Al-Ma'idah Ayat 120
لِلّٰهِ مُلْكُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَمَا فِيْهِنَّ ۗوَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ࣖ ( المائدة: ١٢٠ )
Lillāhi Mulku As-Samāwāti Wa Al-'Arđi Wa Mā Fīhinna Wa Huwa `Alaá Kulli Shay'in Qadīrun (al-Māʾidah 5:120)
Artinya:
Milik Allah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. (QS. [5] Al-Ma'idah : 120)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Allah kembali menegaskan tentang kekuasaan dan kepemilikan-Nya yang serba mencakup dan menyeluruh. Milik Allah, Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, kerajaan langit dan bumi, dengan kehendak dan kekuasaan mutlak tiada batas; dan milik Allah juga apa yang ada di dalamnya, manusia, jin, setan, dan malaikat; dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, dengan kekuasaan yang adil dan bijaksana.
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Surah ini diakhiri dengan pernyataan, bahwa segala kerajaan langit dan bumi beserta isinya hanyalah kepunyaan Allah. Baik makhluk yang berakal maupun yang tidak berakal; benda-benda mati ataupun makhluk bernyawa, semuanya tunduk dan takluk di bawah kudrat dan iradat-Nya. Ayat ini memperingatkan orang-orang Nasrani atas kesalahan cara berpikir mereka mengenai Isa dan ibunya, yang dianggap tuhan, padahal keduanya adalah hamba Allah dan milik-Nya. Keduanya bukan sekutu Allah, ataupun tandingan-Nya. Oleh karena itu, doa dan ibadah tidak selayaknya ditujukan kepada keduanya. Hanya Allah yang berhak disembah, karena Dialah pemilik dan penguasa alam ini beserta segala isinya.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu.
Yakni Dialah Yang menciptakan segala sesuatu, Yang memilikinya, Yang mengatur semua yang ada padanya, Yang berkuasa atasnya, semuanya adalah milik Allah dan di bawah perintah, kekuasaan, dan kehendak-Nya. Maka tiada yang menyaingi-Nya, tiada pembantu, tiada tandingan, tiada yang memperanakkan-Nya, tidak beranak, tidak beristri, tiada tuhan selain Dia, tiada pula Rabb selain Dia.
Ibnu Wahb mengatakan, ia pernah mendengar Huyay ibnu Abdullah menceritakan dari Abu Abdur Rahman Al-Habli, dari Abdullah ibnu Umar yang mengatakan bahwa surat Al-Maidah ini merupakan surat yang paling akhir diturunkan.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi) tempat-tempat penyimpanan hujan, semua tumbuhan, semua rezeki dan lain-lainnya (dan apa yang ada di dalamnya) dipergunakan kata maa, karena kebanyakan makhluk Allah itu terdiri dari yang tidak berakal (dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) di antara kekuasaan-Nya itu ialah memberi pahala kepada orang yang berbuat benar, dan menyiksa orang yang berbuat dusta.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi dan apa-apa yang ada di dalamnya. Dialah satu-satunya yang patut disembah. Dia memiliki kekuasaan yang sempurna untuk mewujudkan segala kehendak-Nya.
6 Tafsir as-Saadi
"Dan (ingatlah), ketika Aku ilhamkan kepada pengikut Isa yang setia, 'Berimanlah kamu kepadaKu dan kepada rasulKu.' Mereka menjawab, 'Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu).' (Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa ber-kata, 'Hai Isa putra Maryam, bersediakah Rabbmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami.' Isa menjawab, 'Bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang yang beriman.' Mereka berkata, 'Kami ingin memakan hidangan itu dan supaya tenteram hati kami dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami, dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu.' Isa putra Maryam berdoa, 'Ya Rabb kami, turunkan-lah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaanMu; berilah kami rizki, dan Engkau-lah Pemberi rizki Yang Paling Utama.' Allah berfirman, 'Sesung-guhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barang-siapa yang kafir di antaramu sesudah (turunnya hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia.' Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, 'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang sembahan selain Allah.' Isa menjawab, 'Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada DiriMu. Sesung-guhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu, 'Sembahlah Allah, Rabbku dan Rabbmu,' dan aku menjadi saksi terhadap mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hambaMu, dan jika Engkau mengampuni mereka, sesungguhnya Engkau-lah Yang Mahaperkasa lagi Maha-bijaksana.' Allah berfirman, 'Ini adalah suatu hari yang berman-faat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun ridha terhadapnya. Itulah keberuntungan yang paling besar. Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu'." (Al-Ma`idah: 111-120).
