۞ قُلْ اَىِٕنَّكُمْ لَتَكْفُرُوْنَ بِالَّذِيْ خَلَقَ الْاَرْضَ فِيْ يَوْمَيْنِ وَتَجْعَلُوْنَ لَهٗٓ اَنْدَادًا ۗذٰلِكَ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ ۚ ( فصلت: ٩ )
Qul 'A'innakum Latakfurūna Bial-Ladhī Khalaqa Al-'Arđa Fī Yawmayni Wa Taj`alūna Lahu 'Andādāan Dhālika Rabbu Al-`Ālamīna. (Fuṣṣilat 41:9)
Artinya:
Katakanlah, “Pantaskah kamu ingkar kepada Tuhan yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan pula sekutu-sekutu bagi-Nya? Itulah Tuhan seluruh alam.” (QS. [41] Fussilat : 9)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Penggambaran sikap orang-orang musyrik Mekah yang memper-sekutukan Allah dan menolak keniscayaan hari Kiamat merupakan sikap yang tidak pantas untuk dilakukan terhadap Sang Pencipta alam semesta. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad diperintahkan untuk memberikan peringatan keras terhadap orang-orang musyrik Mekah itu dan orang-orang yang bersikap sama dengan mereka. Katakanlah wahai Nabi Muhammad, “Pantaskah kamu ingkar kepada Allah, Tuhan yang menciptakan planet bumi dalam dua masa, dan pada waktu yang sama kamu adakan pula sekutu-sekutu bagi-Nya? Allah Yang Maha Esa itulah Tuhan Pencipta dan Pemelihara seluruh alam.”
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad agar menanyakan kepada orang-orang musyrik Mekah kenapa mereka mengingkari Allah yang telah menciptakan bumi dalam dua hari. Kenapa mereka menyembah tuhan-tuhan yang lain di samping menyembah Allah? Padahal Allah Maha Suci dari segala sesuatu.
Sebagian ahli tafsir berpendapat bahwa yang dimaksud dengan menjadikan bumi pada ayat ini ialah menciptakan wujudnya, dan yang dimaksud dengan "hari atau masa" dalam ayat ini ialah waktu, karena hari dan malam belum ada di saat langit dan bumi diciptakan.
Makna pembentukan bumi dalam waktu dua hari, dapat ditafsirkan secara ilmiah bahwa pembentukan bumi ini terjadi pada dua periode atau dua masa. Hari pertama adalah masa ketika sekitar 4,6 miliar yang lampau, awan debu dan gas yang mengapung di ruang angkasa mulai mengecil (lihat penjelasan dalam al-A.'raf/7: 54 tentang pembentukan langit dan bumi dalam enam masa). Materi pada pusat awan itu mengumpul menjadi matahari dan sisa gas dan debunya memipih berbentuk cakram di sekitar matahari. Kemudian butir-butir debu dalam awan itu saling melekat dan membentuk planetisimal yang kemudian saling bertabrakan membentuk planet, di antaranya adalah bumi. Hari kedua diawali ketika proses pemanasan akibat peluruhan radioaktif menyebabkan proto bumi meleleh, dan bahan-bahan yang berat seperti besi tenggelam ke pusat bumi sedangkan yang ringan seperti air dan karbondioksida beralih ke luar. Planet bumi kemudian mendingin dan sekitar 2,5 miliar tahun yang lampau bumi terlihat seperti apa yang kita lihat sekarang ini.
Pertanyaan yang disampaikan kepada orang-orang musyrik pada ayat ini, tidak bermaksud untuk bertanya, tetapi untuk mencela perbuatan mereka menyembah berhala. Seakan-akan dikatakan kepada mereka bahwa bukankah mereka telah mengetahui dengan pasti bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu terbuat dari batu yang tidak dapat berbuat sesuatu pun, bahkan berhala itu mereka sendiri yang membuatnya, mengapa mereka sembah yang demikian itu. Jika mereka mau menghambakan diri, maka hambakanlah kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan yang menentukan segala sesuatu.
Tuhan yang berhak mereka sembah ialah Allah yang menciptakan, menguasai, mengatur, memelihara kelangsungan adanya, dan yang menentukan akhir kesudahan semesta alam ini, bukan berhala yang mereka sembah itu.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Ini merupakan keingkaran dari Allah Swt. terhadap orang-orang musyrik, yaitu mereka yang menyembah selain-Nya di samping Dia, padahal Allah-lah Yang menciptakan segala sesuatu, Yang Maha Mengalahkan segala sesuatu, Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi-Nya?” (Fushshilat: 9)
Yakni kamu membuat-buat tandingan dan sekutu yang kalian sembah bersama dengan Allah Swt.
