Al-Hasyr Ayat 17
فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَآ اَنَّهُمَا فِى النَّارِ خَالِدَيْنِ فِيْهَاۗ وَذٰلِكَ جَزٰۤؤُا الظّٰلِمِيْنَ ࣖ ( الحشر: ١٧ )
Fakāna `Āqibatahumā 'Annahumā Fī An-Nāri Khālidayni Fīhā Wa Dhalika Jazā'u Až-Žālimīna. (al-Ḥašr 59:17)
Artinya:
Maka kesudahan bagi keduanya, bahwa keduanya masuk ke dalam neraka, kekal di dalamnya. Demikianlah balasan bagi orang-orang zalim. (QS. [59] Al-Hasyr : 17)
1 Tafsir Ringkas Kemenag
Maka kesudahan bagi keduanya, baik yang menggoda maupun yang digoda, bahwa keduanya masuk ke dalam neraka, karena perbuatan mereka sendiri. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya tanpa ada peluang keluar dari neraka. Demikianlah balasan Allah di akhirat bagi orang-orang zalim, yaitu orang-orang yang menganiaya diri sendiri dengan memilih menjadi manusia yang kafir, bukan manusia yang beriman.18. Salah satu sifat orang munafik adalah menyatakan beriman kepada Allah dan Rasul-Nya secara lisan, padahal mereka bukan orang beriman (Lihat: Surah al-Baqarah/2:10) sehingga nasib mereka di akhirat kekal di dalam neraka. Pada ayat ini Allah mengingatkan orang beriman agar benar-benar bertakwa kepada Allah dan memperhatikan hari esok, akhirat. Wahai orang-orang yang beriman! Kapan dan di mana saja kamu berada bertakwalah kepada Allah dengan sungguh-sungguh melakukan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya; dan hendaklah setiap orang siapa pun dia memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, yakni untuk hidup sesudah mati, di akhirat dengan berbuat kebaikan atas dasar iman, ditopang dengan ilmu dan hati yang ikhlas semata-mata mengharap rida Allah, sebab hidup di dunia ini sementara, sedangkan hidup di akhirat itu abadi; dan bertakwalah kepada Allah dengan menjaga hubungan baik dengan Allah, manusia dan alam. Sungguh, Allah Mahateliti sekecil apa pun juga terhadap apa yang kamu kerjakan sehingga semua yang kamu lakukan berada dalam pengetahuan Allah (Lihat: Surah Qàf/50: 18).
2 Tafsir Lengkap Kemenag
Pada ayat ini diterangkan akibat yang akan dialami oleh orang-orang munafik dan orang-orang Yahudi Bani Nadhir yang telah diperdaya setan. Kedua golongan ini akan dimasukkan ke dalam neraka bersama setan yang menjadi teman mereka. Mereka kekal di dalam neraka. Itulah balasan yang setimpal dengan perbuatan-perbuatan mereka.
3 Tafsir Ibnu Katsir
Firman Allah Swt.:
Maka adalah kesudahan keduanya, bahwa sesungguhnya keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. (Al-Hasyr: 17)
Yakni akibat perkara dari yang memerintahkan kepada kekafiran dan yang melakukannya serta tempat kembali keduanya adalah neraka Jahanam, keduanya kekal di dalamnya.
Demikianlah balasan orang-orang yang zalim. (Al-Hasyr: 17)
Yaitu balasan yang diterima oleh tiap-tiap orang yang zalim.
4 Tafsir Al-Jalalain
(Maka adalah sesudah keduanya) yakni orang yang sesat dan orang yang disesatkan. Menurut suatu qiraat lafal 'aaqibatahumaa dibaca 'aaqibatuhumaa dengan memakai harakat damah di atas huruf ta, hal ini berarti sebagai isim dari lafal kaana (bahwa sesungguhnya keduanya masuk ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang lalim) orang-orang yang kafir.
5 Tafsir Quraish Shihab (Al-Misbah)
Tempat kembali setan dan orang yang digoda adalah neraka. Mereka berdua akan kekal di dalamnya. Hidup kekal di dalam neraka itu adalah balasan orang-orang yang melanggar jalan kebenaran.
6 Tafsir as-Saadi
"Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi; dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. Dia-lah yang mengeluarkan orang-orang kafir di antara ahli kitab dari kampung-kampung mereka pada saat pengusiran kali yang pertama. Kamu tiada menyangka, bahwa mereka akan keluar dan mereka pun yakin, bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan mereka dari (siksaan) Allah; maka Allah men-datangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka. Dan Allah mencampakkan ketakutan ke dalam hati mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang beriman. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan. Dan jikalau tidak-lah karena Allah telah menetapkan pengusiran terhadap mereka, benar-benar Allah akan mengazab mereka di dunia. Dan bagi mereka di akhirat azab neraka. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan RasulNya. Barang-siapa menentang Allah, maka sesungguhnya Allah sangat keras hukumanNya. Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik. Dan apa saja harta rampasan (fai`) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) mereka, maka untuk menda-patkan itu kamu tidak mengerahkan seekor kuda pun dan (tidak pula) seekor unta pun, tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada RasulNya terhadap siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Apa saja harta rampasan (fai`) yang diberikan Allah kepada RasulNya yang berasal dari penduduk kota-kota, maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah ia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukumanNya. (Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan(Nya) dan mereka menolong Allah dan RasulNya, me-reka itulah orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada me-reka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlu-kan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, 'Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyanyang.' Apakah kamu tiada memperhatikan orang-orang yang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab, 'Sesungguhnya jika kamu diusir, niscaya kami pun akan keluar bersama kamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh ke-pada siapa pun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu dipe-rangi, pasti kami akan membantu kamu.' Dan Allah menyaksikan, bahwa sesungguhnya mereka benar-benar pendusta. Sesungguhnya jika mereka diusir, orang-orang munafik itu tiada akan keluar bersama mereka, dan sungguh jika mereka diperangi, niscaya me-reka tiada akan menolongnya, sungguh jika mereka menolongnya, niscaya mereka akan berpaling lari ke belakang, kemudian mereka tiada akan mendapat pertolongan. Sesungguhnya kamu dalam hati mereka lebih ditakuti daripada Allah. Yang demikian itu ka-rena mereka adalah kaum yang tiada mengerti. Mereka tiada akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Per-musuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah. Yang de-mikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti. (Mereka adalah) seperti orang-orang Yahudi yang belum lama sebelum mereka telah merasai akibat buruk dari perbuatan mereka dan bagi mereka azab yang pedih. (Bujukan orang-orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) setan ketika mereka berkata pada manusia, 'Kafirlah kamu,' maka tatkala manusia itu telah kafir, ia berkata, 'Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, ka-rena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam.' Maka kesudahan keduanya, bahwa keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalamnya. Demikianlah balasan orang-orang yang zhalim." (Al-Hasyr: 1-17).