(111-120) Maksudnya, ingatlah nikmatKu kepadamu ma-nakala Aku mudahkan untukmu mendapatkan pengikut-pengikut dan penolong-penolong, maka Aku ilhamkan kepada Hawariyyin (pembela dan pengikut setia), dan Aku bisikkan iman kepadaKu dan RasulKu ke dalam hati mereka, dan Aku ilhamkan melalui lisanmu yakni Aku memerintahkan kepada mereka melalui wahyu yang datang kepadamu dari Allah, maka mereka menjawab dan meresponnya dengan baik, mereka berkata, ﴾ ءَامَنَّا وَٱشۡهَدۡ بِأَنَّنَا مُسۡلِمُونَ ﴿ "Kami telah beriman dan saksikanlah (wahai rasul) bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang patuh (kepada seruanmu)." Mereka meng-gabungkan antara Islam yang zahir yang didasari ketundukan dengan amal yang disadari dengan iman batin yang mengeluarkan pemiliknya dari kemunafikan dan iman yang lemah. Para hawa-riyyin (pembela dan pengikut setia) itu adalah orang-orang yang menolong, seperti kata Isa kepada mereka,
﴾ مَنۡ أَنصَارِيٓ إِلَى ٱللَّهِۖ قَالَ ٱلۡحَوَارِيُّونَ نَحۡنُ أَنصَارُ ٱللَّهِۖ ﴿
"Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk mene-gakkan agama) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia berkata, "Kamilah penolong-penolong agama Allah." (Ash-Shaff: 14).
﴾ إِذۡ قَالَ ٱلۡحَوَارِيُّونَ يَٰعِيسَى ٱبۡنَ مَرۡيَمَ هَلۡ يَسۡتَطِيعُ رَبُّكَ أَن يُنَزِّلَ عَلَيۡنَا مَآئِدَةٗ مِّنَ ٱلسَّمَآءِۖ ﴿ "(Ingatlah), ketika pengikut-pengikut Isa berkata, 'Hai Isa putra Maryam, bersediakah Tuhanmu menurunkan hidangan dari langit kepada kami?'" Maksudnya, meja makan dengan makanan. Ini bukan karena keraguan dari mereka terhadap kuasa Allah dan kemampuanNya untuk itu, akan tetapi ia hanyalah usulan yang sopan dari mereka. Karena permintaan terhadap tanda-tanda kekuasaan Allah berten-tangan dengan ketundukan kepada kebenaran, dan ucapan yang keluar dari para hawariyyin bisa jadi mengarah ke sana. Maka Isa menasihati mereka dan berkata, ﴾ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ﴿ "Bertakwalah kepada Allah jika betul-betul kamu orang yang beriman." Karena seorang Mukmin akan terbawa oleh imannya untuk selalu bertakwa, tunduk kepada perintah Allah dan tidak menuntut turunnya tanda-tanda kekuasaan Allah yang tidak diketahui apa yang terjadi sesudah itu.
