لَا يَذُوْقُوْنَ فِيْهَا الْمَوْتَ اِلَّا الْمَوْتَةَ الْاُوْلٰىۚ وَوَقٰىهُمْ عَذَابَ الْجَحِيْمِۙ ( الدخان: ٥٦ )
Lā Yadhūqūna Fīhā Al-Mawta 'Illā Al-Mawtata Al-'Ūlaá Wa Waqāhum `Adhāba Al-Jaĥīmi. (ad-Dukhān 44:56)
Artinya:
mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya selain kematian pertama (di dunia). Allah melindungi mereka dari azab neraka, (QS. [44] Ad-Dukhan : 56)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Mereka tidak akan merasakan di dalamnya, yakni dalam surga itu, kematian selain kematian pertama sewaktu mereka di dunia. Allah melindungi mereka dari azab neraka,
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Dalam ayat ini Allah menerangkan kenikmatan lain yang dianugerahkan-Nya di dalam surga nanti, yaitu mereka tidak akan merasakan mati seperti yang mereka rasakan di dunia. Mereka akan hidup kekal di surga nanti. Hal ini berarti bahwa penghuni surga itu tetap dalam keadaan sehat wal afiat jasmani dan rohani dan mereka telah naik ke suatu martabat yang tidak dianugerahkan Allah kepada makhluk yang lain, kecuali malaikat yaitu hidup kekal penuh kebahagiaan.
Dalam hadis Rasulullah saw yang diriwayatkan Muslim digambarkan keadaan penghuni-penghuni surga itu, yaitu:
"Diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan Abu Sa'id bahwasanya Rasulullah saw bersabda, seorang penyeru menyerukan, "Sesungguhnya kamu akan selalu sehat, karena itu kamu tidak akan menderita sakit selama-lamanya; sesungguhnya kamu akan tetap hidup dan tidak akan mati selama-lamanya, dan sesungguhnya kamu akan tetap muda dan tidak akan pernah mengalami ketuaan selama-lamanya dan sesungguhnya kamu akan merasa nikmat dan tidak akan menderita selama-lamanya." (Riwayat Muslim)
Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa para penghuni surga itu terpelihara dari siksa neraka. Terpelihara dari siksa itu termasuk salah satu dari kenikmatan yang sangat berharga, karena apabila seseorang terlepas dari suatu bahaya atau melihat orang lain menderita sedangkan ia sendiri terlepas dari bahaya dan penderitaan itu, maka ia akan merasakan suatu nikmat dan merasa bahwa ia tidak pernah berbuat suatu kejahatan sehingga ia tidak mengalami penderitaan.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati di dunia. (Ad-Dukhan: 56)
Ini merupakan istisna yang menguatkan nafi, karena sesungguhnya ungkapan ini adalah istisna munqati', yang artinya ialah mereka tidak akan merasakan mati lagi di dalam surga untuk selama-lamanya. Seperti yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
maut didatangkan dalam rupa kambing gibasy yang bertanduk, lalu dihentikan di antara surga dan neraka, kemudian disembelih, dan dikatakan, "Hai ahli surga, kekallah, tiada kematian lagi. Hai ahli neraka, kekallah tiada kematian lagi.”
Dalam tafsir surat Maryam a.s, hadis ini telah dikemukakan.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan As-Sauri, dari Abu Ishaq, dari Abu Muslim Al-Agar, dari Abu Sa'id dan Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Dikatakan kepada ahli surga, "Sesungguhnya kalian akan tetap sehat dan tidak akan sakit selama-lamanya, dan sesungguhnya kalian akan tetap hidup dan tidak akan mati selama-lamanya. Dan kalian akan hidup dengan nikmat, dan tidak akan sengsara selama-lamanya. Dan kalian akan tetap muda dan tidak akan tua lagi selama-lamanya.”
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Ishaq ibnu Rahawaih dan Abd ibnu Humaid, keduanya dari Abdur Razzaq dengan sanad yang sama. Abu Ishaq dan ulama Iraq menyebut Abu Muslim Al-Agar, sedangkan ulama Madinah menyebutnya Abu Abdullah Al-Agar.
Abu Bakar ibnu Abu Daud As-Sijistani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Hafs, dari ayahnya, dari Ibrahim ibnu Tuhman, dari Al-Hajjaj (yakni Ibnu Hajjaj), dari Ubadah, dari Ubaidillah ibnu Amr, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya masuk surga. Dia hidup nikmat di dalamnya dan tidak akan sengsara, dan ia hidup kekal di dalamnya tidak akan mati, dan pakaiannya tidak akan rusak serta kemudaannya tidakakan luntur (hilang).
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Yahya, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Muhammad An-Naqid, telah menceritakan kepada kami salim ibnu Abdullah Ar-Ruqqi, telah menceritakan kepada kami Mus'ab ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Imran ibnur Rabi' Al-Kufi, dari Yahya ibnu Sa'id Al-Ansari, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir r.a. yang mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah ditanya, "Apakah ahli surga tidur?" Nabi Saw. menjawab: Tidur itu adalah saudaranya mati, maka ahli surga itu tidak tidur.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abu Bakar ibnu Murdawaih di dalam kitab tafsirnya:
bahwa telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnul Qasim ibnu Sadaqah Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Al-Miqdam ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Sufyan As-Sauri, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Tidur itu saudaranya mati, maka ahli surga tidak tidur.
Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan di dalam kitab musnadnya:
telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Ya'qub, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yusuf Al-Faryabi, dari Sufyan, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir r.a. yang mengatakan bahwa pernah ditanyakan, "Wahai Rasulullah, apakah ahli surga itu tidur?" Rasulullah Saw. menjawab: Tidak, tidur itu adalah saudaranya mati.
Kemudian Al-Bazzar mengatakan bahwa kami tidak mengetahui ada seseorang yang meng-isnad-kan hadis ini dari Ibnul Munkadir, dari Jabir r.a. selain As-Sauri, dan tiada pula yang dari As-Sauri selain Al-Faryabi. Demikianlah menurutnya, dan mengenai perselisihan dalam hal ini telah disebutkan sebelumnya; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka. (Ad-Dukhan: 56)
Yakni selain mendapatkan nikmat yang besar lagi kekal ini, mereka dipelihara dari azab yang pedih, yaitu azab neraka Jahim dan Allah menyelamatkan mereka serta menjauhkan mereka dari azab itu. Dengan demikian, berarti mereka memperoleh yang diinginkan dan diselamatkan dari yang ditakutkan.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya kecuali mati yang pertama) yaitu kematian sewaktu di dunia. Sebagian ahli tafsir ada yang mengatakan bahwa lafal Illaa di sini bermakna Ba'da, yakni sesudah. (Dan Allah memelihara mereka dari azab neraka.)
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Di sana mereka tidak lagi merasakan mati setelah kematian di dunia ketika ajal mereka datang. Mereka dipelihara Tuhan dari siksa neraka.