Madaniyah
"Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang."
Surat ini dinamakan juga Surat Bani Nadhir. Mereka adalah sekelompok besar dari Yahudi yang bermukim di pinggiran kota Madinah pada saat Nabi a diutus. Ketika Nabi a diutus dan ber-hijrah ke Madinah, mereka kafir terhadap beliau seperti kufurnya sebagian besar kalangan Yahudi. Tujuh bulan seusai perang Badar, Rasulullah a mendatangi dan berbicara dengan mereka supaya mereka mau membantu menanggung denda pembunuhan orang-orang Kilabi yang dibunuh oleh Amr bin Umaiyah adh-Dhamri, mereka berkata, "Kami akan melakukannya wahai Abu Qasim! Silahkan duduk di sini, biar kami bisa memenuhi keperluanmu." Kemudian mereka menepi satu sama lain (saling berbisik-bisik) dan setan pun membisikkan kesengsaraan yang telah ditakdirkan atas mereka. Mereka berencana membunuh Rasulullah a. Mereka berkata, "Siapa yang mau mengambil alat penggiling gandum ini dan dibawa naik ke atas lalu ditimpakan di atas kepala Muhammad hingga pecah?" Amr bin Jahhasy, orang yang paling celaka di an-tara mereka, berkata, "Aku." Sallan bin Misykam berkata padanya, "Jangan kau lakukan, demi Allah, niat kalian ini akan diberitahu-kan padanya dan hal ini bisa membatalkan perjanjian antara kita dengannya."
Wahyu langsung datang kepada Rasulullah a dari Rabbnya memberitahukan niat jahat yang akan dilakukan pada beliau, ke-mudian Rasulullah a langsung pergi menuju Madinah dan ber-temu dengan para sahabat. Para sahabat berkata, "Anda pergi tapi kami tidak mengetahui kepergian Anda." Rasulullah a kemudian memberitahukan niat buruk kaum Yahudi yang akan dilakukan pada beliau. Rasulullah a kemudian mengirim para sahabat untuk mengusir kaum Yahudi dari Madinah seraya bersabda, "Jangan biarkan mereka menempati Madinah bersamaku, mereka telah kuberi tempo selama sepuluh bulan, siapa pun yang aku temui setelah (pengusiran) ini, akan aku tebas lehernya." Para sahabat pun melakukan persiapan penyerangan selama berhari-hari. Si munafik Abdullah bin Ubai bin Salul mengirim utusan untuk menemui orang-orang Yahudi seraya menyampaikan, "Jangan tinggalkan Madinah, karena aku memiliki pasukan sejumlah dua ribu orang yang akan membela kalian dan rela mati demi kalian. Bani Qurai-dhah dan sekutu kalian dari kalangan Ghathafan akan menolong kalian." Pemimpin mereka, Huyay bin Akhtab amat mengingin-kan pesan yang disampaikan padanya, selanjutnya mendatangi Rasulullah a seraya berkata, "Sesungguhnya kami tidak akan keluar dari tempat kami, silahkan kamu berbuat apa saja semau kamu." Rasulullah a pun bertakbir yang kemudian diikuti oleh para sahabat. Mereka pun pergi mendatangi kaum Yahudi, Ali bin Abi Thalib yang membawa bendera. Mereka berdiri di dekat ben-teng mereka dengan melempari tombak dan batu. Bani Quraidhah pun meninggalkan kaum Yahudi dan Abdullah bin Ubai serta sekutunya dari kalangan Ghathafan juga berkhianat. Rasulullah a lalu mengepung mereka dan menebang serta membakar pohon-pohon kurma mereka. Kaum Yahudi kemudian mengirim utusan menyampaikan pesan, "Kami akan keluar meninggalkan Madinah." Maka beliau memutuskan agar mereka keluar darinya dengan hanya membawa diri mereka, anak-anak mereka, dan apa yang mampu dibawa oleh unta-unta mereka, kecuali senjata. Dan Rasulullah a menahan harta dan senjata mereka yang tersisa.
Harta fai` dari Bani Nadhir murni untuk Rasulullah a, para petugas yang beliau tetapkan, dan kepentingan-kepentingan kaum Muslimin. Rasulullah a tidak membagikan harta rampasan Bani Nadhir, karena Allah سبحانه وتعالى telah memberikan harta rampasan perang Bani Nadhir kepada Rasulullah a dan kaum Muslimin tanpa menyerang Bani Nadhir dengan kuda maupun tunggangan lain. Mereka diusir ke Khaibar dan di kalangan mereka terdapat Huyay bin Akhtab pemimpin mereka. Beliau kemudian menguasai tanah dan kawasan mereka. Rasulullah a menahan persenjataan mereka. Jumlah senjata yang didapatkan sejumlah lima puluh baju besi, lima puluh topi besi dan tiga ratus empat puluh pedang. Inilah ringkasan kisahnya sebagaimana yang disebutkan oleh ahli sejarah.[114]
(1) Allah سبحانه وتعالى memulai surat ini dengan mengabarkan bahwa semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih memuji Rabbnya dan memahasucikanNya dari segala sesuatu yang tidak layak bagi keluhuranNya. Semua yang ada di langit dan di bumi menyembah dan tunduk pada keagunganNya, karena Dia Mahaperkasa yang memaksa segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun yang bisa meng-halangiNya. Semua makhluk yang sulit tunduk tidak ada yang bisa durhaka padaNya. Mahabijaksana dalam ciptaan serta urusanNya. Tidak menciptakan sesuatu pun dengan sia-sia. Tidak mensyariat-kan sesuatu pun yang tidak ada maslahatnya dan tidak melakukan apa pun kecuali berdasarkan hikmahNya.