Yang demikian itulah Tuhan semesta alam. (Fushshilat: 9)
Yaitu Yang menciptakan segala sesuatu itu adalah Tuhan semesta alam. Dalam ayat ini terkandung perincian dari apa yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. (Yunus: 3)
Dalam ayat ini diperincikan hal-hal yang berkaitan dengan penciptaan bumi secara terpisah dari hal-hal yang berkaitan dengan penciptaan langit. Disebutkan bahwa pada mulanya Allah menciptakan bumi karena bumi bagaikan fondasi, dan untuk membangun sesuatu itu dimulai dari fondasinya dahulu, setelah itu baru atap, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya:
Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. (Al-Baqarah: 29), hingga akhir ayat.
Adapun mengenai firman Allah Swt. yang menyebutkan:
Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? Allah telah membangunnya. Dia meninggikan bangunannya, lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan darinya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan kokoh, (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu. (An-Nazi'at: 27-33)
Disebutkan padanya bahwa penghamparan bumi itu terjadi sesudah penciptaan langit. Penghamparan itu dijelaskan oleh firman-Nya:
Ia memancarkan darinya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. (An-Nazi'at: 31)
Ini terjadi sesudah penciptaan langit. Adapun penciptaan bumi, kejadiannya sebelum penciptaan langit menurut keterangan nas Al-Qur'an. Dan dengan nas inilah Ibnu Abbas r.a. mengemukakan jawabannya (terhadap orang yang bertanya kepadanya), menurut apa yang diketengahkan oleh Imam Bukhari dalam tafsir ayat ini, bagian dari kitab sahihnya.
Disebutkan di dalamnya bahwa Al-Minhal telah meriwayatkan dari Sa'id ibnu Jubair yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki berkata kepada Ibnu Abbas r.a. bahwa dirinya benar-benar menemui hal-hal yang menyulitkannya di dalam Al-Qur’an karena menurutnya simpang siur. Lelaki itu membaca firman-Nya: maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak ada pula mereka saling bertanya. (Al-Mu’minun: 101); Sebagian dari mereka menghadap kepada sebagian yang lain berbantah-bantahan. (Ash-Shaffat: 27) Dan dalam ayat lain disebutkan: dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) suatu kejadian pun. (An-Nisa: 42) Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah. (Al-An'am: 23) Dalam ayat ini mereka menyembunyikan keadaan yang sebenarnya pada diri mereka. Dan Allah Swt. telah berfirman: Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit? (An-Nazi'at: 27) sampai dengan firman-Nya: Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. (An-Nazi'at: 30) Maka Allah menyebutkan penciptaan langit sebelum penciptaan bumi. Lalu dalam ayat lainnya Allah Swt. telah berfirman: Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa.” (Fushshilat: 9) sampai dengan firman-Nya: Kami datang dengan suka hati. (Fushshilat: 11) Dalam ayat ini disebutkan bahwa penciptaan bumi itu sebelum penciptaan langit. Dan Allah Swt. telah berfirman: Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Ahzab: 5) Dalam ayat yang lainnya disebutkan: Dan adalah Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Fath: 19) Dan dalam ayat yang lainnya lagi disebutkan: Dan adalah Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (An-Nisa: 134) Yakni memakai kana yang artinya dahulu, setelah itu tidak lagi menyandang sifat-sifat tersebut.
