua apa yang ditunjukkannya adalah merupakan kebenaran yang paling agung dari seluruh tuntutan ilmiah; dan tidak ada se-sudah kebenaran selain kesesatan.
Oleh karena ia turun dari Yang Mahabenar, mengandung kebenaran untuk memberi petunjuk kepada manusia melalui ma-nusia yang paling mulia, maka kenikmatan yang terdapat di da-lamnya sangat agung dan sangat besar dan wajib disyukuri, yaitu dengan menuluskan ketaatan hanya kepada Allah. Maka dari itu Dia berfirman, ﴾ فَٱعۡبُدِ ٱللَّهَ مُخۡلِصٗا لَّهُ ٱلدِّينَ ﴿ "Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya," maksudnya, tuluskanlah kepada Allah سبحانه وتعالى semua agamamu, baik berupa syariat yang nampak dan syariat yang tidak nampak, yaitu Islam, Iman, dan Ihsan, dengan cara mengesakan Allah سبحانه وتعالى dengannya dan dengan niat mengharap-kan keridhaanNya, bukan niat-niat apa pun yang lainnya.
(3) ﮋ أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ ٱلۡخَالِصُۚ ﮊ "Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih." Ini adalah penegasan perintah ikhlas dan pen-jelasan bahwasanya Allah سبحانه وتعالى, sebagaimana halnya kepunyaanNya-lah semua kesempurnaan dan karunia atas hamba-hambaNya dari segala sisi, maka demikian juga, hanya milikNya-lah agama yang bersih lagi bebas dari segala noda. Itulah agama yang diridhaiNya dan diridhai oleh manusia pilihanNya dan yang diperintahkan kepada mereka, sebab ia berisi mempertuhankan Allah dalam mencintaiNya, takut dan berharap kepadaNya, berinabah (kembali) kepadaNya dalam beribadah kepadaNya dan berinabah kepadaNya dalam mencari segala kebutuhan hamba-hambaNya. Itulah yang bisa memperbaiki kalbu, membersihkan dan menyucikannya; ke-cuali mempersekutukanNya dalam ibadah apa pun, karena Allah سبحانه وتعالى anti darinya dan persekutuan itu sedikitpun tak layak bagi Allah. Sebab, Dia adalah Tuhan yang paling tidak membutuhkan syirik (persekutuan) dan syirik itu merusak kalbu, ruh, dunia dan akhirat dan sangat menyengsarakan jiwa dengan kesengsaraan yang paling menyakitkan.
Maka dari itu, setelah Allah memerintahkan tauhid dan ikhlas, Allah melarang syirik kepadaNya (mempersekutukanNya) dan Dia menginformasikan celaan terhadap siapa pun yang mem-persekutukanNya, seraya berfirman, ﴾ وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَ ﴿ "Dan orang-orang yang mengambil pelindung selainNya," maksudnya, ber-lindung kepada mereka dengan menyembah dan berdoa kepada mereka, sambil mengemukakan pembelaan terhadap diri mereka dan berkata, ﴾ مَا نَعۡبُدُهُمۡ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلۡفَىٰٓ ﴿ "Kami tidak menyembah me-reka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya," maksudnya, agar mereka mengajukan segala kebutuhan kami kepada Allah dan menjadi pemberi syafa'at bagi kami di sisiNya, kalau bukan demikian, maka sesungguhnya kami mengetahui bahwasanya berhala-berhala itu tidak bisa menciptakan sesuatu, tidak memberi rizki dan tidak memiliki sesuatu apa pun. Maksudnya, orang-orang musyrik itu telah mengabaikan apa yang telah Allah perintahkan, yaitu ikhlas (tauhid), dan mereka dengan lancang telah berani melakukan perbuatan haram yang paling besar, yaitu syirik.
Mereka mengkiaskan Tuhan yang tidak ada sesuatu apa pun yang menyerupaiNya, Yang Maharaja nan Mahaagung dengan raja-raja (para penguasa). Mereka beranggapan berdasarkan akal mereka yang rusak dan pikiran mereka yang sakit, bahwasanya kalaulah para raja tidak mungkin bisa langsung ditemui kecuali melalui orang-orang terdekatnya, orang-orang kepercayaannya dan para menterinya yang mengajukan berbagai kepentingan (tuntutan) rakyatnya, dan membujuknya untuk mengasihani rak-yatnya serta memudahkan segala permasalahan dalam hal tersebut, maka demikian juga Allah سبحانه وتعالى.