(2) Dan di antaranya adalah pertolongan Allah سبحانه وتعالى bagi Ra-sulNya a terhadap orang-orang kafir dari Ahli Kitab Bani Nadhir ketika mereka ingkar janji terhadap Rasulullah a, maka Allah سبحانه وتعالى mengusir mereka dari tempat tinggal dan tanah air yang mereka cintai.
Dan pengusiran ini adalah awal pengusiran dan eksodus yang telah Allah سبحانه وتعالى tetapkan melalui tangan RasulNya, Muhammad a, sehingga mereka pun pergi ke Khaibar. Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa akan ada pengusiran lain bagi mereka selain pengusiran tersebut, dan sungguh telah terjadi ketika Nabi a mengusir mereka dari Khaibar, kemudian Umar رضي الله عنه juga mengusir yang tersisa dari mereka darinya.
﴾ مَا ظَنَنتُمۡ ﴿ "Kamu tiada menyangka" wahai kaum Muslimin, ﴾ أَن يَخۡرُجُواْۖ ﴿ "bahwa mereka akan keluar" dari kampung-kampung mereka, karena (adanya) benteng-benteng, pertahanan, dan kekuatan (yang mengitari mereka), ﴾ وَظَنُّوٓاْ أَنَّهُم مَّانِعَتُهُمۡ حُصُونُهُم مِّنَ ٱللَّهِ ﴿ "dan mereka pun yakin, bahwa benteng-benteng mereka akan dapat mempertahankan me-reka dari (siksaan) Allah," mereka merasa kagum sehingga menipu daya mereka, dan mereka beranggapan bahwa mereka tidak akan terjangkau serta tidak ada seorang pun yang dapat merobohkan pertahanan mereka.
Namun takdir Allah سبحانه وتعالى ada di balik semua itu, benteng-ben-teng itu tidak berguna, dan kekuatan serta pertahanan mereka pun tidak bermanfaat sama sekali. Oleh karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ فَأَتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِنۡ حَيۡثُ لَمۡ يَحۡتَسِبُواْۖ ﴿ "Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka," maksudnya, dari perkara dan pintu yang tidak pernah sama sekali terbetik dalam benak mereka, di mana Allah سبحانه وتعالى ﴾ وَقَذَفَ فِي قُلُوبِهِمُ ٱلرُّعۡبَۚ ﴿ "men-campakkan ketakutan ke dalam hati mereka," yaitu ketakutan yang sangat, yang merupakan tentara Allah paling besar yang tidak dapat dikalahkan oleh banyaknya jumlah pasukan, perlengkapan perang, kekuatan maupun keperkasaan. Perkara yang mereka sangkakan, dan yang mereka yakini bahwasanya serangan akan menimpa mereka, jika memang dapat masuk, adalah melalui ben-teng-benteng yang mereka bertahan dengannya dan itulah yang mulanya membuat mereka tenang.
Namun barangsiapa yang percaya kepada selain Allah, niscaya dia akan ditelantarkan, dan barangsiapa yang bersandar kepada selain Allah, maka bencanalah yang akan dia dapatkan. Datanglah kepada mereka perkara dari langit yang turun merasuki hati mereka yang merupakan tempat keteguhan dan kesabaran, atau sebaliknya tempat ketakutan dan kelemahan. Maka Allah سبحانه وتعالى menghilangkan kekuatan dan keperkasaannya, serta menaruhkan kelemahan dan ketakutan yang tidak ada kemampuan sedikitpun bagi mereka untuk menolaknya yang akan menjadi penolong bagi mereka. Oleh karena itu Dia سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ يُخۡرِبُونَ بُيُوتَهُم بِأَيۡدِيهِمۡ وَأَيۡدِي ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ﴿ "Mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang yang beriman." Yang demikian itu karena mereka telah bersepakat dengan Nabi a bahwa mereka di-bolehkan membawa barang-barang yang dapat dibawa oleh unta mereka, maka mereka mencabut bagian-bagian dari bangunan-bangunan rumah yang mereka anggap bagus, sehingga mereka menguasakan orang-orang yang beriman untuk merobohkan ru-mah-rumah mereka dan menghancurkan benteng-benteng mereka disebabkan kelaliman mereka sendiri.(Jadi) mereka sendirilah yang berbuat kesalahan atas diri mereka dan menjadi faktor terbesar untuk menghancurkan mereka. ﴾ فَٱعۡتَبِرُواْ يَٰٓأُوْلِي ٱلۡأَبۡصَٰرِ ﴿ "Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pela-jaran, hai orang-orang yang mempunyai pandangan," yakni, pandangan yang cerdas dan akal yang sempurna, karena sesungguhnya dalam hal ini terdapat pelajaran yang dengannya dapat diketahui per-buatan Allah سبحانه وتعالى kepada orang-orang yang menentang kebenaran lagi mengikuti hawa nafsu, yaitu orang-orang yang keperkasaan, kekuatan, benteng-benteng mereka, pertahanan maupun perlin-dungan kepada mereka, tidak dapat memberikan manfaat, tatkala datang perkara Allah سبحانه وتعالى, sampailah kepada mereka siksaan yang disebabkan oleh dosa-dosa mereka sendiri. Dan yang dijadikan sebagai sandaran adalah keumuman makna, bukan kekhususan sebab, sesungguhnya ayat ini menunjukkan adanya perintah un-tuk mengambil pelajaran, yaitu pelajaran bagi orang yang memiliki pandangan dengan pandangannya, mengqiyaskan sesuatu dengan sesuatu yang menyerupainya dan memikirkan apa yang terkan-dung dalam hukum-hukum berupa makna-makna dan hikmah yang merupakan tempat akal dan pikiran. Dengan demikian akal dapat sempurna, pandangan bercahaya, iman bertambah, dan tercapailah pemahaman yang hakiki.
(3) Kemudian Allah تعالى mengabarkan kepada kita bahwa-sanya orang-orang Yahudi tidak mendapatkan semua hukuman yang menjadi hak mereka, dan bahwasanya Allah سبحانه وتعالى telah meri-ngankannya atas mereka. Kalaulah bukan karena Allah سبحانه وتعالى telah menetapkan pengusiran yang mereka alami dan merupakan keten-tuan Allah سبحانه وتعالى yang tidak mungkin dirubah, niscaya mereka akan mendapatkan azab dan siksaan dunia yang lain. Akan tetapi, mes-kipun mereka luput dari azab pedih dunia, sesungguhnya mereka akan mendapatkan siksaan api neraka yang tidak ada yang menge-tahui kedahsyatannya melainkan hanya Allah سبحانه وتعالى. Tidaklah terbetik dalam benak mereka bahwa siksaan mereka telah selesai dan tidak ada sisa azab sedikitpun, namun apa yang telah Allah siapkan bagi mereka berupa azab di akhirat adalah lebih besar dan lebih mengerikan.