Hawariyyin menjelaskan bahwa bukan itu maksud mereka, akan tetapi maksud mereka adalah baik yaitu karena kebutuhan, mereka berkata, ﴾ نُرِيدُ أَن نَّأۡكُلَ مِنۡهَا ﴿ "Kami ingin memakan hidangan itu." Ini adalah bukti bahwa mereka memerlukannya, ﴾ وَتَطۡمَئِنَّ قُلُوبُنَا ﴿ "dan supaya tenteram hati kami" dengan iman ketika kami melihat tanda-tanda kekuasaan Allah dengan mata kepala kami sehingga iman kami menjadi ain al-yaqin (setelah sebelumnya adalah ilmu al-yaqin) seperti Ibrahim kekasih Allah yang meminta kepada Allah untuk ditunjukkan bagaimana menghidupkan orang mati. Allah berfirman,
﴾ قَالَ أَوَلَمۡ تُؤۡمِنۖ قَالَ بَلَىٰ وَلَٰكِن لِّيَطۡمَئِنَّ قَلۡبِيۖ ﴿
"Belum yakinkah kamu?" Ibrahim menjawab, "Aku telah meyakini-nya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap dengan imanku." (Al-Baqarah: 260).
Seorang hamba memerlukan tambahan ilmu, keyakinan, dan iman setiap saat. Oleh karena itu Allah berfirman, ﴾ وَنَعۡلَمَ أَن قَدۡ صَدَقۡتَنَا ﴿ "Dan supaya kami yakin bahwa kamu telah berkata benar kepada kami," yakni, kami mengetahui kebenaran apa yang kamu bawa, bahwa ia adalah benar. ﴾ وَنَكُونَ عَلَيۡهَا مِنَ ٱلشَّٰهِدِينَ ﴿ "Dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu." Yakni, ia membawa kebaikan bagi orang yang datang sesudah kami. Kami menjadi saksi dalam hal ini, maka hujjah pun tegak dan bukti semakin bertambah kuat dengan itu.
Manakala Isa mendengar itu dan mengetahui maksud mereka, dia mengabulkan permintaan mereka, dia berdoa,﴾ ٱللَّهُمَّ رَبَّنَآ أَنزِلۡ عَلَيۡنَا مَآئِدَةٗ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ تَكُونُ لَنَا عِيدٗا لِّأَوَّلِنَا وَءَاخِرِنَا وَءَايَةٗ مِّنكَۖ ﴿ "Ya Tuhan kami, turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu bagi orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan-Mu." Maksudnya, hari turunnya dijadikan sebagai hari raya dan musim untuk memperingati tanda besar dari kekuasaan Allah itu, ia akan selalu diingat dan tidak dilupakan selama waktu dan tahun terus berganti, sebagaimana Allah menjadikan hari raya dan mana-sik kaum Muslimin sebagai momen untuk mengingat kebesaran-Nya dan mengingatkan jalan para Rasul dan sunnah mereka yang lurus, karunia dan kebaikanNya untuk mereka. ﴾ وَٱرۡزُقۡنَا وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلرَّٰزِقِينَ ﴿ "Berilah kami rizki, dan Engkau-lah Pemberi rizki yang paling utama." Yakni jadikan ia sebagai rizki kami. Isa memohon agar hidangan tersebut diturunkan untuk dua kemaslahatan: Pertama, kemasla-hatan agama, yaitu sebagai tanda kekuasaan Allah yang kekal, dan kedua, kemaslahatan dunia sebagai rizki.
﴾ قَالَ ٱللَّهُ إِنِّي مُنَزِّلُهَا عَلَيۡكُمۡۖ فَمَن يَكۡفُرۡ بَعۡدُ مِنكُمۡ فَإِنِّيٓ أُعَذِّبُهُۥ عَذَابٗا لَّآ أُعَذِّبُهُۥٓ أَحَدٗا مِّنَ ٱلۡعَٰلَمِينَ ﴿ "Allah berfirman, 'Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turunnya hi-dangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorang pun di antara umat manusia'." Karena dia menyaksikan tanda kekuasaan Allah yang mengagumkan dan dia kafir karena kesombongan dan penging-karan, maka dia berhak mendapatkan siksa yang pedih dan hu-kuman yang berat.