Analogi (kiyas) seperti ini adalah analogi yang paling rusak; karena mengandung makna penyetaraan sang Khaliq (Pencipta) dengan makhluk, padahal sudah pasti terdapat perbedaan yang sangat besar antara keduanya secara akal, syar'i dan fitrah. Para raja membutuhkan perantara (para pembantu) yang menghubung-kan mereka dengan rakyatnya, sebab mereka tidak mengetahui kondisi rakyat, maka dari itu dibutuhkan orang yang memberitahu mereka tentang kondisi rakyat secara langsung; dan barangkali tidak ada rasa kasih sayang di dalam hati mereka kepada orang yang mempunyai keperluan (tuntutan), sehingga dibutuhkan orang yang bisa membuat hati mereka kasihan kepada orang itu dan membahasakan keperluannya kepada mereka. Dan mereka mem-butuhkan para pembantu dan para menteri, dan rakyat takut kepada mereka, sehingga para raja mau memenuhi kebutuhan orang-orang yang berperantara kepada mereka demi menghormati dan menjaga perasaan mereka. Para raja itu juga sebenarnya orang-orang fakir, kadang menahan sesuatu karena takut miskin.
Adapun Rabb, Allah سبحانه وتعالى, Dia-lah yang pengetahuanNya me-liputi segala sesuatu, baik terhadap perkara-perkara yang nampak maupun perkara-perkara yang tidak nampak. Dia tidak membu-tuhkan kepada orang yang menginformasikan kepadaNya tentang keadaan hamba-hambaNya, dan Dia juga adalah Yang Maha Pe-ngasih, Maha Pemurah, tidak membutuhkan kepada salah seorang makhlukNya untuk menjadikanNya mengasihi hamba-hambaNya. Bahkan Dia lebih kasih (sayang) kepada mereka daripada diri mereka sendiri dan daripada kedua orang tua mereka. Dia-lah yang menghimbau dan mengajak mereka untuk melakukan sebab-sebab yang dengannya mereka bisa mendapat rahmat (kasih sayang)Nya, dan Dia menghendaki kemaslahatan mereka yang tidak mereka kehendaki untuk diri mereka. Dia-lah yang Mahakaya, yang milik-Nya-lah kekayaan yang sempurna lagi absolut (mutlak), yang kalau seandainya seluruh manusia dari yang terdahulu hingga yang terkemudian berkumpul di satu tempat lalu semuanya memohon kepadaNya, kemudian Dia beri masing-masing permohonan dan harapannya, maka mereka tidak mengurangi sedikitpun kekayaan-Nya dan mereka juga tidak mengurangi apa-apa yang ada di sisi-Nya kecuali seperti berkurangnya samudra apabila sebilah jarum ditenggelamkan ke dalamnya (lalu diangkat).
Dan seluruh pemberi syafa'at takut kepadaNya, sehingga tidak seorang pun di antara mereka dapat memberikan syafa'at kecuali dengan izinNya, dan milikNya-lah seluruh syafa'at.
Dengan perbedaan-perbedaan ini dapat diketahui kebodohan orang-orang musyrikin, kedangkalan pikiran mereka dan betapa lancangnya mereka kepada Allah. Dan juga diketahui hikmah (rahasia di balik) kenapa syirik itu tidak diampuni Allah سبحانه وتعالى, yaitu karena syirik mengandung arti melecehkan Allah سبحانه وتعالى. Maka dari itu Dia berfirman seraya memberikan keputusan antara kedua golongan orang-orang yang bertauhid dan orang-orang musyrik, dan di dalamnya terdapat ancaman bagi kaum musyrikin,﴾ إِنَّ ٱللَّهَ يَحۡكُمُ بَيۡنَهُمۡ فِي مَا هُمۡ فِيهِ يَخۡتَلِفُونَۗ ﴿ "Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya." Sudah di-maklumi bahwa keputusanNya adalah bahwa orang-orang beriman yang berlaku ikhlas ditempatkan di dalam surga-surga kenikmatan, sedangkan siapa saja yang mempersekutukan Allah, maka Allah telah mengharamkan surga baginya dan tempat tinggalnya adalah neraka.
﴾ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي ﴿ "Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk," maksudnya, tidak membimbing menuju hidayah pada jalan yang lurus, ﴾ مَنۡ هُوَ كَٰذِبٞ كَفَّارٞ ﴿ "orang-orang yang pendusta lagi sangat ingkar." Maksudnya, orang yang karakternya adalah dusta atau kufur, di mana nasihat-nasihat dan ayat-ayat sampai kepadanya, namun apa yang menjadi karaternya tidak pernah hilang darinya. Dan Allah memperlihatkan kepadanya tanda-tanda (mukjizat) namun ia mengingkari, kafir dan mendustakannya. Maka orang yang seperti ini, bagaimana mungkin bisa mendapat petunjuk, karena dia telah menutup pintu rapat-rapat atas dirinya sendiri, dan ia dihukum dengan ditutup oleh Allah akan hatinya, maka dari itu ia tidak beriman.