(4) ﴾ ذَٰلِكَ ﴿ "Yang demikian itu," adalah karena mereka ﴾ بِأَنَّهُمۡ شَآقُّواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥۖ ﴿ "menentang Allah dan RasulNya," mereka memusuhi, memerangi dan berbuat kemaksiatan kepada keduanya. Siksaan ini adalah merupakan sunnah dan kepastian (yang Allah tetapkan) bagi siapa pun yang menentangNya. ﴾ وَمَن يُشَآقِّ ٱللَّهَ فَإِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ ﴿ "Barangsiapa menentang Allah, maka sesungguhnya Allah sangat keras hukumanNya."
(5) Dan ketika orang-orang Yahudi Bani Nadhir mencela Rasulullah a dan kaum Muslimin karena menebang pohon kurma serta pepohonan yang lain, dan mereka menganggap bahwa hal itu adalah merupakan tindakan pengrusakan sehingga mereka pun mencela kaum Muslimin, maka Allah تعالى mengabarkan bahwa menebang pohon kurma atau membiarkannya (tumbuh), semua itu adalah dengan izin dan perintah dari Allah سبحانه وتعالى, ﴾ وَلِيُخۡزِيَ ٱلۡفَٰسِقِينَ ﴿ "dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik," di mana mereka telah menguasakan kalian untuk menebang dan membakar pohon kurma mereka, agar hal itu menjadi siksaan dan kehinaan bagi mereka di dunia serta kerendahan yang dengannya diketahui betapa sempurnanya kelemahan mereka sehingga tidak mampu melindungi pohon kurma mereka yang merupakan materi kekuatan mereka. Kata اَللِّيْنَةُ adalah kata yang mencakup semua jenis pohon kurma menurut kemungkinan (makna bahasa Arab) yang paling benar dan paling tepat. Inilah kondisi Bani Nadhir, maka (saksikanlah) bagaimana Allah سبحانه وتعالى menghukum mereka di dunia.
(6) Kemudian Allah سبحانه وتعالى menyebutkan tentang siapakah yang harta dan kekayaannya berpindah ke tangan Rasulullah. Allah berfirman, ﴾ وَمَآ أَفَآءَ ٱللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ مِنۡهُمۡ ﴿ "Dan apa saja harta rampasan (fai`) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) mereka," maksudnya dari penduduk kampung ini, yaitu Bani Nadhir, ﴾ فَـ﴿ "maka," sesungguhnya kalian wahai kaum Muslimin ﴾ م آ أَوۡجَفۡتُمۡ عَلَيۡهِ مِنۡ خَيۡلٖ وَلَا رِكَابٖ ﴿ "tidak mengerahkan seekor kuda pun dan (tidak pula) seekor unta pun," maksudnya, kalian tidak mendatangkan ataupun mengumpulkan itu semua, artinya, kalian tidak lelah untuk men-dapatkannya, tidak mengerahkan jiwa raga kalian dan tidak juga kendaraan-kendaraan kalian, akan tetapi Allah سبحانه وتعالى memasukkan rasa takut ke dalam hati mereka, sehingga harta benda tersebut mendatangi kalian dengan sangat mudahnya. Oleh karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يُسَلِّطُ رُسُلَهُۥ عَلَىٰ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ﴿ "Tetapi Allah yang memberikan kekuasaan kepada RasulNya terhadap siapa yang dike-hendakiNya. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." Merupakan kesempurnaan Kuasa Allah سبحانه وتعالى, bahwasanya tidak ada sesuatu pun yang dapat menahannya dan tidak ada satu kekuatan pun yang berharga selain dariNya.
(7) Sedangkan pengertian اَلْفَيْءُ (harta fai`) dalam istilah para ulama fikih, adalah harta orang-orang kafir yang diambil secara hak tanpa adanya peperangan, seperti halnya dengan harta-harta tersebut yang mereka tinggalkan karena takut kepada orang-orang Islam. Dinamakan Fai` karena harta tersebut kembali dari orang-orang kafir yang tidak berhak memilikinya, kepada orang-orang Islam yang lebih berhak memilikinya.
Dan hukum harta fai` yang bersifat umum adalah sebagai-mana disebutkan dalam FirmanNya, ﴾ مَّآ أَفَآءَ ٱللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ مِنۡ أَهۡلِ ٱلۡقُرَىٰ ﴿ "Apa saja harta rampasan (fai`) yang diberikan Allah kepada RasulNya yang berasal dari penduduk kota-kota," secara umum, baik yang ada di masa Rasulullah a maupun setelahnya bagi pemimpin yang ber-kuasa dari kalangan umatnya sepeninggalnya,﴾ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِ ﴿ "maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan ibnu sabil." Ayat ini serupa dengan ayat lain yang terdapat dalam Surat al-Anfal. Yaitu Firman Allah سبحانه وتعالى,
﴾ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا غَنِمۡتُم مِّن شَيۡءٖ فَأَنَّ لِلَّهِ خُمُسَهُۥ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَٱبۡنِ ٱلسَّبِيلِ ﴿
"Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh seba-gai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan Ibnu sabil." (Al-Anfal: 41).
Harta rampasan fai` ini dibagi untuk lima bagian; untuk Allah سبحانه وتعالى dan Rasulullah a yang dialokasikan untuk keperluan kaum Muslimin secara umum, satu bagian lainnya untuk kerabat me-reka yaitu Bani Hasyim dan Bani Muththalib di mana saja mereka berada, bagian pihak lelaki sama seperti bagian pihak perempuan. Adanya Bani Muththalib masuk dalam salah satu dari lima bagian ini bersama Bani Hasyim tanpa memasukkan Bani Abdi Manaf lainnya adalah karena mereka, Bani Muththalib bersama-sama de-ngan Bani Hasyim termasuk satu golongan ketika kaum Quraisy sepakat untuk memblokade dan memusuhi mereka, dan mereka bersatu padu menolong Rasulullah a, tidak seperti Bani Manaf lainnya. Karena itu Rasulullah a bersabda tentang Bani Abdul Muththalib,[115]
إِنَّهُمْ لَمْ يُفَارِقُوْنِيْ فِيْ جَاهِلِيَّةٍ وَلَا إِسْلَامٍ.