Maka Ibnu Abbas r.a. menjawab, bahwa firman Allah Swt.: maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak ada pula mereka saling bertanya. (Al-Mu’minun: 101) Kejadian yang disebutkan dalam ayat ini ialah di saat tiupan sangkakala yang pertama. Disebutkan pula oleh firman-Nya: Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. (Az-Zumar: 68) Maka tidak ada pertalian nasab di antara mereka pada hari itu dan tidak pula mereka saling bertanya. Dan pada tiupan yang kedua disebutkan oleh firman-Nya: Sebagian dari mereka menghadap kepada sebagian yang lain berbantah-bantahan. (Ash-Shaffat: 27) Adapun mengenai firman Allah Swt. yang menyebutkan: Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah. (Al-An'am: 23) Dan firman Allah Swt.: dan mereka tidak menyembunyikan (dari Allah) suatu kejadian pun. (An-Nisa: 42) Karena sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa orang-orang yang mengikhlaskan ibadah mereka hanya kepada Allah, lalu orang-orang musyrik berkata, (kepada sesama mereka), "Marilah kita katakan, 'Kami bukanlah orang-orang yang mempersekutukan Allah'." Lalu dikuncilah mulut mereka dan berkatalah tangan-tangan mereka. Maka pada saat itu diketahui bahwa mereka tidak dapat menyembunyikan dari Allah suatu kejadian pun. Dan pada saat itu disebutkan oleh firman-Nya: Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah. (An-Nisa: 42), hingga akhir ayat. Mengenai firman Allah Swt.: menciptakan bumi dalam dua hari. (Fushshilat: 9) Kemudian Allah Swt. menciptakan langit, lalu Dia menuju ke langit dan menjadikannya tujuh langit dalam dua hari yang lainnya. Setelah itu baru dia menghamparkan bumi, yakni mengeluarkan airnya, tumbuh-tumbuhannya, dan menciptakan gunung-gunung, padang-padang pasir, dan lain-lainnya dalam dua hari berikutnya. Hal inilah yang dimaksud dengan makna menghamparkannya. Dan firman Allah Swt.: menciptakan bumi dalam dua hari. (Fushshilat: 9) Dia menciptakan bumi dan segala sesuatu yang ada padanya dalam empat hari, dan Dia menciptakan langit dalam dua hari. Mengenai firman-Nya: Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al-Ahzab: 5) dan ayat-ayat lainnya yang memakai ungkapan yang sama, yakni kana menunjukkan bahwa Allah Swt. menyifati Zat-Nya dengan demikian. Hal ini diungkapkan oleh firman-Nya yang berarti menunjukkan pengertian bahwa Dia masih tetap bersifat demikian. Karena sesungguhnya Allah Swt. itu tidak sekali-kali menghendaki sesuatu, melainkan mendapatkan apa yang dikehendaki-Nya. Karena itulah jangan sekali-kali Al-Qur'an di fahami olehmu dengan pemahaman yang keliru sehingga akibatnya akan memusingkan dirimu, karena sesungguhnya tiap-tiap Kalamullah itu (Al-Qur'an) berasal dari sisi-Nya.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Addi, telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Amr, dari Zaid ibnu Abu Anisah, dari Al-Minhal (yakni Ibnu Amr). Lalu disebutkan hadis yang telah disebutkan di atas.
Firman Allah Swt.:
menciptakan bumi dalam dua hari. (Fushshilat: 9)
Yakni pada hari Ahad dan hari Senin.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Katakanlah, "Sesungguhnya patutkah kalian) kedua huruf Hamzah pada lafal A-innakum dapat dibaca Tahqiq dan dapat pula dibaca Tas-hil (kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua hari) yaitu hari Ahad dan hari Senin (dan kalian adakan sekutu-sekutu bagi-Nya") tandingan-tandingan bagi-Nya. (Yang bersifat demikian itulah Rabb) yakni pemilik (semesta alam) lafal Al-Aalamiina adalah bentuk jamak dari lafal Aalamun, maksudnya adalah segala sesuatu yang selain Allah. Kemudian dijamakkan mengingat jenisnya yang bermacam-macam, dan jamak di sini memakai Ya dan Nun karena memprioritaskan makhluk yang berakal.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Katakan, wahai Rasulullah, kepada orang-orang musyrik, "Mengherankan sekali kalian ini! Kalian mengingkari Allah yang menciptakan bumi dalam waktu dua hari. Bersamaan dengan itu, kalian juga menyekutukan-Nya dengan hal-hal yang kalian anggap menyamai-Nya. Pencipta bumi itu adalah Penguasa dan Pemelihara alam semesta. "(1). (1) Satuan hari dalam al-Qur'ân yang kadang-kadang disebut dalam bentuk tunggal (yawm), dual (yawmayn) dan jamak (ayyâm), seperti dapat kita lihat pada Q., s. al-Hajj: 47, al-Sajdah: 5 dan al-Ma'ârij: 4, mengisyaratkan bahwa dimensi waktu bersifat nisbi. Satuan-satuan waktu yang digunakan oleh manusia bertalian dengan rotasi dan revolusi bumi. Dengan demikian, apabila seseorang meninggalkan bumi menuju planet lain, maka panjang dan pendek satuan-satuan itu di masing-masing planet akan berbeda. Ayat ini menunjukkan fakta-fakta ilmiah ini, yaitu bahwa waktu adalah nisbi. Dari situ, kita mengenal adanya beberapa tahun yang relatif berbeda-beda. Tahun matahari, umpamanya, bagi bumi dihitung dengan lamanya waktu yang ditempuh oleh bumi dalam berevolusi mengelilingi matahari, yaitu lebih kurang 365 hari. Sedangkan bagi planet-planet yang lebih dekat ke matahari, seperti Merkurius, putaran di sekeliling matahari hanya memakan waktu 88 hari saja. Sebaliknya Pluto, planet yang paling jauh dan paling lambat, menempuh putarannya dalam 250 tahun bumi.