Ketahuilah bahwa Allah berjanji hendak menurunkannya, Dia mengancam mereka dengan ancaman itu jika mereka meng-ingkarinya, tetapi Dia tidak menyatakan menurunkannya. Ada kemungkinan, karena mereka tidak memilih ini. Ini ditunjukkan bahwa ia tidak disebutkan di dalam Injil yang ada di tangan orang-orang Nasrani dan sama sekali tidak ada indikasi (bahwa itu ter-jadi). Kemungkinan lain ia telah diturunkan seperti yang dijanjikan oleh Allah, karena Dia tidak menyelisihi janji, tetapi masalah ini tidak disinggung dalam Injil, karena ia termasuk bagian di mana mereka diingatkan dengannya tetapi mereka melupakannya. Atau memang ia tidak disebut di dalam Injil sama sekali, karena ia telah diwarisi dari generasi ke generasi. Generasi berikut mengambil dari generasi sebelumnya, maka Allah merasa itu cukup tanpa harus disinggung dalam Injil, dan makna ini didukung oleh FirmanNya, ﴾ وَنَكُونَ عَلَيۡهَا مِنَ ٱلشَّٰهِدِينَ ﴿ "Dan kami menjadi orang-orang yang menyaksikan hidangan itu." Dan Allah lebih mengetahui kenyataan yang sebe-narnya.
﴾ وَإِذۡ قَالَ ٱللَّهُ يَٰعِيسَى ٱبۡنَ مَرۡيَمَ ءَأَنتَ قُلۡتَ لِلنَّاسِ ٱتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيۡنِ مِن دُونِ ٱللَّهِۖ ﴿ "Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, 'Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?'" Ini adalah celaan kepada orang-orang Nasrani yang berkata, "Sesungguhnya Allah adalah satu dari tiga." Maka Allah berfirman kepada Isa. Isa sendiri berlepas diri dari ucapan tersebut, dia berkata, ﴾ سُبۡحَٰنَكَ ﴿ "Mahasuci Engkau" dari ucapan buruk ini dan dari segala yang tidak layak untukMu. ﴾ مَا يَكُونُ لِيٓ أَنۡ أَقُولَ مَا لَيۡسَ لِي بِحَقٍّۚ ﴿ "Tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakan-nya)." Yakni tidak layak dan tidak patut bagiku mengatakan sesuatu yang bukan sifat dan hakku, karena tiada satu makhluk pun dari para malaikat yang dekat kepada Allah, para nabi yang diutus, dan tidak pula selain mereka yang berhak menduduki derajat ketu-hanan. Semuanya hanya para hamba yang diatur, makhluk yang tunduk, dan fakir lagi tak berdaya.
﴾ إِن كُنتُ قُلۡتُهُۥ فَقَدۡ عَلِمۡتَهُۥۚ تَعۡلَمُ مَا فِي نَفۡسِي وَلَآ أَعۡلَمُ مَا فِي نَفۡسِكَۚ ﴿ "Jika aku pernah me-ngatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau me-ngetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada DiriMu." Karena Engkau lebih mengetahui apa yang keluar dariku, Engkau Maha Mengetahui yang ghaib. Ini termasuk kesem-purnaan adab al-Masih dalam berdialog dengan Rabbnya, di mana dia tidak menjawab, "Aku tidak mengatakan apa pun." Tetapi dia hanya menyampaikan ucapan yang menafikan dari dirinya bahwa dia mengucapkan ucapan-ucapan tersebut yang bertentangan de-ngan kedudukannya yang mulia. Dan bahwa ini termasuk perkara yang mustahil, dan dia menyucikan Allah dari itu dengan sempurna dan mengembalikan ilmunya kepada Dzat yang mengetahui yang ghaib dan yang nampak.
Kemudian dia secara jelas menyebutkan apa yang dia perin-tahkan kepada Bani Israil, ﴾ مَا قُلۡتُ لَهُمۡ إِلَّا مَآ أَمَرۡتَنِي بِهِۦٓ ﴿ "Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya," aku hanyalah hamba yang mengikuti dan aku tidak lancang terhadap kebesaranMu, ﴾ أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمۡۚ ﴿ "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu." Yakni aku tidak memerintahkan me-reka kecuali dengan ibadah kepada Allah semata dan mengikhlas-kan agama untukNya yang mengandung larangan untuk mengang-kat diriku dan ibuku dua tuhan selain Allah dan penjelasan bahwa aku hanyalah seorang hamba, sebagaimana Allah adalah Rabbmu, Dia juga Rabbku.