"Sesungguhnya mereka tidak meninggalkanku pada saat jahiliyah maupun di masa Islam."[116]
Satu bagian lainnya diberikan untuk anak-anak yatim yang miskin. Anak yatim adalah anak yang ditinggalkan oleh ayahnya pada saat belum mencapai usia baligh. Satu bagian lainnya untuk orang-orang miskin. Satu bagian sisanya untuk ibnu sabil. Ibnu Sabil adalah orang-orang asing yang kehabisan bekal ketika berada di daerah orang lain.
Allah سبحانه وتعالى menetapkan ketentuan tersebut dan hanya mem-batasi harta rampasan fai` untuk golongan-golongan yang telah ditentukan itu adalah agar ﴾ لَا يَكُونَ دُولَةَۢ ﴿ "supaya harta itu jangan hanya beredar," yakni beredar dan menjadi kekhususan ﴾ بَيۡنَ ٱلۡأَغۡنِيَآءِ مِنكُمۡۚ ﴿ "di antara orang-orang kaya saja di antara kamu." Sebab andai Allah سبحانه وتعالى tidak menetapkan ketentuan di atas, tentu hanya orang-orang kaya saja yang akan memutarkan uang dan orang-orang lemah tidak akan mendapatkan sedikit pun, yang mana hal itu akan menimbul-kan kerusakan yang hanya diketahui oleh Allah سبحانه وتعالى. Sebagaimana dalam mengikuti perintah dan syariat Allah سبحانه وتعالى yang tidak termasuk dalam pembatasan di atas juga termasuk maslahat. Karena itulah Allah سبحانه وتعالى memerintahkan dengan kaidah menyeluruh dan pokok yang bersifat umum. Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَمَآ ءَاتَىٰكُمُ ٱلرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَىٰكُمۡ عَنۡهُ فَٱنتَهُواْۚ ﴿ "Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah ia dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah." Ini mencakup pokok-pokok agama dan cabang-cabangnya, baik yang lahir mau-pun yang batin. Syariat yang dibawa oleh Rasulullah a harus dilaksanakan dan diikuti. Tidak boleh mengedepankan perkataan orang lain dari sabda beliau. Kemudian Allah سبحانه وتعالى memerintahkan untuk bertakwa, yang dengannya hati, ruh, dunia, dan akhirat akan tegak. Dengan takwa akan diperoleh kebahagiaan abadi dan keberuntungan yang besar. Dan menyia-nyiakan takwa akan mengundang kesengsaraan dan siksaan abadi. Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ ﴿ "Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras siksaNya" bagi siapa saja yang tidak bertakwa dan lebih mengedepankan hawa nafsu.
(8-9) Allah سبحانه وتعالى kemudian menjelaskan hikmah dan sebab yang mengharuskan Allah سبحانه وتعالى memberikan harta rampasan perang untuk golongan-golongan yang ditetapkan tersebut, karena me-reka adalah orang-orang yang berhak mendapatkan pertolongan, berhak mendapatkan bagian tersebut, dan harus disegerakan untuk diberikan pada mereka. Mereka berada di antara dua hijrah. Pertama, mereka telah meninggalkan semua yang dicintai seperti rumah, negeri, orang-orang tercinta, kekasih, dan harta demi Allah dan demi menolong Agama Allah سبحانه وتعالى dan mencintai Rasulullah a. Mereka adalah orang-orang yang benar, yang berbuat sebagaimana tuntutan keimanan. Mereka membuktikan keimanan dengan amal baik serta ibadah-ibadah berat. Lain halnya orang yang mengaku beriman tapi tidak dibuktikan dengan berjihad dan berhijrah serta ibadah-ibadah lainnya.
Kedua, mereka berada di kalangan kaum Anshar, Aus dan Khazraj, mereka adalah kaum yang beriman kepada Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya secara taat dan suka rela. Mereka memberikan tempat berlindung untuk Rasulullah a yang tidak mereka berikan pada kaum bangsawan maupun rakyat. Mereka menempati negeri hijrah dan iman hingga menjadi tempat orang-orang Mukmin dan kaum Muhajirin berlindung serta menjadi kediaman kaum Mus-limin dalam penjagaannya pada saat seluruh negeri adalah negeri harbi (perang), syirik, dan buruk. Para penolong Agama senantiasa berlindung ke kaum Anshar, hingga Islam menyebar dan kuat serta bertambah dan berkembang sedikit demi sedikit hingga mereka mampu membuka hati manusia dengan ilmu, iman, dan al-Qur`an, serta mampu menaklukkan berbagai negeri dengan senjata.
Di antara sebagian besar sifat orang-orang yang disinggung ini a d a l a h ﴾ يُحِبُّونَ مَنۡ هَاجَرَ إِلَيۡهِمۡ ﴿ "mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka," karena kecintaan mereka kepada Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya, mereka mencintai orang-orang yang mencintaiNya dan menolong AgamaNya, ﴾ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمۡ حَاجَةٗ مِّمَّآ أُوتُواْ ﴿ "dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang di-berikan kepada mereka (orang Muhajirin)," maksudnya, mereka tidak menaruh sikap hasad terhadap kaum Muhajirin atas karunia yang diberikan Allah سبحانه وتعالى serta berbagai keutamaan dan sifat baik yang berhak mereka miliki.
Ini menunjukkan bersihnya hati mereka dari sifat dengki, iri, dan hasad. Dan juga menunjukkan bahwa kaum Muhajirin lebih utama dari kaum Anshar, karena Allah سبحانه وتعالى terlebih dahulu menye-but kaum Muhajirin sebelum kaun Anshar. Allah سبحانه وتعالى juga menga-barkan bahwa kaum Anshar tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa pun yang diberikan Allah سبحانه وتعالى pada kaum Muhajirin. Hal ini menunjukkan bahwa Allah سبحانه وتعالى memberi mereka karunia yang tidak diberikan pada kaum Anshar dan juga pada yang lainnya, karena mereka menyatukan antara menolong Agama Allah سبحانه وتعالى dan hijrah.
Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ وَيُؤۡثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ وَلَوۡ كَانَ بِهِمۡ خَصَاصَةٞۚ ﴿ "Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Seka-lipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu)." Maksudnya, di antara sifat-sifat kaum Anshar yang tidak bisa disaingi oleh yang lain dan menjadi karakteristik utama mereka adalah lebih mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri. Sifat ini me-rupakan puncak berbagai jenis kedermaan. Yaitu mengutamakan orang lain daripada diri sendiri, baik dalam hal harta maupun yang lainnya, padahal sebenarnya mereka juga memerlukannya bahkan sekalipun mereka amat memerlukannya. Sifat seperti altruisme (mengutamakan kepentingan orang lain) ini hanya dimiliki oleh orang yang mempunyai akhlak yang suci dan lebih mencintai Allah سبحانه وتعالى daripada mencintai keinginan diri dan berbagai kenik-matannya.
Di antaranya adalah kisah seorang Anshar[117] yang menjadi penyebab turunnya ayat ini ketika lebih mengutamakan tamunya dengan memberinya makanan sementara rela membiarkan diri dan keluarganya tidur dalam keadaan lapar.
Kebalikan dari altruisme adalah egoisme. Altruisme adalah sifat terpuji sedangkan egoisme adalah sifat tercela, karena terma-suk sifat-sifat kikir dan pelit. Siapa pun yang diberi karunia sifat altruisme, maka telah terjaga dari kekikiran diri.﴾ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفۡسِهِۦ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ﴿ "Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung." Menjaga kekikiran diri mencakup menjaga diri dari kekikiran dalam seluruh hal yang di-perintahkan. Sebab jika seorang hamba telah terjaga dari kekikiran dirinya, maka ia merelakan dirinya untuk menunaikan segala perintah Allah سبحانه وتعالى dan RasulNya. Pekerjaan yang dilakukan semata karena ketaatan dan ketundukan dengan kelapangan dada serta merelakan dirinya untuk menjauhi larangan Allah سبحانه وتعالى meskipun disenangi oleh jiwa, meski jiwanya menyeru dan ingin melaku-kannya. Orang yang terjaga dari kekikiran diri juga merelakan diri untuk mencurahkan harta di jalan Allah سبحانه وتعالى demi mencari keridha-anNya. Dengan demikian ia akan mendapatkan keberuntungan dan kemenangan. Lain halnya dengan orang yang tidak terjaga dari kekikiran dirinya. Bahkan diuji dengan bersifat kikir terhadap kebaikan yang justru menjadi pangkal dan asal-usul keburukan.
(1 0 0 ) Kedua golongan mulia dan suci di atas adalah para sahabat yang mulia dan para imam bagi orang-orang utama. Me-reka adalah sosok yang telah meraih predikat sebagai yang terde-pan, nilai-nilai keutamaan dan sifat baik yang tidak bisa disaingi oleh orang-orang setelah mereka dan belum pernah didapat oleh orang-orang sebelum mereka. Mereka pun menjadi para pemimpin kaum Mukminin, Muslimin dan orang-orang bertakwa. Cukuplah bagi generasi setelah mereka mendapatkan kebaikan dengan ber-jalan di belakang mereka dan menjadikan petunjuk mereka sebagai pemimpin. Karena itulah Allah سبحانه وتعالى menyebut generasi-generasi setelah mereka, yaitu orang-orang yang mengikuti mereka dan seluruh orang yang ada setelah mereka seraya berfirman, ﴾ وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ ﴿ "Dan orang-orang yang datang sesudah mereka," yakni setelah kaum Muhajirin dan Anshar, ﴾ يَقُولُونَ ﴿ "mereka berdoa," memberi nasihat untuk diri mereka sendiri dan seluruh kaum Muslimin, ﴾ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ ﴿ "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih da-hulu dari kami." Doa ini mencakup seluruh kaum Mukminin dari kalangan sahabat pendahulu dan orang-orang sebelum dan sesu-dah mereka.
Inilah di antara salah satu keutamaan iman. Orang-orang Mukmin itu saling memberi manfaat bagi sesama dan saling men-doakan satu sama lain karena kebersamaan mereka dalam iman yang mengharuskan adanya ikatan persaudaraan di antara kaum Mukminin yang di antaranya adalah dengan saling mendoakan satu sama lain dan saling mencintai satu sama lain. Karena itu, dalam doa ini Allah سبحانه وتعالى menafikan sifat dengki dari hati orang-orang yang beriman, baik yang sedikit maupun yang banyak. Karena sifat dengki tidak ada di hati, maka yang ada adalah kebalikannya, yaitu sifat saling mencintai, saling memberi pertolongan, nasihat dan lainnya untuk sesama Mukmin yang termasuk hak-hak orang yang beriman.
Allah سبحانه وتعالى menyifati generasi-generasi setelah sahabat dengan keimanan, sebab perkataan orang-orang Mukmin itu, ﴾ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ ﴿ "dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami," adalah dalil atas kebersamaan mereka dalam keimanan. Mereka adalah para pengikut sahabat dalam kaidah dan pondasi keimanan. Mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jama'ah di mana sifat sempurna ini hanya terwujud pada mereka. Allah سبحانه وتعالى juga menyebutkan sifat mereka dengan mengakui dosa-dosa serta meminta ampunan dari dosa-dosa serta saling memintakan ampunan satu sama lain serta usaha keras mereka untuk melenyapkan sifat dengki dan iri dari hati mereka terhadap sesama saudara seiman. Sebab doa mereka mengharuskan hal-hal yang telah kami sebut di atas yang men-cakup rasa saling mencintai satu sama lain, mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri dan memberi nasihat pada orang lain, baik ketika saudaranya ada, tidak ada, masih hidup atau sudah mati.
Ayat ini menunjukkan bahwa saling mendoakan satu sama lain adalah di antara salah satu hak kaum Mukminin. Kemudian doa mereka diakhiri dengan dua nama mulia yang menunjukkan sempurnanya rahmat Allah سبحانه وتعالى dan sempurnanya kasih sayang serta kebaikanNya terhadap kaum Mukminin yang di antaranya (bahkan termasuk yang paling agung) adalah memberi taufik pada kaum Mukminin untuk saling menunaikan hak sesama dan hak-hak hamba Allah سبحانه وتعالى.