﴾ وَكُنتُ عَلَيۡهِمۡ شَهِيدٗا مَّا دُمۡتُ فِيهِمۡۖ ﴿ "Dan aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka." Aku menjadi saksi atas orang yang menunaikan perkara ini dan yang tidak menunaikan.﴾ فَلَمَّا تَوَفَّيۡتَنِي كُنتَ أَنتَ ٱلرَّقِيبَ عَلَيۡهِمۡۚ ﴿ "Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka." Yang mengetahui rahasia-rahasia dan apa yang mereka sembunyikan.
﴾ وَأَنتَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ شَهِيدٌ ﴿ "Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu," dengan ilmu, pendengaran, dan penglihatan. IlmuMu meliputi segala sesuatu yang diketahui, pendengaranMu meliputi segala sesuatu yang didengar dan penglihatanMu meliputi segala sesuatu yang dilihat. Engkau membalas para hamba dengan ke-baikan dan keburukan yang Engkau ketahui pada mereka.
﴾ إِن تُعَذِّبۡهُمۡ فَإِنَّهُمۡ عِبَادُكَۖ ﴿ "Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesung-guhnya mereka adalah hamba-hambaMu," Engkau lebih menyayangi mereka daripada diri mereka sendiri dan Engkau lebih mengetahui keadaan mereka. Kalau mereka bukan hamba-hamba yang bengal niscaya Engkau tidak menyiksa mereka. ﴾ وَإِن تَغۡفِرۡ لَهُمۡ فَإِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ ﴿ "Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." Maksudnya, ampunanMu keluar dari kebijaksanaan dan kuasa yang sempurna, tidak seperti orang yang memaafkan dan mengampuni karena kelemahan dan ketidakmampuan. ﴾ ٱلۡحَكِيمُ ﴿ "Mahabijaksana," di mana di antara kebi-jaksanaanNya adalah mengampuni orang yang melakukan sebab-sebab ampunan.
﴾ قَالَ ٱللَّهُ ﴿ "Allah berfirman," menjelaskan keadaan hamba-hamba-Nya pada Hari Kiamat, siapa yang lulus dan siapa yang celaka, siapa yang berbahagia dan siapa yang sengsara,﴾ هَٰذَا يَوۡمُ يَنفَعُ ٱلصَّٰدِقِينَ صِدۡقُهُمۡۚ ﴿ "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka." Orang-orang yang benar adalah orang-orang yang lurus amal dan perkataannya. Niatnya di atas jalan yang lurus dan petunjuk yang benar. Di Hari Kiamat mereka men-dapatkan buah kebenaran ini jika Allah mendudukkan mereka di kursi kejujuran di sisi Maharaja Yang Maha Berkuasa. Oleh karena itu Allah berfirman, ﴾ لَهُمۡ جَنَّٰتٞ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدٗاۖ رَّضِيَ ٱللَّهُ عَنۡهُمۡ وَرَضُواْ عَنۡهُۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ﴿ "Bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha terhadapNya. Itulah keberuntungan yang paling besar."
Sementara itu orang-orang yang dusta adalah sebaliknya, mereka akan memikul mudarat kedustaan, kebohongan, dan buah amal mereka yang rusak.
﴾ لِلَّهِ مُلۡكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ ﴿ "Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi." Karena Dia-lah Penciptanya, yang mengatur dengan hukum takdirNya, hukum syar'iNya, dan hukum pembalasanNya. Oleh karena itu Dia berfirman, ﴾ وَهُوَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرُۢ ﴿ "Dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu." Tidak ada sesuatu pun yang melemahkanNya, justru segala sesuatu tunduk kepada kehendakNya dan patuh kepada perintahNya.
Dengan karunia dan kebaikan dari Allah, selesailah Tafsir Surat al-Ma`idah.
Alhamdulillahi Rabbil alamin.