Ketiga golongan tersebut adalah golongan umat ini yang ber-hak mendapatkan harta rampasan perang yang alokasinya meru-juk pada maslahat Islam. Mereka adalah kaum Muslimin dan ahli Islam. Semoga kita semua dimasukkan Allah سبحانه وتعالى dalam golongan mereka berkat karunia dan kemuliaanNya.
(11) Kemudian Allah سبحانه وتعالى heran terhadap kondisi kaum mu-nafik yang condong memberikan pertolongan dan loyalitas pada saudara-saudara mereka dari kalangan Ahli Kitab daripada me-nolong saudara-saudara mereka dari kalangan kaum Mukminin. Orang-orang munafik berkata pada orang-orang Yahudi, ﴾ لَئِنۡ أُخۡرِجۡتُمۡ لَنَخۡرُجَنَّ مَعَكُمۡ وَلَا نُطِيعُ فِيكُمۡ أَحَدًا أَبَدٗا ﴿ "Sesungguhnya jika kamu diusir, niscaya kami pun akan keluar bersama kamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapa pun untuk (menyusahkan) kamu," maksudnya, kami tidak akan menaati orang yang tidak memberi pertolongan pada kalian yang akan merendahkan dan menakutkan kami. ﴾ وَإِن قُوتِلۡتُمۡ لَنَنصُرَنَّكُمۡ وَٱللَّهُ يَشۡهَدُ إِنَّهُمۡ لَكَٰذِبُونَ ﴿ "Dan jika kamu diperangi, pasti kami akan membantu kamu.' Dan Allah menyaksikan, bahwa sesungguhnya mereka benar-benar pendusta" dalam janji ini yang membuat teman-teman mereka terpedaya, tidak lebih dari itu karena berdusta adalah sifat mereka. Menipu dan mengelabui sesuatu yang lekat dalam diri mereka, dan kemunafikan dan sikap pengecut adalah sifat yang selalu menyertai mereka.
(12) Karena itulah Allah سبحانه وتعالى mendustakan mereka dengan FirmanNya yang diberitahukan pada orang yang menjawab sesuai dengan Firman Allah سبحانه وتعالى, ﴾ لَئِنۡ أُخۡرِجُواْ ﴿ "Sesungguhnya jika mereka diusir" dari negeri mereka, baik dengan cara pengusiran atau pengosongan, ﴾ لَا يَخۡرُجُونَ مَعَهُمۡ ﴿ "orang-orang munafik itu tiada akan keluar bersama me-reka," karena kecintaan mereka pada negeri mereka dan ketidak-sabaran mereka dalam berperang, serta tidak menepati janji, ﴾ وَلَئِن قُوتِلُواْ لَا يَنصُرُونَهُمۡ ﴿ "dan sungguh jika mereka diperangi; niscaya mereka tiada akan menolong mereka," tapi mereka akan dipenuhi oleh sifat penge-cut dan kegagalan serta akan berkhianat pada teman-teman me-reka pada saat mereka diperlukan. ﴾ وَلَئِن نَّصَرُوهُمۡ ﴿ "Dan sungguh jika mereka menolongnya," andai saja demikian, ﴾ لَيُوَلُّنَّ ٱلۡأَدۡبَٰرَ ثُمَّ لَا يُنصَرُونَ ﴿ "niscaya mereka akan berpaling lari ke belakang, kemudian mereka tiada akan mendapat pertolongan." Maksudnya, mereka akan lari dari peperangan, dan tidak memberikan pertolongan, dan mereka pun tidak mendapatkan pertolongan dari Allah سبحانه وتعالى.
(13) Penyebab yang mendorong mereka melakukan hal itu adalah karena kalian wahai orang-orang yang beriman, ﴾ أَشَدُّ رَهۡبَةٗ فِي صُدُورِهِم مِّنَ ٱللَّهِۚ ﴿ "dalam hati mereka lebih ditakuti daripada Allah." Mereka lebih takut pada kalian melebihi Allah سبحانه وتعالى. Mereka lebih menguta-makan rasa takut pada makhluk yang sama sekali tidak memiliki kekuasaan atas diri sendiri dan juga atas orang lain, baik memberi manfaat atau mendatangkan mara bahaya daripada rasa takut pada Khaliq yang di TanganNya-lah kekuasaan mendatangkan mara bahaya, manfaat, memberi, dan menahan. ﴾ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمۡ قَوۡمٞ لَّا يَفۡقَهُونَ ﴿ "Yang demikian itu karena mereka adalah kaum yang tiada mengerti." Mereka tidak mengerti tingkatan berbagai hal, mereka juga tidak mengetahui hakikat segala sesuatu. Mereka tidak bisa memikirkan akibat perbuatan. Seharusnya, puncak pemahaman adalah lebih mengutamakan rasa takut, pengharapan, cinta untuk Allah dari-pada yang selainNya. Yang lain hanya sebagai pengikut saja.
(14) ﴾ لَا يُقَٰتِلُونَكُمۡ جَمِيعًا ﴿ "Mereka tiada akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu," maksudnya, dalam keadaan bersatu, ﴾ إِلَّا فِي قُرٗى مُّحَصَّنَةٍ أَوۡ مِن وَرَآءِ جُدُرِۭۚ ﴿ "kecuali dalam kampung-kampung yang ber-benteng atau di balik tembok." Maksudnya, mereka tidak kuat me-merangi kalian dan tidak bertekad untuk itu kecuali ketika mereka berada di dalam kawasan-kawasan yang memiliki benteng di dalam perkampungan atau ketika mereka berada di balik tembok dan benteng. Ketika mereka berada dalam kondisi seperti itu, mereka akan mendapatkan perlindungan dan pertahanan di balik benteng dan tembok, dan bukan karena keberanian mereka. Ini termasuk celaan terbesar bagi mereka.
﴾ بَأۡسُهُم بَيۡنَهُمۡ شَدِيدٞۚ ﴿ "Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat." Maksudnya, permusuhan yang ada di antara mereka sangat hebat. Kelemahan mereka tidak terdapat pada diri dan kekuatan tapi kelemahan mereka dikarenakan lemahnya iman serta tidak adanya kesatuan di antara mereka, karena itu Allah سبحانه وتعالى berfirman, ﴾ تَحۡسَبُهُمۡ جَمِيعٗا ﴿ "Kalian mengira mereka itu bersatu," ketika kalian melihat mereka berkumpul dan saling bantu-membantu, ﴾ وَقُلُوبُهُمۡ شَتَّىٰۚ ﴿ "sedang hati mereka berpecah belah." Maksudnya, hati mereka saling membenci dan terpecah belah.
﴾ ذَٰلِكَ ﴿ "Yang demikian itu," yang mewajibkan mereka memi-liki sifat-sifat sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, ﴾ بِأَنَّهُمۡ قَوۡمٞ لَّا يَعۡقِلُونَ ﴿ "karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada me-ngerti." Maksudnya, mereka tidak memiliki akal, dan pikiran. Sebab andai mereka memiliki akal tentu lebih mengedepankan yang harus lebih dikedepankan daripada lainnya, tentu mereka tidak merela-kan hal terburuk untuk diri mereka dan tentu mereka bersatu padu. Sehingga mereka akan saling menolong satu sama lain untuk kemaslahatan dan kepentingan mereka, baik dalam urusan dunia maupun akhirat. Hingga mereka pun seperti layaknya orang-orang yang mendapatkan kehinaan dari kalangan ahli kitab, orang-orang yang dikalahkan oleh Allah سبحانه وتعالى melalui tangan utusanNya hingga mereka mengenyam kehinaan dalam kehidupan dunia dan tidak memberikan pertolongan pada orang yang mereka janjikan akan ditolong.
(15) ﴾ كَمَثَلِ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ قَرِيبٗاۖ ﴿ "(Mereka adalah) seperti orang-orang Yahudi yang belum lama sebelum mereka," yakni kaum kafir Quraisy yang
﴾ زَيَّنَ لَهُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ أَعۡمَٰلَهُمۡ وَقَالَ لَا غَالِبَ لَكُمُ ٱلۡيَوۡمَ مِنَ ٱلنَّاسِ وَإِنِّي جَارٞ لَّكُمۡۖ فَلَمَّا تَرَآءَتِ ٱلۡفِئَتَانِ نَكَصَ عَلَىٰ عَقِبَيۡهِ وَقَالَ إِنِّي بَرِيٓءٞ مِّنكُمۡ إِنِّيٓ أَرَىٰ مَا لَا تَرَوۡنَ ﴿
"Ketika setan menjadikan mereka memandang baik pekerjaan mereka dan mengatakan, 'Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadap kamu pada hari ini, dan sesungguhnya saya ini adalah pelin-dungmu.' Maka tatkala kedua pasukan itu telah dapat saling lihat melihat (berhadapan), setan itu balik ke belakang seraya berkata, 'Sesungguhnya saya berlepas diri daripada kamu, sesungguhnya saya dapat melihat apa yang kamu sekalian tidak dapat melihat'." (Al-Anfal: 43).
Mereka pun tertipu dan menipu orang lain. Mereka adalah orang-orang yang sama sekali tidak bisa memberikan manfaat se-dikit pun dan tidak bisa menangkal siksaan mereka. Hingga tibalah peristiwa Badar dengan segenap kesombongan dan kebanggaan mereka. Mereka mengira bisa menuntaskan angan-angan mereka terhadap Rasulullah a dan kaum Mukminin. Ternyata, Allah سبحانه وتعالى memberi pertolongan pada RasulNya dan kaum Mukminin. Para pembesar dan antek-antek kaum kafir Quraisy dibunuh dan di-tawan. Ada juga yang melarikan diri. Dengan demikian, mereka merasakan akibat buruk perbuatan mereka dan ujung dari kesyi-rikan serta kekejian mereka. Ini yang berlaku di dunia, ﴾ وَلَهُمۡ ﴿ "dan bagi mereka," siksaan neraka di akhirat.
(16) Perumpanaan orang-orang munafik yang menipu teman-teman mereka dari kalangan ahli kitab itu adalah ﴾ كَمَثَلِ ٱلشَّيۡطَٰنِ إِذۡ قَالَ لِلۡإِنسَٰنِ ٱكۡفُرۡ ﴿ "seperti setan ketika berkata pada manusia, 'Kafirlah kamu'." Maksudnya, setan menghias kekufuran dan menjadikannya indah untuknya serta menyerunya padanya. Ketika ia telah kufur dan mendapatkan kesengsaraan, setan tidak lagi membawa man-faat bagi mereka yang telah memalingkannya dan menyeru pada ajakannya, setan berlepas diri darinya, ﴾ قَالَ إِنِّي بَرِيٓءٞ مِّنكَ إِنِّيٓ أَخَافُ ٱللَّهَ رَبَّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ﴿ "dia berkata, 'Sesungguhnya aku berlepas diri darimu karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam'." Maksud-nya, aku tidak memiliki kekuasaan untuk menangkal siksaan dari-mu, aku sama sekali tidak berguna bagimu.
(17) ﴾ فَكَانَ عَٰقِبَتَهُمَآ ﴿ "Maka kesudahan keduanya," yaitu si penyeru (setan) dan yang diseru (manusia) yang menaatinya, ﴾ أَنَّهُمَا فِي ٱلنَّارِ خَٰلِدَيۡنِ فِيهَاۚ ﴿ "bahwa keduanya (masuk) ke dalam neraka, mereka kekal di dalam-nya." Semakna dengan yang disebutkan dalam Firman Allah سبحانه وتعالى,
﴾ إِنَّمَا يَدۡعُواْ حِزۡبَهُۥ لِيَكُونُواْ مِنۡ أَصۡحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ 6 ﴿
"Sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya su-paya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala." (Fathir: 6).
﴾ وَذَٰلِكَ جَزَٰٓؤُاْ ٱلظَّٰلِمِينَ ﴿ "Demikianlah balasan orang-orang yang zhalim," yaitu orang-orang yang bersekutu dalam kezhaliman dan keku-furan, meski keras dan kuatnya azab bagi mereka tidak sama. Inilah kebiasaan setan bersama dengan para penolongnya. Setan mengajak dan menunjukkan mereka dengan cara tipuan menuju segala hal yang membahayakan. Ketika mereka melakukan kesyirikan dan sebab-sebab kebinasaan, setan pun berlepas diri dari mereka. Se-mua cercaan adalah bagi orang yang menuruti setan. Karena Allah سبحانه وتعالى telah mengingatkan mereka dari setan serta memberitahukan niat dan tujuan setan. Sehingga orang yang menuruti setan padahal ia mengetahui hal itu, ia tidak lagi memiliki alasan.